Oleh: Ridaningsih dan Ali Aminulloh
lognews.co.id, Indonesia - Pada pembangunan Politeknik Tanah AIR (AL-Zaytun Indonesia Raya), Jibril Abdul Khodir dipercaya Syaykh Al-Zaytun menjadi Korlap. Spesialisasinya di bidang alat berat, dan ia juga menjadi operator Bigjhon, mobil pemindah pohon, serta alat berat lainnya. Pengalaman yang malang melintang di dunia alat berat membuatnya dipercaya sebagai Korlap unit alat berat di Al-Zaytun.
Pada Selasa, 2 Desember 2025, berbincang dengan Ridaningsih, S.Ag., M.Pd., salah satu anggota tim pengawas pembangunan politeknik, beliau menuturkan pengalamannya.
Di tengah deru mesin dan kepulan debu pengerukan top soil yang berlangsung sejak pagi, sosok Abdul Kodir tampil menonjol di area pembangunan Politeknik Tanah Air Al-Zaytun Indonesia Raya. Lelaki yang akrab disapa “Jibril” itu memimpin operasi alat berat dengan kecekatan yang mencuri perhatian para pengawas lapangan.
Hari ini merupakan hari kedua pengawasan pembangunan berjalan. Dari titik pengamatan di sisi barat lahan, terlihat aktivitas intens pengerukan tanah yang berjalan dalam ritme cepat namun teratur. Di antara para operator, satu figur tampak mendominasi koordinasi.

Dengan helm biru dan seragam werpark yang telah dipenuhi noda tanah, Jibril mengarahkan bulldozer sambil terus memberikan instruksi singkat kepada operator exavator dan operator lainnya. Ia memadukan peran ganda: pengemudi yang terampil sekaligus komandan yang memastikan setiap alur kerja mengikuti standar teknis.
Julukan “Jibril” yang disematkan kepadanya oleh Syaykh Al-Zaytun telah lama menjadi bagian dari identitasnya. Julukan itu merujuk pada ketenangannya dalam mengambil keputusan serta kemampuannya menata lahan seperti seseorang yang membawa ketertiban dari arah yang tak kasat mata.
Lulusan Sekolah Dasar Menuju Alumni PKBM dan Mahasiswa IAI Al-Azis
Mengenal Sang Komandan, kami mendekati Abdul Kodir pada waktu istirahat siang. Meski memiliki peran vital di lapangan, ia tampil sederhana dan rendah hati.
Dalam perbincangan singkat yang dilakukan di dekat pos bayangan pekerja, terlihat bahwa ia bukan tipe yang banyak bicara. Setiap pertanyaan ia jawab dengan padat dan seperlunya. Namun, dari jawabannya muncul potret karakter yang kokoh dan konsisten.
Ketika ditanya tentang prinsip hidup yang membuatnya tampak begitu stabil di tengah tekanan pekerjaan berat, ia menjawab dengan tenang: “Saya cuma bermodalkan keikhlasan.”
Ia menerangkan bahwa bekerja dengan hati ikhlas membuat dirinya “selesai dengan diri sendiri,” sebuah istilah yang ia gunakan untuk menggambarkan kondisi mental tanpa beban. Keikhlasan, menurutnya, membuat hidup terasa lebih ringan dan tubuh tetap sehat. “Kalau tidak ada beban di hati, pekerjaan juga terasa ringan. Mungkin itu sebabnya saya jarang sakit,” ujarnya.
Namun, pengabdian Jibril di Al-Zaytun memiliki catatan khusus. Saat pertama kali bekerja, ia baru mengantongi ijazah SD. Syaykh Al-Zaytun, melihat potensi dan etos kerja Jibril, mendorongnya untuk melanjutkan pendidikan. Syaykh berprinsip bahwa Al-Zaytun merupakan Pusat Pendidikan, maka semua civitasnya harus terdidik.
Jibril menyambutnya dengan tulus. Ia melanjutkan Pendidikan Kesetaraan di Kelas Dewasa PKBM Al-Zaytun, mulai dari Paket B (setara SMP), kemudian melanjutkan ke Paket C (setara SMA). Statusnya kini adalah Alumni PKBM Al-Zaytun yang membuktikan bahwa jalur pendidikan kesetaraan adalah gerbang profesionalisme yang sah.
