PEMILU
Friday, 20 September 2024
Previous Next

Perang Puputan : Simbol Perlawanan Rakyat Bali Terhadap Kolonialisme

User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

lognews.co.id, Bali - Menteri Dalam Negeri, Pak Rudini, meresmikan Monumen Klungkung, pada tanggal 28 April 1992, tepat 350 tahun setelah Perang Puputan yang menggemparkan dunia.

Monumen yang dibangun untuk mengenang peristiwa heroik ini menandai perlawanan sengit rakyat Bali, terutama di wilayah Klungkung. "Puputan," yang artinya habis-habisan, mencerminkan semangat perlawanan yang tak kenal mundur.

Salah satu bangunan bersejarah yang menjadi saksi bisu perang Puputan adalah Kertha Gosa, yang secara harfiah berarti meja penebusan dosa.

Pada masa Kerajaan Klungkung, bangunan ini menjadi tempat pengadilan bagi masyarakat yang melanggar adat.

Dinding-dindingnya menyimpan cerita dan putusan-putusan penting yang membentuk identitas hukum dan sosial masyarakat Bali pada masa lalu.

Namun, satu bangunan yang mencuri perhatian adalah Pamedal Agung. Bangunan ini tidak hanya memancarkan aura autentik, tetapi juga menunjukkan kekuatan struktural yang luar biasa. 

Bahkan saat bencana alam menghantam Bali berkali-kali, Pamedal Agung tetap kokoh berdiri tanpa retak sedikit pun.

"Bangunan pamedal agung ini adalah bangunan yang sampai saat ini tidak pernah direstorasi dan tidak pernah runtuh, banyak sumber menuturkan bahwa pamedal agung ini didirikan ditahun yang berbeda beda, namun bli percaya pamedal agung ini didirikan pada tahun 1662 dikarenakan simbol chakra yuyu (kepiting) paksi paksi yang bermakna satu enam dan dua dua" jelas narasumber bernama Alex Sanjaya yang merupakan keturunan dari pemelihara kawasan kertha gosa tersebut.

Yang menarik, di depan Pamedal Agung terdapat patung-patung orang Portugis. Mereka adalah simbol kerjasama antara Kerajaan Klungkung dengan Portugis pada masa lalu. Keterjagaan bangunan ini tanpa pernah mengalami restorasi menambah misteri dan keanggunannya.

Perang Puputan Klungkung bukan sekadar peristiwa sejarah, melainkan simbol perlawanan dan kebanggaan bagi rakyat Bali. Jejak sejarah yang tertanam dalam bangunan-bangunan bersejarah di kawasan ini tidak hanya menjadi penanda waktu, tetapi juga saksi bisu dari perjalanan panjang sebuah budaya yang kaya dan berharga.

Dengan Monumen Klungkung sebagai saksi bisu, mengingatkan kita akan keberanian dan kehormatan nenek moyang kita dalam menjaga identitas dan martabat bangsa.

Keberadaan bangunan-bangunan ini menjadi landasan yang kokoh bagi generasi masa depan untuk terus menjaga dan memelihara warisan budaya yang telah ditinggalkan oleh leluhur kita. (20/2/2024). (Jeta untuk Indonesia)