PEMILU
الثلاثاء، 24 أيلول/سبتمبر 2024

CARA MUDAH MEMAKNAI MAN 'ARAFA NAFSAHU, FAQAD 'ARAFA RABBAHU DENGAN NUMEROLOGI

تقييم المستخدم: 3 / 5

تفعيل النجومتفعيل النجومتفعيل النجومتعطيل النجومتعطيل النجوم
 

Lognews201. Com - Konsep perhitungan tanggal lahir adalah konsep yang bersifat universal bukan berasal dari dan diperuntukkan pada agama tertentu.

Meskipun numerologi dikatakan sebagai cabang dari ilmu Astrologi, semisal zodiak yang hanya menghitung dari tanggal dan bulan kelahiran saja, serta mengelompokkan tipe manusia ke dalam 12 tipe, yakni leo, aries, capricorn, scorpio, pisces, taurus, gemini, libra, sagitarius, aquarius, virgo, dan cancer.

Pada numerologi bagi saya perhitungannya lebih spesifik karena merupakan angka yang dihitung secara utuh dari tanggal lahir seseorang yang meliputi tanggal, bulan dan tahun.

Dengan menghitung total tanggal lahir akan mendapatkan hasil yang mengerucut menuju 1 digit angka sebagai angka unik seseorang.

Maka numerologi tanggal lahir bisa memiliki kajian yang lebih kuat untuk terkait dengan ilmu metafisika dan Pythagoras telah merumuskan hubungan antara tanggal lahir dengan karakteristik seseorang sejak berabad-berabad silam.

Perkembangan ilmu perhitungan numerologi semakin populer di banyak negara, sehingga melahirkan konsep untuk menentukan karakteristik manusia yang sesuai karakter angka yang dihitung dari tanggal lahir dengan membedakannya menjadi 9 tipe yang bersifat menetap sebagai pola kepribadian seseorang atau yang lebih spesifik disebut sebagai personality.

Saya menggunakan hasil riset para tokoh numerologi yang mengkaji bahwa manusia dibedakan atas 9 tipe, yaitu Tipe 1 sampai dengan Tipe 9. Bagaimana cara mendapatkan angkanya?

Sebagai contoh seorang yang lahir pada tanggal 14 Agustus 1985. Angka 14, 8, dan 1985 kita hitung secara terurai menjadi 1 + 4 + 8 + 1 + 9 + 8 + 5 = 36. Angka 36 kita pecah lagi untuk mendapatkan 1 digit angka, menjadi 3 + 6 = 9. Maka orang tersebut termasuk dalam karakter si Tipe 9. 

Nah, mudah bukan? Anda bisa mencoba menghitung dan mencocokkan hasil perhitungan tanggal lahir Anda pada daftar tipe numerologi berikut ini beserta unsur alam yang menyertainya ;

1. Tipe 1 unsurnya logam

2. Tipe 2 unsurnya api

3. Tipe 3 unsurnya tanah

4. Tipe 4 unsurnya tanah

5. Tipe 5 unsurnya api

6. Tipe 6 unsurnya kayu

7. Tipe 7 unsurnya kayu

8. Tipe 8 unsurnya logam

9. Tipe 9 unsurnya air

Kajian pada setiap tipe meliputi semua sendi kehidupan seseorang. Maka bisa terkaji secara khusus; personality tetapnya, kelemahan dan kelebihannya, potensi dan bakatnya, tabiat keuangannya, gaya belajarnya, gaya bekerjanya dan pencapaian tertinggi yang ingin seseorang capai dalam kehidupannya. Maka dapat saya katakan bahwa menghitung tanggal lahir seseorang sama halnya kita mengetahui seutuhnya hal-hal yang menjadi "blue print" setiap tipe dan itu bersifat "given" atau "terberi" atau bisa disebut sebagai "takdir".

Sebab tanggal lahir seseorang adalah mutlak pemberian Tuhan, maka ia memang bersifat given/terberi/takdir. Dari ihwal inilah kita jadi bisa menyambungkannya dengan sabda Rasulullah SAW yang berbunyi, "Man 'Arafa Nafsahu, Faqad Arafa Rabbahu". Sebab terkait dengan mengenal jati diri atau kesejatian diri seseorang yang notabene tak terlepas dengan urusan kepribadian atau personality.

Man ‘Arafa Nafsahu, Faqad Arafa Rabbahu. “Siapa yang mengenal dirinya, akan mengenal Rabb-nya”. Begitulah kurang lebih makna dari sabda Rasulullah SAW tersebut.

Apa maksud presisi kalimat tersebut? Seperti apa “mengenal diri” itu? Dan, bagaimana bisa dengan mengenal diri sendiri lalu menjadi mengenal Rabb? 

Mari kita perhatikan sabda Rasulullah SAW tersebut. “Man ‘arafa nafsahu”. Siapa yang ‘arif akan nafs-nya— jiwanya. Sebenarnya bukan sekadar mengenal, tapi ‘arif. ‘Arif akan jiwanya. ‘Arif kurang lebih bermakna “sangat memahami”, atau “paham dengan sebenar-benarnya”.

Sedangkan dalam “faqad arafa rabbahu”, kata “faqad” berarti “maka pastilah”, atau “sudah barang tentu”. Ada kadar kepastian yang tercakup di sana, jauh lebih pasti derajatnya dari sekadar “akan”. “Faqad ‘arafa rabbahu”, berarti “maka pastilah akan ‘arif tentang Rabb-nya”.

“Siapa yang ‘arif akan jiwanya, maka pastilah akan ‘arif tentang Rabb-nya”, begitu kira-kira maknanya. 

