Friday, 12 December 2025

Pendidikan Kontemporer Al-Zaytun Jadi Role Model Ketahanan Pangan Nasional

User Rating: 4 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Inactive
 

lognews.co.id – Pesantren Al-Zaytun kembali mendapat sorotan positif dari kalangan akademisi. Dalam sebuah wawancara bersama Lognews TV, Widi, seorang dosen sekaligus ahli gizi dan teknologi pangan, menyebut bahwa program-program yang dijalankan di Al-Zaytun selaras dengan konsep ketahanan pangan nasional.

Program Mandiri dan Selaras dengan Food Estate

Menurut Widi, berbagai inisiatif Al-Zaytun, terutama dalam produksi pangan secara mandiri, dapat dijadikan pilot project atau contoh bagi daerah lain. Ia menilai langkah ini sesuai dengan program pemerintah terkait food estate yang menekankan pentingnya koordinasi dan integrasi dari tingkat desa hingga provinsi.

“Kalau di Subang makanannya padi, di Papua umbi-umbian. Artinya program harus disesuaikan dengan kearifan lokal masing-masing. Tetapi metode dan teknologinya bisa ditiru,” ujar Widi.

Teknologi Kunci Percepatan Ketahanan Pangan

Widi menegaskan bahwa ketahanan pangan tidak bisa dicapai dengan cara konvensional. Diperlukan teknologi modern, termasuk digitalisasi, untuk mempercepat proses sekaligus memotong rantai tengkulak yang selama ini merugikan petani.

“Inovasi digital dapat menjadi solusi agar produk pangan sampai langsung ke konsumen. Itu juga bisa mengurangi masalah gizi di Indonesia, seperti kekurangan gizi pada remaja,” jelasnya.

Pendidikan dan Teknologi di Al-Zaytun

Sebagai akademisi, Widi mengaku terkesan melihat Al-Zaytun mampu mengintegrasikan pendidikan agama dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ia mencontohkan bagaimana siswa setingkat SMA di pesantren tersebut sudah mampu membudidayakan padi jenis Hikari dari Jepang.

“Pesan Syaykh Panji Gumilang bahwa Indonesia harus maju lewat ilmu pendidikan, ilmu, dan teknologi benar-benar terasa di sini. Saya melihat langsung bagaimana anak-anak didik sudah mempraktikkan inovasi,” katanya.

Gizi, Kesehatan, dan Inovasi Pangan

Lebih lanjut, Widi menekankan bahwa teknologi pangan tidak bisa dilepaskan dari aspek kesehatan. Produk pangan, menurutnya, harus tayyib atau baik, bukan hanya enak.

“Kalau ada bahan tambahan yang merugikan kesehatan, meskipun sedikit, sebaiknya dihindari. Anak muda sekarang harus punya karakter untuk membedakan mana yang baik dan mana yang tidak, karena makanan adalah investasi jangka panjang bagi bangsa,” ucapnya.

Al-Zaytun Sebagai Role Model

Menutup perbincangan, Widi berharap Al-Zaytun dapat menjadi role model bagi pesantren lain di Indonesia, bukan hanya dalam pendidikan agama, tetapi juga dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

“Semoga dengan ketahanan pangan, tidak ada lagi kelaparan. Ini juga sejalan dengan target SDGs untuk menghapus kelaparan di dunia. Indonesia adalah negara agraris, dan Al-Zaytun bisa menunjukkan bahwa kita mampu menjadi pahlawan pangan dunia,” pungkasnya.

Syaykh Panji Gumilang sendiri sebelumnya pernah menyampaikan bahwa pesantren harus menjadi pusat pendidikan yang tidak hanya mencetak ulama, tetapi juga melahirkan generasi yang mandiri dalam bidang pangan, teknologi, dan inovasi. (Sahil untuk Indonesia)