PEMILU
Friday, 04 October 2024

JALAN MENANG PASANGAN "AMIN", ANALISIS SURVEY

Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive
 

Oleh : H. Adlan Daie

Pemerhati politik dan sosial keagamaan.

lognews.co.id, Sependek pengamatan penulis minimal ada dua data lembaga survey secara bersamaan (periode awal Januari 2024) untuk membaca peta jalan menang pasangan "AMIN" (Anies Cak Imin) dalam pilpres 2024, yaitu :

Pertama, lembaga survey "Indonesia Political Opinion" (IPO) edisi 1-7 Januari 2024 menempatkan pasangan "AMIN" sebesar 34 %, di posisi kedua di bawah pasangan Prabowo Gibran sebesar 43% dengan selisih 9%. Pasangan Ganjar Mahfud sebesar 21,4%, relatif jauh jarak selisihnya secara elektoral.

Kedua, lembaga "Starpoll" (lembaga konsultan politik Indonesia) melaporkan hasil survey tanggal 6 Januari 2024 pasangan AMIN secara elektoral juga di posisi kedua sebesar 33%, berjarak 2% di bawah pasangan Prabowo Gibran sebesar 35%. Pasangan Ganjar Mahfud di posisi ketiga sebesar 18%

Dalam analisis Firman Noer, peneliti utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) - dulu disebut lembaga LIPI - naiknya elektabilitas pasangan AMIN sebesar 32 - 34 % di atas karena keberhasilan melakukan "diversifikasi" atau perluasan pemilih dalam rangkaian konsolidasi elektoral pasangan AMIN selama masa kampanye. 

Faktor Cak Imin menurut Firman Noer mampu menarik basis elektoral sosial jaringan NU dan Anies mampu menarik "ceruk" generasi "Z" dan "milenial" melalui kampanye di platform media sosial "tik tok" dan keberaniannya hadir di panggung politik "Desak Anies" yang membiarkan dirinya dikritik "habis" di forum terbuka.

Dalam perspektif data elektoral di atas itulah kita membaca peta jalan menang pasangan AMIN dalam pilpres 2024 setidaknya hampir pasti masuk putaran kedua "mendampingi" pasangan Prabowo Gibran di posisi puncak elektoral tetapi tidak "menembus" angka "50% plus" sehingga pilpres berlanjut ke putaran kedua.

Tentu tidak mudah bagi pasangan AMIN menang di putaran kedua karena yang dihadapi bukan sekedar pasangan Prabowo Gibran, lebih dari itu, adalah presiden Jokowi, ayah Gibran dan raksasa Oligarkhi politik, tokoh dan ormas yang menopang di belakangnya dengan "mengasosiasikan" bansos untuk kepentingan elektoral.

Tetapi di sisi lain pasangan Prabowo Gibran menurut majalah "Tempo" memiliki "cacat bawaan". Prabowo produks "gagal reformasi" dan Gibran produks "haram konstitusi". 

Kombinasi keduanya menurut sejumlah pengamat politik "ancaman" bagi demokrasi, bahkan koran berpengaruh "kompas" menulis dalam headlinenya tentang pentingnya "menyelamatkan demokrasi".

Meluasnya gerakan civil society dan makin massifnya gerakan mahasiswa dalam ikhtiar "menyelamatkan demokrasi" dalam tagline aksi politik mengusung tema "asal bukan Prabowo" dan "dinasti politik" adalah "blessing in disgue", sebuah berkah tak terduga bagi pasangan AMIN untuk melapangkan jalan kemenangan.

Menurut data survey SMRC (Desember 2023) trend elektoral pasangan Prabowo Gibran dapat "dikunci" bilamana isu "politik dinasti" dan "politik uang" yang dilakukan tim pasangan no 2 ini makin luas diketahui publik.

Hingga Desember 2023 baru 37% populasi pemilih yang "mengetahui" adanya praktek politik dinasti dan mayoritas dari mereka yang "tahu" tidak akan memilih pasangan Prabowo Gibran. 

Jadi, makin banyak pemilih yang "tahu" tentang politik dinasti makin luas kemungkinan pemilih tidak memilihnya.

Itulah peta jalan menang pasangan AMIN dalam pilpres 2024.