lognews.co.id, Indramayu - Proses berdirinya Ma'had Al-Zaytun "Pesantren spirit but modern system" yang terletak di Desa Mekarjaya, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, menurut Syaykh tidak "Sekonyong konyong" menjadi ada seperti yang bisa dilihat sekarang ini, namun ada gagasan, ada proses proses yang dilalui, dan ada kecintaan terhadap dunia pendidikan yang dilaksanakan untuk dapat mengubah dunia.
Hari Senin (30/9/2024) bertempat di pelabuhan kapal samudra biru, Eretan Indramayu, wartawan senior lognews.co.id, Nasaktian, berkesempatan berbincang langsung dalam acara talk show, program Syaykh Al-Zaytun Files, yang tayang di kanal youtube lognewsTV, membicarakan proses lahirnya Al-Zaytun dimulai dari 25 tahun kebelakang.

Sebelum melakukan talk show, pada pukul 13.00 WIB, tim lognews menyaksikan tokoh bangsa, pendidik dan kemaritiman, Prof. DR. Abdussalam R Panji Gumilang, M.P., bersama Jibril penanggung jawab pembuatan kapal, menaiki kapal dalam rangka uji coba kapal kayu tradisional bertuliskan Jung Java, buatan santri Ma'had Al-Zaytun kelas X, yang berukuran lebih kecil dari kedua kapal yang sudah diproduksi.
Selanjutnya tim lognews disilahkan untuk menikmati jamuan sembari berbincang hangat membicarakan perkapalan dan pendidikan, kemudian dilanjutkan dengan talk show pada pukul 14:24 WIB.
Dibuka dengan kutipan yang diutarakan oleh Descartes, sang filsuf ternama dari Prancis "Cogito ergo sum" yang artinya "aku berpikir maka aku ada" gagasan yang membuktikan bahwa satu-satunya hal yang pasti di dunia ini adalah keberadaan seseorang sendiri. Keberadaan ini bisa dibuktikan dengan fakta bahwa ia bisa berpikir sendiri. Kemudian dilengkapi oleh Syaykh Panji Gumilang "Bergeraklah maka kamu hidup, berbuat maka ada, kalau tidak bergerak selesai".
Kemudian Syaykh menuturkan awal mula sebelum mendirikan Al Zaytun yaitu melihat kebelakang 25 tahun jauh sebelum Al Zaytun ada. Alangkah sulitnya membayangkan apalagi menguraikan keadaan saat itu, bila dibandingkan dengan kondisi kemajuan desa Gantar, Mekarjaya lokasi berdirinya Ma'had sekarang.
Akrab dengan dunia pendidikan, dari kecintaan terhadap bahasa Indonesia dimasa bermainnya di Gresik, Jawa Timur dengan membentuk kelompok bola, bernama TBTO (Tiada bola tendang orang) Syaykh sudah menetapkan aturan untuk berbahasa melayu bukan bahasa jawa dikala sedang bermain bola saat itu, kemudian dipercaya mengajari kelompok belajar orang dewasa dikampungnya, kemudian mondok di Gontor, menyelesaikan proses akademik di IAIN Ciputat, dan dipercaya untuk membina pendidikan di Menes Pandeglang, Banten dari situ gagasan keluar ingin membesarkan lembaga pendidikan Matlaul Anwar.
Saat ditugaskan oleh pemilik Matlaul Anwar, Uwais abu bakar, Syaykh melaksanakan tugasnya untuk membangun pesantren modern Matlaul Anwar belum berhasil akibat sang penunggu tanah wakaf tidak rela, namun Syaykh tetap menjaga persahabatan.
Tetap kepada gagasan untuk membuat pendidikan modern yang mampu merubah suatu kehidupan, maka Syaykh menegaskan tidak pernah berbelok dari gagasan itu sampai hari ini yaitu gagasan untuk belajar dan mendidik.
Kemudian, pada 21 September 1980 tokoh islam nasional, Muhammad Natsir mantan Ketua Masyumi, yang saat itu menjabat sebagai pimpinan Rabithah Alam Islami Indonesia menugaskan Syaykh berangkat ke Saba, Malaysia Timur untuk mengajar dan meneliti pendidikan.
Di tahun 1982 Syaykh dipilih kembali menjabat selama dua periode menjadi presiden (ketua) Perkisa (Perhimpunan Indonesia di Sabah dan Serawak) lembaga swadaya masyarakat Indonesia di Sabah dan Serawak dengan anggota lebih dari 3,5 juta orang Indonesia dari berbagai suku.
Hingga akhirnya pada tahun 1989 akhir, berpamitan kepada Muhammad Natsir untuk pulang ke Indonesia untuk membangun pusat pendidikan yang modern dan mampu mengubah dunia, melalui science technology society di Indramayu, Jawa Barat.
Tidak langsung menuju Indramayu, terlebih dahulu mencari ke ujung Jawa Timur, Banyuwangi, Lampung Sumatera, Balaraja Banten, hingga Kabupaten Subang, yaitu Cijengkol, perbatasan Subang.
Tidak disangka saat rombongan Syaykh saat mampir disebuah warung untuk makan siang di wilayah seperti hutan saat itu, tepatnya daerah Gantar, warga datang menawarkan tanah jelek tapi luas, kemudian disambut dengan semangat untuk menunjukan tanah jelek itu kemudian terkumpul hingga 600 hektar.
Dengan kerja keras, karena struktur tanahnya yang tandus itu kemudian diolah dengan alat seadanya, hingga akhirnya ketiban rejeki nomplok karena mendapat bunga hingga 75 % usai krisis moneter tahun 1998, dengan mempertahankan uang rupiah di Bank CIC sehingga pembangunan mulai berjalan cepat karena mampu mengganti alat sederhana menjadi alat berat.

Syaykh mengungkapkan bahwa Pendidikan tidak bisa diartikan sederhana, karena bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan rakyat semesta. (ipoleksosbudhankamrata) bersumber dari pendidikan, kemudian generasi berkualitas tidak bisa hanya dididik umum saja, sementara vokasi ditinggalkan.
Sehingga semua pengalaman Syaykh saat mendidik dan meneliti pendidikan dengan melanglangbuana ke luar negeri, dijadikan suatu ilmu yang timbul dari sensitifitas apa yang dilihat dan dirasakan kemudian di internalisasikan.
Hasil penelitian Syaykh, pada tahun 1990 pendidikan Malaysia sudah bangkit melampaui Indonesia, dengan dua kemajuan peserta didik yaitu mampu mengenal jati diri bangsanya, dan memiliki adat sopan santun yang tertata, sehingga bangga mengatakan "Akulah Malaysia" maka disimpulkan sistem yang baik yaitu berasrama tapi di Malaysia tidak disebut dengan pesantren.
Inilah yang kemudian dinamakan Ma’had Alzaytun dibuka secara resmi oleh Presiden RI BJ Habibie pada tahun 1999, membawa motto "Pesantren Spirit but Modern System" dan sebagai satu tempat "Pusat Pendidikan Pengembangan Budaya Toleransi dan Perdamaian". (Amr-untuk Indonesia)


