Saturday, 06 December 2025

MEMBANGUN GENERASI ABAD XXI MELALUI TRANSFORMASI PENDIDIKAN DAN ETIKA HUKUM YANG BERKARAKTER

Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive
 

oleh :

Zamzani Nusantara Bin Muhammad Zamani , Guru MA Ma'had Al-Zaytun Nusa Tenggara Barat

lognews.co.id - Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Marilah bersama-sama kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Zat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah menciptakan kita dengan akal pikiran dan hati nurani yang senantiasa hanya untuk beribadah kepada-Nya.

 Shalawat serta salam semoga tetap Allah curahkan kepada Nabi kita, Nabi Muhammad SAW., sosok ujung tombak pembawa pelita harapan bagi kehidupan ummat manusia.

Dalam kesempatan kali ini, Khotib mengajak diri sendiri pada khususnya dan jama’ah pada umumnya, untuk selalu meningkatkan kualitas iman dan taqwa, sehingga kita senantiasa dimudahkan dalam menjalani segala urusan dengan mengharap ridha Allah semata. semoga kedamaian, kasih sayang, dan anugerah Allah senantiasa tercurahkan kan kepada kita semua.

Jama’ah Jumat yang dimuliakan Allah 

Di tengah perubahan zaman yang begitu cepat pada abad XXI, umat manusia menghadapi tantangan baru dalam kehidupan sosial, budaya, dan moral. Perubahan besar ini membawa kebutuhan mendesak bagi kita untuk menyiapkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara etika dan bertanggung jawab dalam kehidupannya. 

Dalam arus modernitas tersebut, Islam memberikan bimbingan melalui ajaran ilahi yang menenangkan dan memberi arah, serta mengajarkan keseimbangan antara tradisi yang mulia dan tuntutan zaman yang terus bergerak.

 Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini khotib menyampaikan khutbah dengan judul:

MEMBANGUN GENERASI ABAD XXI MELALUI TRANSFORMASI PENDIDIKAN 

DAN ETIKA HUKUM YANG BERKARAKTER

Ma’asyiral muslimin Rahimakumullah.

Dalam Qur’an surah Luqman ayat ke-12 disebutkan:

وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ ۚ وَمَن يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ

 

“Sungguh, Kami telah memberikan hikmah kepada Luqman, yaitu: ‘Bersyukurlah kepada Allah.’ Barang siapa bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri. Dan barang siapa ingkar, maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.”

 Ayat tersebut mengingatkan kita bahwa salah satu fondasi utama pendidikan dan pembentukan generasi adalah hikmah—kecerdasan yang menyatu dengan akhlak, adab, dan etika. Allah menganugerahkan hikmah kepada Luqman sebagai teladan bahwa ilmu tanpa karakter tidak akan melahirkan kemaslahatan. Perintah “an isykur lillah” mengajarkan bahwa syukur dalam konteks pendidikan berarti menggunakan potensi, kesempatan belajar, dan kemampuan berpikir secara bertanggung jawab. Nilai-nilai hikmah yang diwariskan Luqman adalah prinsip universal yang tetap relevan dalam menghadapi tantangan abad XXI. 

Ayat ini menegaskan bahwa siapa pun yang menjaga hikmah dan etika dalam hidupnya akan memetik manfaatnya bagi diri dan masyarakat, sementara siapa yang mengabaikannya akan tersesat oleh arus zaman. Dengan demikian, QS. Luqman ayat ke-12 menjadi landasan kuat bahwa transformasi pendidikan dan pembangunan karakter hukum harus berjalan seimbang, berakar pada nilai ilahi, dan diarahkan untuk membentuk generasi masa depan yang 

berkarakter dan berintegritas.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:  

مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ, وَمَنْ أَرَادَ الأَخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ,

 وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ

“Barangsiapa yang menginginkan dunia maka hendaklah dengan ilmu, barangsiapa yang menginginkan akhirat, maka hendaklah dengan ilmu, barangsiapa yang menginginkan keduanya, maka hendaklah dengan ilmu”.

Hadis ini menegaskan bahwa kemajuan, kebijaksanaan, dan kemampuan hidup harmonis hanya lahir dari ilmu. Ilmu membuat seseorang memahami, dan pemahaman melahirkan toleransi, sementara toleransi menumbuhkan kondisi yang adil dan beradab. 

Tanpa ilmu, seseorang mudah salah paham, mudah terpecah, dan mudah menilai tanpa dasar. Pendidikan adalah cahaya harapan yang menghantarkab langkah kita menjadi suatu bangsa yang berkarakter.

