lognews.co.id, Jakarta - Berdasarkan Surat Keputusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI Perjuangan Nomor 1648/KPTS/DPP/XI/2024 Effendi dipecat karena tidak mengindahkan instruksi DPP PDI Perjuangan.
Pemecatan Effendi pun dinilai melanggar Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) partai, sebab PDIP merupakan pengusung paslon nomor urut 3 Pramono Anung-Rano Karno dalam pilkada ibu kota tersebut.
Pada Sabtu (30/11/2024), beredar surat berisi pemecatan Effendi Simbolon sebagai kader dan anggota PDIP. Surat itu ditandatangani oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang ditetapkan pada Kamis (28/11/2024).
Juru Bicara PDI Perjuangan Aryo Seno Bagaskoro mengungkap alasan partainya memecat politikus Effendi Simbolon menurutnya kader PDI Perjuangan semestinya menjalin komunikasi politik sejalan dengan prinsip yang dipegang partai. Akan tetapi, Effendi Simbolon tidak melakukan hal demikian.
Seno menjelaskan bahwa Effendi Simbolon melakukan pertemuan dengan presiden ketujuh RI Joko Widodo (Jokowi) dalam masa Pilkada 2024.
Effendi Simbolon juga kedapatan mendukung pasangan Ridwan Kamil-Suswono sehingga dianggap tidak patuh terkait dengan rekomendasi pasangan calon pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta 2024 dari PDI Perjuangan.
Berikut isi surat keputusan PDIP terkait pemecatan Effendi:
MEMUTUSKAN:
1. Memberikan sanksi organisasi berupa pemecatan kepada Effendi Muara Sakti Simbolon dari keanggotaan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
2. Melarang Saudara tersebut pada diktum 1 (satu) di atas melakukan kegiatan dan menduduki jabatan apapun yang mengatasnamakan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
3. DPP PDI Perjuangan akan mempertanggungjawabkan surat keputusan ini pada Kongres Partai.
Lahir di Banjarmasin 1 Desember 1964 Effendi pernah mengenyam pendidikan di Universitas Jayabaya, Jakarta menjadi anggota DPR RI sudah sejak periode 2004-2009. Kemudian kembali menjadi legislator di periode 2014-2019 dan 2019-2024.
Langkah politik Effendi sering menjadi sorotan terlebih saat isu dirinya yang akan pindah partai saat kontestasi Pilpres 2024 sedang memanas. Hal itu buntut pernyataan Effendi yang menyebut Prabowo cocok menjadi pemimpin RI. (Amri-untuk Indonesia)