PEMILU
Friday, 04 October 2024

MEGAWATI DAN HUT PDIP KE 51, MENEGUHKAN MORALITAS KONSTITUSI

Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive
 

Oleh : H. Adlan Daie

Pemerhati politik dan sosial keagamaan.

Llognews.co.id - Megawati adalah personifikasi utuh dari ideologi PDI perjuangan dan PDI perjuangan adalah instrument politik dari pandangan ideologis dan tindakan politik

Megawati dalam spirit meneguhkan moralitas konstitusi.

Dalam spirit itulah penulis memaknai pilihan tema HUT ke 51 PDI perjuangan tahun 2024 (hari ini, 10/1/2024) mengangkat spirit "Satyam Eva Jayate", sebuah pijakan filosofis bahwa "kebenaran pasti menang".

Kekuatan moralitas politik Megawati dalam memimpin PDI perjuangan tidak tunduk pada pragmatisme politik sekalipun menguntungkan partai yang dipimpinnya, tidak ia lakukan jika harus "menabrak" nilai nilai penuntun Pancasila dan "menekuk nekuk" moralitas konstitusi.

Penolakan Megawati atas wacana Presiden tiga periode atau perpanjangan masa jabatan Presiden meskipun menguntungkan perpanjangan masa jabatan kader kader PDI Perjuangan di posisi posisi penting kenegaraan justru karena karena Megawati teguh memegang "kebenaran" konstitusi.

Penolakan Megawati atas kehadiran tim sepakbola Israil ke Indonesia yang diframing sejumlah pengamat akan menghancurkan PDI Perjuangan secara elektoral tidak membuatnya "bergeming".

Pun penolakannya atas sosok Erick Thohir (disodorkan PAN) dan Sandiaga Uno (disodorkan PPP) untuk menjadi cawapres pasangan capres Ganjar yang diusung PDI Perjuangan dengan jaminan "logistik besar" justru karena Megawati tidak ingin menang pemilu melalui jalan "transaksi" pragmatis.

Keteguhan sikap politik Megawati di atas mengirim pesan politik sangat mendasar bahwa konstitusi harus diletakkan sebagai "rule game" dalam kehidupan berbangsa dan bernegara untuk memastikan hak hak politik warga negara terjamin dalam ikut menentukan sirkulasi kepemimpinan politik periode lima tahunan. 

Konstitusi bukan alat transaksi tukar tambah kepentingan yang bisa "di utak utak" secara pragmatis demi sharing politik kekuasaan sekalipun menguntungkan partai yang dipimpinnya, PDI Perjuangan dalam jangka pendek. 

Sekali "jebol" pagar konstitusi oleh timbangan politik "untung rugi" politik secara pragmatis hampir pasti ancaman perpecahan selalu menghantui kehidupan berbangsa dan bernegara.

Inilah keteguhan sikap politik Megawati Soekarno Puteri, ketua umum PDI Perjuangan, bukan sekedar anak biologis tapi sekaligus anak ideologis Bung Karno, presiden RI pertama. 

Tegak lurus pada konstitusi, berdaulat secara politik, kokoh secara ideologis dan berkepribadian kuat dalam kebudayaan.

Itulah sumber keyakinan politik Megawati secara lantang ia ingatkan kembali dalam pidato politik HUT PDI Perjuangan ke 51 hari ini bahwa menurutnya PDI perjuangan "bisa seperti ini bukan karena elite, bukan karena Presiden tapi karena dukungan rakyat", ujarnya.

Dalam perspektif pemikir politik modern Francis Fukuyama itulah yang dimaksud bahwa "politik sebagai jalan mulia dan beradab" karena bertumpu pada kesadaran dukungan publik bukan "utak Atik" konstitusi secara menjijikkan 

Selamat ulang tahun PDI perjuangan ke 51.