Saturday, 06 December 2025

Kanker Payudara Jadi Pembunuh Nomor Satu Perempuan Indonesia, dr. Ramses Indriawan Ingatkan Pentingnya Deteksi Dini

User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

lognews.co.id – Dunia hiburan tanah air kembali berduka setelah kepergian komedian Mpok Alpa yang meninggal dunia akibat kanker payudara stadium 4. Kasus ini sekaligus menjadi pengingat bahwa kanker payudara merupakan salah satu penyakit mematikan dengan angka kejadian yang terus meningkat di Indonesia.

Spesialis bedah onkologi, dr. Ramses Indriawan, Sp. B(K) Onk, yang juga wali santri Ma’had Al-Zaytun, menjelaskan bahwa kanker payudara kini menjadi penyebab kematian utama bagi perempuan di Indonesia. Menurut data WHO tahun 2022, tercatat sekitar 2,3 juta kasus kanker payudara di seluruh dunia, dengan Indonesia menyumbang lebih dari 600 ribu kasus setiap tahunnya.

“Kasus ini terus meningkat, bahkan diprediksi pada tahun 2050 jumlah penderita kanker payudara bisa meledak,” ujar dr. Ramses.

Faktor Penyebab: Bukan Sekadar Keturunan
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa faktor penyebab kanker payudara sangat beragam. Mulai dari hormonal, keturunan, pola makan, paparan zat karsinogen, hingga gaya hidup. Meski demikian, faktor keturunan hanya berkontribusi sekitar 10 persen, sementara sisanya lebih banyak dipengaruhi gaya hidup.

“Kalau saya istilahkan, hidupmu terlalu gaya. Lifestyle yang tidak sehat, pola makan yang buruk, serta kurang istirahat bisa memicu kanker, bukan hanya kanker payudara tetapi juga kanker lain,” jelasnya.

Zat karsinogen, lanjutnya, paling banyak ditemui pada rokok dan asap rokok. Bahkan, perokok pasif justru lebih berisiko. Selain itu, makanan dengan bahan pengawet, pewarna, hingga pemanis buatan yang dikonsumsi terus-menerus juga bisa menumpuk dalam tubuh dan memicu kanker.

Gejala Awal: Benjolan Tanpa Rasa Nyeri
Kanker payudara dikenal sebagai penyakit yang “licik” karena gejala awalnya kerap tidak disertai rasa nyeri. Umumnya, gejala berupa benjolan di area payudara dekat ketiak, perubahan kulit menyerupai kulit jeruk, puting yang tertarik ke dalam, hingga keluarnya cairan berwarna merah atau hitam dari puting.

“Banyak pasien terlena karena benjolan tidak terasa sakit. Akhirnya baru datang ke rumah sakit setelah benjolan pecah, dan itu sudah stadium lanjut,” jelas dr. Ramses.

Pentingnya SADARI
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan sebenarnya telah menggalakkan program SADARI (Periksa Payudara Sendiri) untuk mendeteksi kanker sejak dini. Pemeriksaan ini wajib dilakukan oleh setiap perempuan yang sudah mengalami menstruasi hingga usia lanjut.

SADARI dapat dilakukan di depan cermin dengan tiga posisi: tangan di bawah, tangan di atas, dan bertolak pinggang. Setelah itu, dilakukan perabaan dengan jari secara melingkar dari luar menuju puting, termasuk memeriksa apakah ada cairan abnormal yang keluar.

“Kalau ditemukan kelainan, segera periksa ke dokter. Jangan menunggu sampai muncul rasa nyeri,” tegasnya.

Bisa Disembuhkan Jika Dini
Menurut dr. Ramses, kanker payudara bisa disembuhkan sepenuhnya bila terdeteksi pada stadium awal. Bahkan, ada subtipe tertentu yang bisa ditangani dengan operasi tanpa perlu kemoterapi, selama benjolan masih kecil dan belum menyebar ke organ lain.

“Yang berbahaya itu penyebarannya. Kalau masih dini, peluang sembuh mencapai 100 persen,” katanya.

dr. Ramses yang juga merupakan orang tua santri di Ma’had Al-Zaytun menyampaikan pandangannya mengenai lingkungan pendidikan di pesantren tersebut. Menurutnya, Al-Zaytun tidak hanya mendukung perkembangan akademik, tetapi juga memberikan perhatian besar terhadap aspek kesehatan.

Ia menekankan bahwa suasana di lingkungan pesantren terasa sehat dengan udara yang segar serta adanya budaya bebas rokok di kalangan civitas akademika. Baginya, hal ini menjadi sangat penting, mengingat rokok merupakan salah satu faktor risiko utama pemicu kanker.

“Lingkungannya sehat, udaranya segar, dan yang paling utama tidak ada satupun civitas akademika yang merokok. Itu sangat penting, mengingat rokok adalah salah satu faktor utama pemicu kanker,” ujarnya.

(Sahil untuk Indonesia)