PEMILU
Thursday, 19 September 2024

PARTAI GOLKAR DAN PKB : PROYEKSI POROS KETIGA PILKADA INDRAMAYU 2024

Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive
 

 

Oleh : H. Adlan Daie

Analis politik dan sosial keagamaan

 

lognews.co.id - Partai Golkar dan PKB, dua partai politik dalam kesetaraan akuntabilitas politik bukan 'kaleng kaleng" di Indramayu. Penting bagi keduanya membangun konstruksi aliansi politik membentuk koalisi poros ketiga dalam kontestasi pilkada Indramayu 2024.

Partai Golkar dan PKB, dua partai pemenang pertama dan kedua secara elektoral dalam pemilu 2024 di Indramayu memiliki legitimasi politik yang kuat dan kokoh untuk  tidak menjadi "subkon" politik dari dua varian figur misalnya Nina Agustina versus Luvky Hakim.

Lebih dari 1, 3 juta pemilih di Indramayu dengan keragaman basis warna sosial, representasi politik dan aneka profesinya tidak memadai hanya "dipaksa" dalam pilihan  sangat terbatas dalam konstruksi dua pilihan figur di atas.

Dalam teori "kandidasi" politik Richard Mayland pilkada sebagai sub sistem demokrasi adalah "cara negara" memberikan varian alternatif pilihan kepada "warga" dalam  seleksi pemimpin yang hendak dipilihnya.

Itulah nilai dasar demokrasi dan indeks demokrasi modern ditentukan oleh seberapa besar partai politik sebagai pilar demokrasi memberikan alternatif banyak varian pilihan kepada "warga" pemilih.

Partai Golkar dan PKB dalam spirit koalisi, sekali lagi, bukan partai  "kaleng kaleng" tapi memiliki "syarat" dan "rukun" politik sangat memadai untuk menjawab :

Pertama, menjawab "kecemasan" Mendagri,Tito Karnavian tentang kualitas "kepala daerah"' hasil kontestasi elektoral cenderung di bawah "standard" kualitatif. Publik mudah "tertipu" jualan "citra"'dan "pesona" dalam pelukan rekayasa persepsi publik.

Kedua, menjawab bahwa survey elektoral hanya berlaku "sesaat", saat hari di mana survey dilakukan bisa dengan mudah "dijungkir balikkan" oleh kerja jaringan politik mapan, basis isu kuat dan "pasukan infantri" terlatih hingga level akar rumput.

Ketiga, menjawab tantangan politik kekinian bahwa siklus 25 tahun saat koalisi partai Golkar dan PKB berhasil menghadirkan  duet (Alm) H. Yance dan H. Dedi Wahidi mengawal transisi politik secara elegan dan "smart" mampu "rebound" kembali.

Itulah spirit koalisi partai Golkar dan PKB. Bukan koalisi politik "gagah gagahan" tetapi harus diletakkan sebagai sebuah pertanggung jawaban sejarah politik partai Golkar dan PKB untuk memainkan peran orkestrasi kepemimpinan koalisi dalam konteks pilkada 2024.

Partai Golkar dan PKB harus hadir memberi "effort" dalam konteks "kaidah fiqih politik", yaitu "tashorruful imam ala  al roiyah manutun bil maslahah", memberi "effort" dan efek maslahat  kepada publik.

Hampir seluruh modal sosial dan politik dimiliki partai Golkar dan PKB untuk menghadirkan duet pemimpin bukan saja potensial menang secara elektoral dengan basis elektoral merata, jaringan politik mapan dan kader penggerak hingga ke level akar rumput

Lebih dari itu sekaligus mampu menghadirkan pemimpin kredibel dan memiliki skill teknokrasi birokratis untuk memimpin hampir  2 juta  penduduknya dengan segala problem sosialnya.

Kecuali jika partai Golkar dan PKB "ciut nyali", abai pada tanggung jawab politiknya dan berhitung "untung rugi" menihilkan kemuliaan agregasi perjuangan politik untuk menghadirkan alternatif pilihan publik. Ambyaaar. 

Wassalam.