PEMILU
Thursday, 19 September 2024
Previous Next

Pasar Wisata Papringan, Bantu Perputaran Ekonomi Petani Temanggung

Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive
 

 

lognews.co.id, – Pasar papringan merupakan pasar tradisional berdiri diatas tanah seluas 2.500 meter persegi di dusun Ngadiprono, kel. Ngadimulyo, kec. Kedu, Kab, Temanggung, Jawa Tengah.

Pasar papringan merupakan pasar tradisional dengan menerapkan nuansa budaya daerah tempo dulu yang kental, menawarkan berbagai makanan, minuman, sayuran, jajanan, kerajinan dan mainan.

Nama Papringan diambil dari tempat atau lokasi area yang dipenuhi rumpun bambu, bambu dalam Bahasa jawa "pring" atau biasa disebut "papringan", Minggu (28/1/2024)

Awal mula dibuat Pasar Prapringan ini muncul gagasan Singgih Kartono Susilo warga Kecamatan Kandangan Temanggung yaitu Ketua Komunitas SPEDAGI (Sepeda Pagi) dan dikembangkan oleh pelopor Pemuda Imam Abdul Rofiq Bersama komunitas Pemuda yang tinggal di Dusun Ngadiprono, Ngadimulyo, Kedu, Temanggung, yang merupakan tempat lokasi keberadaan Pasar Papringan itu sendiri.

Pasar Papringan didirikan tahun 2017 hasil kegigihan dan gotong Royong Pemuda juga Warga Dusun Ngadiprono, Ngadimulyo, Kedu Temanggung.

Koordinator keuangan Laela Zuliani atau dipangil Mbak Ela, mengatakan dengan adanya pasar Papringan ini pemerintah setempat sangat mendukung karena berimbas langsung kepada masyarakat.

Tiap kali gelaran pasar Papringan ini dikunjungi ribuan orang, tak hanya dari Temanggung saja bahkan ada yang dari luar Temanggung.

Kata Mbak Ela, pasar Papringan digelar hanya dua kali dalam satu bulan yaitu pasaran Minggu Wage dan Minggu Pon dimulai dari jam 06.00 – 12.00 Wib. 

Dapat dilihat Papringan ini menjual berbagai jenis makanan tradisional ada 40 sampai 100 jenis makanan atau jajanan yang semuanya menggunakan kemasan dan sajian secara tradisional seperti kranjang , besek atau wadah yang terbuat dari bambu.

Pengunjung yang datang dan akan berbelanja harus menukar uangnya terlebih dahulu dengan uang pring atau uang yang dibuat dari bambu jelas Mbak Ela.

Nilai tukar uang per bambu senilai Rp. 2.000.-sepuluh bambu Rp. 20.000.- dan 25 bambu senilai Rp. 50.000.- dan semua pelayanan dengan kemasan daun pisang, untuk minumannya menggunakan Cangkir terbuat dari batok kelapa, pengunjung bisa merasakan keasrian dinginnya berbelanja dibawah pohon bambu, omset setiap pagelaran pasar mencapai angka terendah Rp 26.000.000 dan tertinggi pernah mencapai Rp 125.000.000.- .

Masyarakat setempat disekitar lokasi pasar Papringan Mayoritas kehidupannya Petani, Sejak adanya pasar Papringan warga sangat terbantu dalam penjualannya berimbas pada perputaran ekonomi di desa, tutup Mbak Ela. (Adam M untuk Temanggung)