lognews.co.id – Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) diperkirakan melemah pada Senin (4/8/2025), meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat ditutup naik 0,71 persen ke level 7.537,77 pada akhir pekan lalu.
"Hari ini masih terbuka peluang IHSG terkoreksi. Dipengaruhi oleh melemahnya bursa di Amerika Serikat, efek data tenaga kerja yang turun drastis," kata Head of Retail Research BNI Sekuritas, Fanny Suherman.
Fanny memproyeksikan pergerakan IHSG berada pada rentang support 7.430–7.480 dan resistance 7.580–7.640.
"Kenaikan IHSG akhir pekan kemarin, disertai dengan net buy (beli bersih) oleh investor asing sebesar Rp278 miliar. Saham yang paling banyak dibeli asing adalah TLKM, TOBA, UNVR, ANTM dan GOTO," ucapnya.
Pelemahan indeks dipengaruhi oleh bursa saham Amerika Serikat yang ditutup merah pekan lalu. "Wall Street turun dengan indeks S&P mengalami penurunan persentase harian terbesar dalam lebih dari dua bulan terakhir," ujar Fanny.
Kondisi tersebut dipicu kebijakan baru Presiden AS Donald Trump yang menetapkan tarif atas impor dari berbagai negara. Penurunan indeks juga diperparah oleh laporan ketenagakerjaan yang menunjukkan pelemahan signifikan.
Indeks Dow Jones Industrial Average tercatat turun 1,23 persen, S&P 500 melemah 1,60 persen, dan Nasdaq Composite anjlok 2,24 persen.
Trump menandatangani perintah eksekutif pengenaan bea masuk hanya beberapa jam sebelum batas akhir implementasi tarif pada Jumat lalu. Negara yang terkena dampak kebijakan ini antara lain Kanada, Brasil, India, dan Taiwan.
"Negara yang disebut Trump antara lain Kanada, Brasil, India, dan Taiwan, dalam putaran pungutan terbarunya. Sementara negara-negara tersebut masih berusaha mencari cara untuk mencapai kesepakatan yang lebih baik," jelas Fanny.
Di sisi lain, data ketenagakerjaan AS juga menunjukkan pelemahan. "Data pertumbuhan lapangan kerja AS melambat, lebih dari perkiraan pada bulan Juli. Sementara laporan bulan sebelumnya direvisi turun tajam, menunjukkan pasar tenaga kerja mungkin mulai terdampak," katanya.
Fanny menambahkan, kondisi ini turut memunculkan spekulasi kebijakan moneter baru. "Laporan tersebut meningkatkan ekspektasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuan bulan September," kata Fanny.
Situasi global tersebut juga menyeret kinerja bursa Asia-Pasifik. Indeks Nikkei 225 Jepang turun 0,66 persen, Kospi Korea Selatan anjlok 3,88 persen, Hang Seng Hong Kong turun 1,07 persen, Shanghai Composite melemah 0,37 persen, dan ASX 200 Australia menurun 0,92 persen. (sahil untuuk Indonesia)