Tidak berhenti sampai sana, Tahun 2025 ini ia telah melangkah lebih jauh, membuktikan bahwa seorang alumni PKBM tetap bisa berkarir sekaligus menempuh pendidikan formal. Ia telah menjadi Mahasiswa IAI Al-Zaytun Indonesia pada Prodi Hukum Ekonomi Syariah. Komandan alat berat ini kini bertransformasi menjadi calon sarjana, memperkuat keyakinan bahwa semangat belajar dapat berpadu dengan pengabdian di lapangan.
Kerja Efisien dan Kontribusi Krusial
Observasi lapangan oleh penulis menunjukkan bahwa keberadaan Abdul Kodir sangat berpengaruh pada kelancaran proyek. Ia tidak hanya cakap mengoperasikan bulldozer, tetapi juga mengatur alur keluar-masuk dump truck, memastikan elevasi tanah sesuai rencana, dan merespons cepat setiap hambatan teknis. Beberapa operator mengakui bahwa instruksi Abdul Kodir sangat mudah dipahami. “Dia tidak bicara banyak, tapi sekali bilang, kami langsung mengerti,” ujar salah satu operator truk yang dimintai komentar.
Pembangunan Politeknik Tanah Air merupakan salah satu proyek strategis yang digagas Syaykh Al-Zaytun. Tahap awal yang sedang berlangsung mencakup pembukaan dan penyiapan lahan dengan skala yang cukup besar. Pada tahap ini, ketepatan pengerukan top soil sangat menentukan kualitas pondasi konstruksi berikutnya. Dalam konteks itu, peran figur seperti Abdul Khodir menjadi krusial. Kecekatan sekaligus ketenangan yang ia tunjukkan memberikan stabilitas pada operasi lapangan yang sarat tantangan teknis.
Meski dijuluki “Jibril”, Abdul Kodir tidak menunjukkan tanda-tanda menonjolkan diri. Ia lebih memilih menyelesaikan makan siangnya dalam sunyi sebelum kembali naik ke kursi kendali mesin. Ketika jam istirahat selesai, ia kembali ke area kerja dengan langkah yang sama tenangnya seperti saat pertama kali dilihat. Dan dalam hitungan menit, deru bulldozer kembali menggema, menandai kelanjutan proses pembangunan yang akan membentuk wajah baru Al-Zaytun.

Dari pengamatan lapangan hari ini, jelas bahwa pembangunan Politeknik Tanah Air tidak hanya mengandalkan kekuatan mesin dan teknologi, tetapi juga keteguhan manusia-manusia yang menjalankannya. Dan di antara mereka, sosok Abdul Kodir -alumni PKBM sekaligus mahasiswa IAI, “Jibril” Al-Zaytun - menjadi figur yang mengingatkan bahwa keikhlasan masih menjadi tenaga yang paling stabil dalam setiap pekerjaan besar.
Bukan Sekadar Komandan: Alumni PKBM Ini Mendirikan Fondasi Pendidikan Tinggi dengan Keikhlasan
Kisah Abdul Kodir "Jibril" adalah sebuah manifesto inspiratif bagi bangsa ini, membuktikan bahwa ijazah kesetaraan (PKBM) bukanlah akhir, melainkan gerbang menuju profesionalisme dan kesempatan tanpa batas. Didorong oleh Syaykh Al-Zaytun untuk terus belajar, Jibril yang awalnya hanya berbekal ijazah SD, berhasil menjadi Alumni PKBM Al-Zaytun dan kini berstatus Mahasiswa IAI Al-Zaytun Indonesia sambil memegang kendali penuh sebagai Komandan Alat Berat. Ia dipercaya membangun Politeknik Tanah Air—sebuah benteng pendidikan tinggi yang sangat strategis—sekaligus menjalankan prinsip hidupnya: "Saya cuma bermodalkan keikhlasan." Setiap meter tanah yang diratakan dan setiap pondasi yang ditanam oleh tangan seorang lulusan sekolah kesetaraan ini adalah pesan lantang: bahwa masa depan Indonesia dibangun oleh tangan-tangan tulus dan terdidik dari seluruh lapisan masyarakat, di mana kompetensi dan integritas jauh lebih penting daripada sekadar label pendidikan awal.


