PEMILU
Thursday, 19 September 2024

lognews Media Road Trip To Jawa Timur, Prof. Nur Syam Bicara Al Zaytun

User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

lognews.co.id, Prof. Dr. H. Nur Syam, M.Si seorang Doktor, dan Profesor sosiologi UIN Sunan Ampel, yang aktif menuangkan gagasan keilmuan dan kebangsaan melalui karya tulisan dalam bentuk buku dan kolom online. Berbagi ceritanya saat mendapingi Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si. yang menjabat sebagai menteri Agama sejak tahun 2009 berkesempatan melihat jalannya pendidikan di Ma'had Al - Zaytun yang berkeseuaian dengan spirit pesantren yang modern, scientific, dan kemandirian. 

Teringat masa lalu dalam jamuan makan, Nur Syam menceritakan pernah mendengarkan apa kalimat yang dilontarkan Syaykh Al-Zaytun kepada Surya Darma Ali. "Saya ingat saat makan, Pak menteri kalau kita kepingin kambing tidak mengandung kolesterol, asam urat, diasingkan selama 2 minggu sebelum disembelih. ketika disembelih gak ada lagi, karena dalam masa pengasingan mampu mengeluarkan zat tubuh yang jelek" ujar Nur Syam sambil mengingat kata kata Syaykh. 

Pertemuan lainnya saat kunjungan ke pondok pesantren Mas Mumambang Gresik, kecamatan dukun mas kumambang, menemani Menteri Agama, Surya Darma Ali. Lama mendampingi Surya Darma Ali, diakuinya sebagai sosok yang jujur dan menggenggam erat kebenaran sehingga tidak mau mengaku salah jika dirinya memang tidak bersalah, begitupun juga sosok Syaykh Al Zaytun,Prof. DR. AS. Panji Gumilang, M.P. sebagai pribadi optimis, punya visi misi pengembangan pendidikan kedepan pada waktu itu memang sudah luar biasa, tidak hanya pendidikan, ada lembaga ekonomi yang dikembangkan pesantren yang ideal, tidak hanya bertumpu pada kegiatan berbasis ilmu pendidikan, program terkait yang menguatkan pendidikan itu sendiri juga diwujudkan. 

Sejak diresmikan Presiden Ketiga RI BJ Habibie, 25 tahun sudah Ma'had Al-Zaytun konsisten dengan motto "Pesantren Spirit but Modern System" dan sebagai satu tempat "Pusat Pendidikan Pengembangan Budaya Toleransi dan Perdamaian" semakin menampakkan kemandiriannya yaitu sebagai pesantren pertama di Indonesia yang memproduksi kapal kayu LKM. K-01.KM. Gunung Surowiti, kapal kayu LKM. K-02. KM. Gunung Pulosari, dan kini dilanjutkan dengan kapal yang lebih besar lagi, LKM. K-03. KM Connie RHKB Bakrie Jung Pantura Java. 

Berbincang mengenai pendidikan dalam podcast lognews.co.id di kanal youtube bersama host wartawan senior HA Nasution, Nur Syam menuturkan kondisi pesantren yang ada di Indonesia sudah berkembang sedemikian rupa, selain pendidikan keagamaan plus (umum) dan usaha/niaga dalam rangka suport system dengan mengembangkan berbagai usaha, contoh lainnya adalah pesantren sidogiri yang menepis ungkapan ungkapan hiburan "kalau gak gudigen belum dikatakan santri" dulu dianggap santri itu "gudigen" tapi dengan dibangunnya poliklinik dan menguatkan kebersihan, berdampak sikologis, membalik cerita santri "gudigen" jadi santri sehat, dan itupun sudah ada di Al Zaytun. Mengacu kedalam mandat negara berdasarkan UU no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwa Pesantren sebagai pendidikan agama, keagamaan dan pendidikan umum, yang menganut sistem madrasi dan sistem persekolahan sehingga menjadi lembaga pendidikan umum yang berciri khas agama. Kemudian dibalut dengan basis keilmuan, teknologi dan dimensi sosial, Nur Syam menjelaskan pentingnya membangun interaksi sosial pesantren dengan masyarakat dan relasi sosial yaitu hubungan pesantren dengan guru. 

Kemudian diperkuat dengan cara membangun relasi pesantren dengan lembaga sosial keagamaan (organitational empowerment) ataupun juga memberdayakan organisasi kemasyarakatan sekelilingnya. Pesantren punya modal etika bisa juga menjadikan masyarakat pusat mengembangkan organisasi non keagamaan, berbasis dari orang melakukan tindakan politik, sehingga menghasilkan politisi yang baik. 

Selanjutnya pendekatan pemberdayaan ekonomi "economy development" Pesantren melibatkan kedalam program ekonomi kerakyatan bercirikhas agama dan kemiskinan/kesanjangan yang mendasari pendekatan ini. Menurutnya menjadi hal yang sering "debateble" mengenai keterbukaan institusi, ketika pesantren dilakukan framing oleh pertarungan otoritas sehingga pendekatan tersebut bisa membuktikan "dengan inilah yang kita sudah lakukan" kata Nur Syam. 

"Jadi kita tidak boleh suuzon dulu, kita pelajar secara akademis ada ainul yaqin dari pengindraan, kebenaran secara ilmiah dan haqul yakin, kalau memperoleh asupan yang benar" pungkas Nur Syam. (Amr-untuk Indonesia)