Jama’ah Jum’ah yang dimuliakan Allah

Pendidikan adalah pilar peradaban. Wahyu pertama yang turun kepada Nabi adalah perintah membaca—suatu pertanda bahwa segala pembangunan manusia harus dimulai dari pengetahuan. Tetapi ilmu dalam perspektif ajaran ilahi bukan hanya sekadar hafalan atau keterampilan teknis semata; ia adalah cahaya yang menuntun cara berpikir, cara bersikap, dan cara kita menempatkan diri dalam kehidupan. Sedari masa awal Kenabian, para pendahulu kita telah menekankan bahwa proses mencerdaskan manusia harus berjalan seiring dengan pembentukan akhlak.

Pentingnya pendidikan juga diakui dalam tradisi pemikiran dunia. Konfusius, seorang filsuf besar dari Timur, pernah berkata: “Jika anda berencana untuk satu tahun, tanamlah padi. Jika anda berencana selama sepuluh tahun, tanamlah pohon. Jika anda berencana selama 100 tahun, didiklah manusia.” Ungkapan ini menunjukkan bahwa mempersiapkan generasi adalah upaya jangka panjang yang menentukan masa depan sebuah peradaban. Pendidikan bagi umat manusia, khususnya umat Islam bangsa Indonesia, adalah fondasi peradaban yang jejaknya terus mengalir dari generasi ke generasi.

Hadirin yang dimuliakan Allah

Abad XXI membawa tantangan besar: derasnya arus informasi, budaya instan, dan pergeseran nilai moral. 

Tantangan ini tidak bisa dihadapi hanya dengan pengetahuan semata. 

Generasi baru membutuhkan karakter yang kuat, daya tahan moral, dan kepekaan etika dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu, pendidikan harus berubah—harus bertransformasi—dari sekadar proses transfer pengetahuan menjadi proses pembentukan manusia utuh yang adil dan beradab.

Di sinilah etika hukum hadir sebagai pilar penting. Etika hukum bukan hanya berbicara tentang pasal-pasal dan aturan tertulis, tetapi tentang nilai-nilai dasar yang membentuk perilaku manusia: kejujuran, disiplin, rasa tanggung jawab, menghargai dan menghormati hak dan kewajiban bersama, serta kecakapan menilai konsekuensi dari setiap tindakan. 

Ketika seseorang memahami etika hukum, ia akan senantiasa berani berbuat benar bukan takut salah, tetapi karena ia menyadari bahwa hidup adalah amanah dan interaksi sosial hanya dapat dijalani secara beradab oleh manusia yang berperadaban.

Etika hukum melahirkan karakter yang berakar kuat. Siapa yang terbiasa tertib terhadap aturan kecil dalam hidupnya maka ia akan mampu pula menjaga aturan yang lebih besar dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. 

Membangun generasi berkarakter berarti membentuk manusia yang menjadikan etika sebagai penuntun, bukan sekadar formalitas. Inilah inti sari value etika hukum yang sejati.

Jama’ah Jumat yang dimuliakan Allah,

Transformasi pendidikan yang kita dambakan bukan berarti meninggalkan tradisi. 

Justru pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang mampu menggabungkan kearifan tradisional dan kontemporer secara berimbang, adil dan manusiawi. 

Nilai-nilai ajaran Ilahi untuk semua, keteladanan dari Nabi dan para sahabat, serta nilai-nilai dasar dari para pendahulu adalah fondasi yang semestinya mendarah daging dalam kehidupan kita dan generasi kedepan.

Pada masa 100 tahun kemerdekaan Indonesia kelak, bangsa kita membutuhkan generasi yang ahli dalam bidangnya dan memiliki etika hukum yang matang: generasi yang adil dan beradab, generasi yang mampu menjadi teladan dalam kehidupan.

Hadirin yang dimuliakan Allah

Membangun generasi abad XXI adalah tanggung jawab besar kita semua. Perubahan zaman tidak bisa kita hentikan, tetapi karakter dan akhlak generasi dapat kita bentuk.

Oleh karena itu, segenap pelaku didik, marilah kita satukan langkah untuk menghadirkan lingkungan yang menumbuhkan akhlak dan integritas. 

Setiap keputusan yang kita ambil, setiap nilai yang kita tanamkan, dan setiap teladan yang kita berikan adalah bagian dari upaya besar mempersiapkan masa depan bangsa. Dengan pendidikan berkarakter dan etika hukum yang tertanam kuat, kita sedang menyiapkan generasi terbaik bagi masa depan Indonesia.