PEMILU
Thursday, 03 October 2024

MEMBACA JALAN MENANG GANJAR -MAHFUD

Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive
 

Oleh. : H. Adlan Daie

Pemerhati politik dan sosial keagamaan

Posisi politik pasangan Ganjar Mahfud secara demografis "tanggung", sulit masuk ke kavling demografi pemilih "Islam kota" dan potensial "tergerus" basis basis lama yang dulu diidentifikasi basis pemilih Jokowi. 

Jokowi kini terang terangan dengan kekuasaan politiknya berdiri di belakang capres Prabowo di mana Gibran, anak sulung Jokowi menjadi cawapres dari Prabowo. Tak perlu "berbasis basi" lagi berharap "berkah" elektoral dari effect Jokowi.

Dari sisi gagasan besar pun pasangan Ganjar Mahfud sangat rumit, tanggung dan dilematis. Tidak dalam posisi "tegas" sebagaimana pasangan "AMIN" jelas mengusung gagasan besar "perubahan" dan Prabowo Gibran mengklaim diri sebagai pewaris "keberlanjutan" Jokowi.

Itulah dilema dilema politis yang dihadapi pasangan Ganjar Mahfud, sebuah jalan rumit, terjal dan tidak sederhana melintas jalan memenangkan kontestasi pilpres 2024. 

Jualan isu "radikal radikul" tidak relevan lagi dalam konstruksi pilpres 2024.

Dalam perspektif penulis berbasis update data survey jalan satu satunya pasangan Ganjar Mahfud memenangkan pilpres 2024 adalah memastikan diri masuk "ke putaran kedua".

Menurut sejumlah lembaga survey seperti "Litbang Kompas", "PolMark"- Eep Saefullah Fatah' dan survey lembaga asing "Morgan" pasangan Prabowo Gibran akan memenangkan pilpres tapi tidak mencapai angka elektoral "50% plus" sehingga pilpres 2024 berlanjut ke putaran kedua.

Dalam konstruksi dua putaran itulah pasangan Ganjar Mahfud dapat merambah jalan memenangkan pilpres 2024 setidaknya "brand historis" Mahfud MD, cawapres dari Ganjar, dekat secara kultural dengan NU dan "Islam kota" dapat mengambil "ceruk" pemilih yang kelak ditinggalkan pasangan "AMIN".

Tentu pasangan AMIN tidak dapat dipandang sebelah mata. Basis pemilihnya secara ideologis sangat kuat dari basis ormas ormas Islam dan kelompok kritis meskipun secara demografis lebih terbatas "ceruk" pemilihnya. Itulah tantangan lain dari pasangan Ganjar Mahfud.

Dari sisi pilihan isu politik pasangan Ganjar Mahfud tidak perlu "ewuh pakewuh" untuk terus menerus menggaungkan bahaya politik dinasti dalam negara demokrasi. 

Dalam survey SMRC (Awal Desember 2023) baru 37% pemilih di Indonesia "yang tahu" adanya praktek politik dinasti dalam pilpres 2024.

Mayoritas dari mereka "yang tahu" menolak memilih pasangan yang dikaitkan dengan politik dinasti. Jadi makin luas publik "tahu" adanya politik dinasti dalam pilpres 2024 makin besar publik tidak memilih pasangan tersebut.

Dalam perspektif itulah penulis membaca jalan menang pasangan Ganjar Mahfud dalam pilpres 2024. Tidak mudah memang karena yang dihadapi bukan sekedar pasangan Prabowo Gibran, lebih dari itu, raksasa Oligarkhi politik yang menopang di belakangnya.

Karena itu ikhtiar memenangkan pasangan Ganjar Mahfud harus diletakkan dalam spirit memenangkan demokrasi terhadap politik dinasti untuk menghindarkan "republik rasa kerajaan", sumber kehancuran peradaban bangsa modern. 

Selamat berjuang