Monday, 15 December 2025

Saatnya Jatuh Cinta pada Biawak

Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive
 

lognews.co.id – Biawak. Mendengar namanya saja mungkin sebagian orang langsung membayangkan sosok reptil besar yang tiba-tiba nongol dari selokan atau dikejar-kejar warga kampung. Padahal, di balik tampilannya yang mirip "Godzilla versi hemat", hewan satu ini justru punya peran penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan.

Secara ilmiah, biawak dikenal dengan nama Varanus salvator, atau biawak air. Mereka adalah spesies reptil yang termasuk keluarga Varanidae, sepupu dekat dari komodo yang lebih besar dan lebih populer. Meski tak setenar kerabatnya di Pulau Komodo, biawak punya keunggulan tersendiri: kemampuan beradaptasi yang luar biasa.

Awalnya, biawak hidup di hutan tropis, rawa-rawa, dan daerah basah lainnya. Tapi, perubahan habitat akibat urbanisasi memaksa mereka berbaur dengan kehidupan manusia. Kini, tak jarang mereka ditemukan di bantaran sungai kota, saluran air, atau bahkan komplek perumahan. Alih-alih punah, biawak justru jadi “warga urban” yang tangguh hidup nomaden, nggak pilih-pilih tempat, dan bisa bertahan di mana saja.

IMG 20250807 WA0037

Tubuhnya bisa tumbuh sepanjang 2 meter, setara anak balita yang nongkrong, lengkap dengan ekor panjang dan kuat. Ekor inilah yang sering jadi “senjata pamungkas” ketika biawak merasa terancam atau bad mood. Tapi tenang, biawak bukan hewan agresif. Mereka cenderung menghindari manusia dan hanya menyerang jika merasa diserang lebih dulu.

Lebih dari itu, biawak sebenarnya punya kontribusi positif di lingkungan sekitar. Mereka dikenal sebagai pemangsa alami hewan-hewan pengganggu seperti ular kecil, tikus, hingga serangga. Beberapa laporan dari National Geographic dan jurnal Herpetological Conservation and Biology menyebut bahwa keberadaan biawak bisa membantu mengontrol populasi predator lain yang justru lebih membahayakan manusia. Ibarat satpam spiritual, kehadiran biawak bisa bikin kawasan rumah lebih aman dari gangguan makhluk melata bersisik lainnya.

Sayangnya, citra buruk masih melekat pada reptil ini. Banyak yang menganggap biawak sebagai hama, atau bahkan buruannya untuk dijadikan konsumsi. Tak sedikit biawak yang ditangkap untuk dijadikan sate, padahal keberadaannya penting bagi ekosistem. Ironisnya, biawak yang nggak pernah gigit kalau nggak diganggu, justru seringkali digigit manusia secara harfiah maupun nasibnya.

Kini, saatnya mengubah cara pandang. Alih-alih mengusir atau memburunya, kita bisa belajar berdampingan dengan satwa ini. Edukasi tentang peran biawak dalam rantai makanan dan perlindungan habitatnya perlu lebih digencarkan, terutama di wilayah-wilayah urban yang masih menjadi jalur hidup mereka.

Jadi, lain kali kalau lihat biawak lewat di selokan depan rumah, tahan dulu niat panikmu. Bisa jadi, dia sedang patroli rutin memastikan tikus got dan ular kecil nggak seenaknya berkeliaran. Karena kadang, penjaga terbaik datang dalam bentuk yang tak terduga bersisik, berkuku tajam, dan berjalan perlahan sambil menjulurkan lidahnya ke udara. (Sahil Untuk Indonesia)