Monday, 15 December 2025

Syakh Al-Zaytun: Diplomasi Via Kesetaraan Pendidikan dan Swasembada Pangan

User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

lognews.co.id – Syakh Al-Zaytun sudah menyatu dengan dirinya. Bagaimana tidak? Selama 26 tahun berdirinya lembaga kharismatik Ma’had Al-Zaytun, ia berproses membentuk gagasan, keteladanan, dan arah bagi pelajar serta masyarakat luas, dalam sebuah tayangan di channel YouTube Lognews TV, menekankan bahwa bangsa Indonesia kerap melupakan sosok pahlawan yang berjuang dengan diplomasi, bukan hanya melalui peperangan. Menurutnya, pahlawan sejati juga lahir dari kecerdikan berdiskusi di parlemen dan merajut persatuan bangsa, seperti yang dilakukan Mohammad Natsir melalui Mosi Integral pada 1950.

“NKRI hari ini semua orang bilang harga mati, tapi banyak yang tidak tahu siapa yang merajutnya. Pahlawan seperti Natsir itu jarang disebut, padahal kepiawaiannya berdiskusi di parlemen membuat NKRI tegak kembali,” ujar Syakh Al-Zaytun.

Pahlawan Pangan dan Pendidikan
Menurutnya, pahlawan bukan hanya mereka yang gugur di medan perang, tetapi juga mereka yang menyiapkan pangan dan pendidikan untuk masa depan bangsa. Ia menyoroti pentingnya ketahanan pangan sebagai penopang kedaulatan Indonesia.

“Petani hari ini adalah duafa, tetapi justru mereka yang bisa mengangkat derajat bangsa. Kalau pangan cukup, kalau pendidikan tertata, maka Indonesia akan gagah,” ungkapnya.

Syakh Al-Zaytun mengaitkan hal ini dengan visi Presiden Prabowo Subianto yang mencanangkan swasembada pangan. Ia menyarankan model penyewaan lahan petani oleh negara dengan kompensasi memadai, di mana negara mengelola produksi secara terpusat dengan infrastruktur lengkap: jalan inspeksi, gudang, dryer, hingga rice milling unit.

“Bayangkan jika 500 sentra pangan dibangun, dengan mekanisasi penuh dari penanaman, pemupukan, hingga panen. Hasil bisa melonjak sampai 6,5 ton per hektar. Petani senang karena tanahnya disewa, negara kuat karena produksi stabil,” jelasnya.

Proyeksi Penduduk dan Tantangan Masa Depan
Syakh Al-Zaytun mengingatkan bahwa penduduk Indonesia kini sudah mencapai 280 juta jiwa, naik 400% sejak 1950. Jika tidak ada pengendalian, tahun 2150 populasi bisa mencapai 700 juta jiwa.

“Pertumbuhan ini harus disiapkan dengan pangan dan pendidikan yang memadai. Lebih baik kita atur sejak sekarang daripada nanti bangsa ini kelaparan,” tegasnya.

Ia mengusulkan pembangunan 450 - 500 sentra pendidikan berasrama yang terintegrasi dengan lahan pertanian. Di sana, peserta didik tak hanya belajar teori tetapi juga praktik pertanian modern, peternakan sapi perah, hingga riset teknologi pangan.

Belajar dari Sejarah
Syakh Al-Zaytun juga menyinggung keberhasilan masa lalu, seperti program swasembada pangan era Presiden Soeharto. Namun ia menyebut capaian itu “sementara” karena belum berlandaskan sistem yang kokoh.

“Pak Harto tekun, setiap pagi kumpulkan menterinya, kuasai persoalan hari ini. Itu pelajaran besar: pemimpin harus belajar, harus paham masalah rakyat. Kalau sekarang, mari kita buat ketahanan pangan yang abadi, bukan sementara,” katanya.

Cintai Negeri Melebihi Dirimu
Pesan utama Syakh Al-Zaytun pada Hari Pahlawan kali ini adalah cinta kepada negeri harus lebih besar dari cinta kepada diri sendiri. Ia mengutip ucapannya pada 17 Agustus 2024:

“Cintailah sesamamu seperti kamu mencintai dirimu. Cintailah negaramu lebih daripada kamu mencintai dirimu sendiri.”

Ia menutup dengan seruan agar bangsa Indonesia bukan hanya pandai memilih pemimpin, tetapi juga pandai menaati dan mengikuti arah kepemimpinan.

“Bangsa ini kuat, pemimpinnya mulai menampakkan kekuatan. Kalau kita pandai memilih, harus pandai mengikuti. Dengan begitu, Indonesia bisa jadi pahlawan pangan dunia,” pungkasnya. (Sahil untuk Indonesia)