Terkait dengan tujuan penciptaan manusia, kita biasanya selalu merujuk pada ayat berikut,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan tidaklah Aku telah menciptakan jin dan manusia, kecuali untuk mengabdi kepada-Ku. Q.S. Adz-Dzariyat [51]: 56

Hanya sayangnya, kata “ya’bud” di sana biasanya hanya diterjemahkan sebagai “untuk beribadah”, dalam pengertian untuk melakukan shalat, puasa, zakat, haji dan semacamnya. Tujuan penciptaan kita seakan-akan hanya untuk melakukan ibadah ritual formal. Dengan memahami makna kata “ya’bud”  hanya seperti ini, maka pada akhirnya tujuan hidup manusia dipahami hanya sebatas untuk mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya dalam rangka seleksi untuk memasuki surga atau neraka saja.

Padahal, kata “ya’bud” di sana berasal dari kata ‘abid, kata benda yang bermakna hamba, budak, atau seorang abdi. Ya’bud, kata kerja, bermakna “menjadikan diri sebagai hamba”, atau tepatnya adalah “mengabdi”. Itulah tujuan penciptaan kita; untuk melaksanakan sebuah pengabdian— bukan sekadar untuk beribadah ritual.

Mengabdi, sebagaimana apa yang dilakukan seorang ‘abid, adalah melaksanakan perintah tuannya. Dan kebaktian yang tertinggi seorang ‘abid pada tuannya, adalah menjalankan perannya untuk tuannya, sesuai dengan hal terbaik yang mampu dilakukannya. Seorang hamba akan mempersembahkan kemampuan dan karyanya yang terbaik untuk tuannya— atau tepatnya, melakukan hal terbaik yang bisa dilakukannya atas nama tuannya. Inilah inti dari menjadi seorang hamba: melaksanakan sebuah pengabdian untuk tuannya.

Masing-masing manusia mempunyai sebuah fungsi spesifik, sebuah peran yang harus dilakukannya atas nama Allah, yang menjadi alasan penciptaannya. 

Dari Imran r.a bertanya, “Ya Rasulullah, apa dasarnya amal orang yang beramal?” Rasulullah SAW menjawab, “Tiap-tiap diri dimudahkan mengerjakan sebagaimana dia telah diciptakan untuk (amal) itu.” H.R. Bukhari no. 2026.

“…(Ya Rasulullah) apakah gunanya amal orang-orang yang beramal?” Beliau menjawab, “Tiap-tiap diri bekerja sesuai dengan untuk apa dia diciptakan, atau menurut apa yang dimudahkan kepadanya.” H.R. Bukhari no. 1777.

"Dan tempuhlah jalan Rabb-mu yang telah dimudahkan bagimu." Q.S. An-Nahl [16]: 69.

“Tiap-tiap diri”, sabda Rasulullah SAW. Spesifik. Setiap orang. Dengan mengetahui fungsi spesifik kita masing-masing, maka kita mulai melaksanakan ibadah (pengabdian) yang paling hakiki, yang sesungguhnya, yang sesuai dengan fungsi kita diciptakan.

Bila menggunakan ilmu numerologi, kita bisa melihat secara spesifik tugas pengabdian setiap diri sebagai berikut :

1. Tipe 1 : secara independen hebat dalam pengambilan keputusan, maka tugasnya ialah pengambil arah kebijakan yang bermanfaat bagi kebaikan orang banyak. Bahwa sikap bijaksananya ialah bentuk pengabdian tertingginya.

2. Tipe 2 : secara kepekaan hati hebat dalam menggerakkan hati nurani manusia untuk bersikap lebih peka terhadap sesama sebagai wujud perpanjangan tali kasih sayang Allah terhadap makhluq-Nya. Bahwa sikap penyayangnya adalah bentuk pengabdian tertingginya.

3. Tipe 3 : secara etos kerja yang tinggi, hebat dalam membuka dan menekuni bidang-bidang usaha yang bermanfaat bagi kemaslahatan. Kerja kerasnya adalah cara untuk mengabdikan diri pada Sang Khaliq. 

4. Tipe 4 : secara perluasan bisnis hebat dalam menciptakan kemakmuran bagi dirinya dan sesama sehingga menggiring manusia untuk memiliki kedermawanan. Bahwa kedermawan adalah jalan pengabdiannya yang tertinggi.

5. Tipe 5 : secara kebeningan hati hebat dalam mempengaruhi dan memimpin umat manusia untuk lebih manusiawi dan menjunjung adab serta akhlaq yang mulia sebagaimana tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Inilah jalan pengabdiannya yang tertinggi.

6. Tipe 6 : secara kecerdikan akal hebat dalam menciptakan penemuan-penemuan baru yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia dan peran sertanya bagi kemajuan dunia. Inilah sumbangsih pengabdiannya yang luar biasa.

7. Tipe 7 : secara kekuatan khoyal (imajinasi) hebat dalam memprediksi hal-hal yang akan terjadi atau berkembang di masa depan. Memprediksi hal yang jauh ke depan adalah bentuk pengabdianya yang tertinggi.

8. Tipe 8 : secara kecermatan berpikir logis hebat dalam mengendalikan rute berpikir manusia untuk terjaga dari tindakan yang melampaui batas. Logika berpikirnya ialah bentuk pengabdiannya yang tertinggi.

9. Tipe 9 : secara kepekaan naluri hebat dalam melakukan kontribusi besar bagi nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab. Jiwa rela berkorbannya adalah caranya mengabdikan diri pada Sang Pencipta.

Man 'Arafa Nafsahu, Faqad 'Arafa Rabbahu dengan metode Numerologi, semoga memudahkan Anda untuk menjalani kehidupan yang sesuai dengan takdir yang digariskan Sang Maha Pencipta. ( ade chan)