lognews.co.id – Pemikiran Syakh Al-Zaytun Panji Gumilang kembali menjadi sorotan bahwa gagasannya tentang peradaban, surga, dan kemandirian bangsa. Dalam perbincangan bersama narasumber Mas Cuni, ditegaskan bahwa visi besar Al-Zaytun adalah membangun budaya, membangun negara Indonesia Raya, dan membangun dunia.
Mars Al-Zaytun: Tiga Pilar Pembangunan
Mas Cuni menyinggung mars Al-Zaytun yang memiliki lirik “maju, maju, maju membangun budaya; membangun negara; membangun dunia”. Menurutnya, lirik ini bukan sekadar nyanyian, tetapi cerminan tujuan besar Al-Zaytun. Pembangunan budaya dipandang sebagai fondasi, pembangunan negara sebagai kontribusi nyata bagi Indonesia, dan pembangunan dunia sebagai wujud tanggung jawab global.
Simbol Peradaban: Menara Pemuda dan Perdamaian
Syekh Panji Gumilang membangun menara setinggi 201 meter yang menjadi bagian dari Masjid Rahmatan lil Alamin di lingkungan Al-Zaytun. Menara ini, dinamai Menara Pemuda dan Perdamaian, disebut sebagai simbol peradaban luhur yang akan menjadi mercusuar perdamaian bagi Indonesia dan dunia.
“Bangunan ikonik selalu menjadi ciri peradaban tinggi. Al-Zaytun ingin menghadirkan warisan monumental yang menyatukan manusia, seperti tembok Cina atau piramida di Mesir,” ujar Mas Cuni.
Kemandirian sebagai Prinsip Utama
Dalam kesempatan itu, ditegaskan pula bahwa seluruh pembangunan di Al-Zaytun dilakukan secara mandiri, tanpa dana asing maupun tenaga kerja luar negeri. “Tidak ada seujung kuku pun dana dari luar. Seratus persen murni Indonesia, halal, halalan thayibah,” tegasnya.
Setiap 3 hari, Al-Zaytun menyiapkan 5,4 ton beras untuk konsumsi santri dan civitasnya. Untuk menjamin ketersediaan pangan, Syekh Panji Gumilang mendorong budidaya pertanian mandiri, termasuk penelitian intensif terhadap varietas padi unggul. Bahkan, disebutkan bahwa beliau kerap menghitung bulir padi sebagai bagian dari zikir dan riset produktivitas.
Surga Dunia yang Nyata
Konsep “surga” menurut Syekh Panji Gumilang tidak perlu menunggu di akhirat. Surga, katanya, bisa diwujudkan di dunia melalui ketahanan pangan, lingkungan hijau, pendidikan berkualitas, serta kehidupan damai tanpa konflik.
“Surga dunia itu ada wujudnya, bukan sekadar angan-angan. Kalau dunia kita baik, pasti akhirat juga baik. Sebaliknya, dunia amburadul, jangan harap surga,” ungkap Mas Cuni mengutip pesan Syekh Panji Gumilang.
Di kawasan seluas lebih dari 1.500 hektar, Al-Zaytun menghadirkan hamparan hijau, pepohonan rindang, hingga lahan pangan yang luas. Hal ini dimaksudkan agar santri dan civitas dapat menikmati kehidupan sehat, seimbang, dan berkelanjutan.
Pendidikan dan Keteladanan
Selain pertanian, Syekh Panji Gumilang menekankan pendidikan sebagai jalan utama membangun bangsa. Ia meneladankan sikap disiplin, tidak merokok, rajin berolahraga, hingga menempuh studi lanjut di usia 70 tahun.
“Beliau mengajarkan PD (percaya diri) dan TD (tahu diri). Percaya diri untuk berani melawan arus, tapi tahu diri untuk mengukur kemampuan,” jelas Mas Cuni.
(Sahil untuk Indonesia)


