Monday, 08 December 2025

Pendidikan Kontemporer dan Spirit Moderasi: Prof. Sahiron Nilai Al-Zaytun Selaras dengan Semangat Al-Qur’an

Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive
 

lognews.co.id – LognewsTV berkesempatan melakukan wawancara eksklusif dengan Prof. Dr. Phil. Sahiron, M.A., Guru Besar Ilmu Tafsir Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Dalam perbincangan yang hangat, Prof. Dr. Phil. Sahiron, mengulas perjalanan akademiknya sekaligus memaparkan pendekatan inovatif yang ia gagas dalam penafsiran Al-Qur’an, yakni Manaqim Marza.

Pengalaman Pengukuhan Guru Besar

Prof. Dr. Phil. Sahiron, M.A mengenang momen pengukuhan dirinya pada 7 September 2016 sebagai pengalaman yang membahagiakan sekaligus mengharukan. “Profesor adalah level tertinggi dalam bidang akademik. Saya bersyukur atas anugerah ini,” ujarnya. Acara pengukuhan saat itu dihadiri berbagai kalangan, mulai dari kiai, dosen, hingga kolega lintas profesi.

Memahami Manaqim Marza

Pendekatan Manaqim Marza menurut Prof. Dr. Phil. Sahiron, M.A, berupaya mereaktualisasi makna Al-Qur’an agar selalu relevan dengan tantangan zaman. “Al-Qur’an turun 14 abad lalu dalam konteks sosial yang berbeda. Karena itu, diperlukan pendekatan baru agar tetap menjadi pedoman hidup,” jelasnya.

Pendekatan ini bertumpu pada tiga elemen utama:

  1. Al-Makna at-Tarikhi – menggali makna historis ayat saat diturunkan.
  2. Al-Mazah at-Tarikhi – memahami signifikansi ayat bagi Nabi dan sahabat.
  3. Al-Mazah al-Mu’ashir – menemukan relevansi ayat bagi kehidupan modern.

Untuk menerapkannya, seorang mufasir dituntut menguasai ilmu klasik seperti nahwu, sharaf, balaghah, hingga Ulumul Qur’an, sekaligus ilmu modern seperti linguistik, sosiologi, dan hermeneutika.

Menjawab Kontroversi Tafsir

Dalam wawancara, Prof. Dr. Phil. Sahiron, M.A juga menyinggung perbedaan pandangan seputar isu-isu tafsir, termasuk polemik terkait Syaykh Panji Gumilang dan MUI. Menurutnya, prinsip tabayyun (klarifikasi) wajib dikedepankan sebelum menghakimi. Ia mencontohkan bahwa perbedaan dalam fiqih seperti tata cara salat jamaah sudah lazim sejak masa mazhab klasik.

Mengenai pernyataan Syaykh Panji Gumilang soal “Qala Rasulullah” dalam konteks Al-Qur’an, Prof. Syamsuddin merujuk kitab Al-Burhan fi Ulumil Qur’an karya Az-Zarkasyi. Ia menjelaskan bahwa ulama berbeda pendapat tentang bagaimana lafal Al-Qur’an sampai ke Nabi, namun semuanya sepakat Al-Qur’an tetap wahyu Allah. “Kalau Syaykh Panji tetap meyakini Al-Qur’an sebagai wahyu, maka masih dalam koridor Islam,” tegasnya.

Moderasi dan Kemerdekaan Akademik

Prof. Dr. Phil. Sahiron, M.A juga mengaitkan Manaqim Marza dengan semangat moderasi beragama yang menekankan komitmen kebangsaan, toleransi, penolakan kekerasan, dan penghormatan tradisi lokal. Ia melihat bahwa Pesantren Al-Zaytun pada dasarnya selaras dengan semangat ini, meski berbeda pandangan dengan sebagian kalangan.

Sebagai akademisi, ia menekankan pentingnya kemerdekaan berpikir. “Seorang profesor tidak hanya mengajar, tetapi juga wajib menghasilkan pengembangan ilmu. Manaqim Marza adalah kontribusi saya agar Al-Qur’an terus memberi kemaslahatan bagi umat dan bangsa,” tuturnya.

Penutup

Wawancara eksklusif ini ditutup dengan harapan agar diskusi lanjutan dapat dilaksanakan melalui Webinar Kebangsaan Jilid Kedua bersama Prof. Dr. Phil. Sahiron, M.A. “Kami berterima kasih atas wawasan yang beliau bagikan. Semoga pendekatan Manaqim Marza semakin dikenal luas dan membawa manfaat,” ujar pembawa acara LognewsTV HA Nasution.

(Sahil untuk Indonesia)