PEMILU
Thursday, 03 October 2024

MUNGKINKAH PASANGAN "AMIN" MENANG?

User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Oleh : H. Adlan Daie

Pemerhati politik dan sosial keagamaan.

lognews.co.id, Pertanyaan dalam judul tulisan di atas bisa dijawab secara simpel dalam teori Otto Van Bismoch, politisi Jerman abad 19 bahwa "politics is the art of the possible"

Artinya politik selalu membuka ruang kemungkinan bagi pasangan AMIN memenangkan pilpres 2024 meskipun dalam sejumlah hasil survey pasangan "AMIN" selalu di posisi paling "buncit" kecuali dalam survey "Kompas" terakhir (awal Desember 2023) naik ke posisi kedua dari tiga pasangan dalam pilpres 2024.

Hasil survey selalu menyimpan "angka angka" dinamis yang tak dijelaskan lembaga survey di media publik, yaitu :

Pertama, angka elektabilitas dalam survey sesungguhnya bersifat "dinamis", hanya mencerminkan angka elektabilitas saat survey dilakukan, tidak menggambarkan suatu angka "statis" yang akan terjadi pada hari H pencoblosan.

Dalam konteks ini "pendukung" pasangan AMIN tidak perlu merasa "ter-intimidasi" hasil survey karena angka angkanya bersifat "cair", terlebih survey tak jarang bertalian dengan pesan sponsor yang membiayai dengan "mengakali" proporsi "sampling" responden dan utak Atik angka "margin error'".

Kedua, dalam setiap hasil survey opini publik pastilah terdapat kategori "swing voters", yakni pemilih berpotensi pindah pilihan dan "undercided voters", yakni pemilih yang belum menentukan pilihan saat survey dilakukan.

Dalam survey "PolMark" milik Eep Saefullah Fatah (Awal Desember 2023) dua kategori pemilih di atas, yakni "swing voters" dan "undercided voters" masih di angka 40%.

Inilah angka yang sangat besar, sebuah "battle ground", arena perebutan elektoral dalam hari hari ke depan hingga hari H pencoblosan.

Ketiga, survey opini publik menggambarkan bahwa pemilih 100% datang ke TPS. Dengan kata lain, survey tidak bisa mengukur berapa % pemilih pasangan tertentu yang terpotret dalam survey tidak datang ke TPS.

Makin besar pemilih pasangan tertentu yang dipotret dalam survey tidak datang memberikan suaranya ke TPS makin potensial mempengaruhi hasil akhir.

Merujuk pada data data pilpres dari empat pemilu terakhir rata rata partisipasi pemilih sebesar 70%. Artinya, 30% pemilih dalam daftar pemilih tetap (DPT) tidak memberikan suaranya ke TPS.

Pasangan AMIN sedikit "diuntungkan" karena pemilihnya berbasis ideologis ormas ormas Islam dan kelompok kelompok kritis, yakni kategori pemilih yang sulit berpindah pilihan dan cenderung aktif datang ke TPS tapi terbatas "ceruk" pemilihnya dalam populasi pemilih di Indonesia.

Karena itu penting melakukan penetrasi ke rumpun rumpun basis elektoral lain dengan isu isu yang lebih responsif, aktif dan berani mengawal prinsip jujur dan adil proses pilpres 2024 yang dirasakan publik sungguh sungguh sangat mengkhawatirkan.

Itulah peta jalan terjal, melelahkan dan menguras energi lahir batin bagi pasangan AMIN untuk memenangkan pilpres 2024 meskipun besar kemungkinan dalam dua putaran.

Selamat berjuang, semoga sampai tujuan.