Oleh : H. Adlan Daie
Analis politik dan sosial keagamaan.
lognews.co.id - Kapan anda (bapak/ibu/saudara) memutuskan pilihan terhadap "cabup cawabup" kabupaten Indramayu 2024 - 2029 yang akan anda pilih ?
Sebesar 45,7% populasi pemilih berdasarkan "sampling" responden secara proporsional memutuskan -H pilkada (sehari sebelum pencoblosan) kepastian memilih pasangan "cabup cawabup" dan pilihannya "fix", tidak berubah.
Data survey di atas bukan temuan versi methode "Ceker" model pilihan kuwu (kepala desa). Methode "Ceker" bersifat fisik "stelsel elektoral", sangat "bias" untuk skala pilkada "kabupaten" kecuali skala "desa" di mana relasi calon "kuwu" dengan pemilihnya lebih "intim".
Data di atas adalah temuan hasil survey "profesional" (per tanggal 31 Oktober 2024) untuk pilkada Indramayu 2024 dengan 3000 responden, jumlah responden sangat besar untuk survey level "kabupaten" hingga hasil survey bisa dibaca detil sampai level kecamatan.
Penulis memegang secara lengkap hasil survey tersebut dan menjamin "keabsahan" methodologi survey dengan proporsi jumlah responden "terpilih", bersifat "RHS", kecuali sedikit "bocor Alus" atas seizin pemiliknya.
Dalam perspektif temuan survey di atas maka membaca siapa paling berpeluang menang pilkada Indramayu 2024 sungguh sangat "rumit" dan tidak sederhana.
Klaim klaim sepihak tentang "keunggulan" pasangan calon tertentu sangat "prematur", potensial "hoax", harus dilawan agar tidak memonopoli dan "menjajah" ruang publik.
Populasi pemilih "cair" masih sangat besar sebesar 46,7%. Mereka akan menentukan pilihannya "fix" hingga H - 1 pencoblosan. Inilah "battle ground", ruang pertarungan elektoral hingga "menit menit" akhir.menuju bilik bilik TPS.
Fenomena pemilih "cair" dalam pengalaman kontestasi elektoral di Indonesia tidak "khas" fenomena elektoral Indramayu. Pilkada DKI Jakarta 2017 mengalami "anomali' elektoral, pemilih 'cair" menentukan pilihannya "fix" sehari sebelum pencoblosan.
Itulah sebabnya 8 lembaga survey di pilkada DKI Jakarta 2017 mengunggulkan "Ahok Djarot" 52% di atas "Anies Sand" 48% dengan margin error 2,5% di mana survey dilakukan hanya 4 hari sebelum pencoblosan - "meleset" total.
Hasil akhir justru "Anies Sandi" unggul telak sebesar 58% (Naik 10%) dan "Ahok Djarot" hanya meraih 42%, (turun 10%), meleset total dari hasil survey yang dilakukan hanya 4 hari sebelum pencoblosan.
Memang demografi pemilih Jakarta tentu berbeda dengan populasi pemilih di Indramayu dari beragam aspek mulai tingkat pendidikan, tingkat literasi politik, kedekatan dengan media publik, kemampuan daya beli dan aspek lain lain.
Konteks yang hendak disampaikan dalam tulisan ini bahwa sebesar 45,7% pemilih Indramayu berdasarkan survey di atas masih bersifat "cair" hingga satu hari sebelum pencoblosan, sebuah ruang perebutan elektoral hingga jelang "pencoblosan".
Karena itu strategi akhir yang tepat, presisi berbasis isu dan kepiawaian skill politik taktis secara sistemik di rumpun pedesaan di sisa waktu 15 hari ke depan akan menentukan bagi ketiga pasangan calon untuk memenangkan kontestasi pilkada Indramayu 2024.
Pada akhirnya siapa pun kelak terpilih tentu memikul tanggung jawab tidak ringan untuk memenuhi janji janji politiknya dan sebagai konsekuensi sistem demokrasi publik harus mengawasinya.
Wassalam.