Video yang beredar memperlihatkan petugas parkir Surabaya secara kolektif menyatakan ketidaksetujuannya terhadap kebijakan pemerintah yang menggunakan kode QR untuk pembayaran parkir. Sayangnya, respon masyarakat terhadap video tersebut menimbulkan banyak komentar yang bertolak belakang dengan protes para petugas tersebut.
Dalam video berdurasi sekitar satu menit, di akun Tiktok unggahan @zacky_zakera, puluhan juru parkir Surabaya berkumpul untuk menyuarakan keprihatinannya. Diwakili oleh juru bicara di tengah rombongan yang mengenakan kemeja abu-abu dan celana hitam, sang pemimpin menyampaikan pidato protes terhadap Wali Kota Surabaya. Ia menegaskan, perkataannya mewakili seluruh juru parkir Surabaya.
Dalam pidato singkatnya, para hadirin meminta Walikota Eri Cahyadi untuk mendengarkan keluhan mereka, dan dengan tegas menolak kebijakan pembayaran parkir nontunai yang dilakukan pemerintah kota. Video yang diunggah ke Instagram Asli Suroboyo ini ditonton satu juta kali dalam sehari, disertai lebih dari tujuh ribu warganet yang menyatakan ketidaksetujuannya.
Banyak komentar mencerminkan pengalaman warga mengenai praktik tidak jujur dan ketidakpuasan terhadap perilaku petugas, dengan menyebutkan perbedaan antara tarif parkir dan harga yang ditetapkan pemerintah. Contohnya termasuk pernyataan seperti, "Saya mendukung pembayaran non-tunai. Tandanya bertuliskan tiga ribu, tapi mereka mengenakan biaya lima ribu," dan berbagai pengguna berbagi pengalaman frustasi serupa.
Beberapa bahkan menyamakannya dengan sejarah penolakan antara transportasi konvensional dan layanan ride-sharing, sehingga mendesak para petugas untuk beradaptasi dengan perubahan zaman demi kepraktisan. (Nia untuk Indonesia)



