lognews.co.id, - Kesakralan lagu kebangsaan Indonesia Raya lirik demi lirik menggambarkan kesejatian bangsa Indonesia dengan segala kekayaannya yang luhur dibandingkan dengan negara lain, sehingga pantas untuk diperjuangkan.
Adalah Wage Rudolf Soepratman bukan saja penggubah lagu Indonesia Raya, dikenal pula sebagai guru, wartawan, violinis, dan komponis Hindia Belanda, serta merupakan anggota dari grup musik jazz Black and White Jazz Band. Tanggal lahir versi pertamanya, 9 Maret, ditetapkan sebagai hari musik nasional.
Tokoh penting dalam sejarah musik Indonesia, yang lahir pada tanggal 19 Maret 1903 di desa Somongari, Purworejo di lembah bukit menoreh yang kini menjadi saksi bisu perjalanan kehidupannya. Rumah kelahirannya, telah menjadi tempat ziarah bagi para pengagumnya
Rumah sederhana, tempat WR Supratman dilahirkan, tetap memancarkan pesona sejarahnya. Bangunan yang terbuat dari kayu tersebut telah dirawat dengan baik oleh pemerintah setempat sebagai bagian dari warisan budaya yang patut dijaga.
Di dinding rumah ini terdapat pajangan naskah lagu kebangsaan Indonesia yang memiliki tiga stanza ini dianggap sebagai simbol perjuangan dan kebanggaan bangsa. Tiga stanza dalam lagu tersebut menceritakan tentang semangat perjuangan, keberanian, dan keindahan alam Indonesia.
Berikut adalah tiga stanza dari lagu "Indonesia Raya" yang ditulis oleh WR Supratman
Stanza 1:
Indonesia tanah airku tanah tumpah darahku
Di sanalah aku berdiri jadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaanku, bangsa dan tanah airku
Marilah kita berseru Indonesia bersatu
Hiduplah tanahku, hiduplah negeriku
Bangsaku, rakyatku, semuanya
Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya
(Reff: Diulang 2 kali)
Indonesia Raya merdeka merdeka
Tanahku negeriku yang kucinta
Indonesia Raya merdeka merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
Stanza 2:
Indonesia tanah yang mulia, tanah kita yang kaya
Di sanalah aku berdiri untuk selama-lamanya
Indonesia tanah pusaka, p'saka kita semuanya
Marilah kita mendoa Indonesia bahagia
Suburlah tanahnya, suburlah jiwanya
Bangsanya, rakyatnya, semuanya
Sadarlah hatinya, sadarlah budinya
Untuk Indonesia Raya
(Reff: Diulang 2 kali)
Indonesia Raya merdeka merdeka
Tanahku negeriku yang kucinta
Indonesia Raya merdeka merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
Stanza 3:
Indonesia tanah yang suci, tanah kita yang sakti
Di sanalah aku berdiri 'njaga ibu sejati
Indonesia tanah berseri, tanah yang aku sayangi
Marilah kita berjanji Indonesia abadi
Selamatlah rakyatnya, selamatlah putranya
Pulaunya, lautnya, semuanya
Majulah negerinya, majulah pandunya
Untuk Indonesia Raya
(Reff: Diulang 2 kali)
Indonesia Raya merdeka merdeka
Tanahku negeriku yang kucinta
Indonesia Raya merdeka merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
Lagu Indonesia Raya pertama kali dibawakan dalam kongres Sumpah Pemuda 2 dengan instrumen Biola saja, Tanggal 28 Oktober 1928.
WR Supratman wafat usia 35 tahun karena sakit yang dideritanya pada tanggal 17 Agustus 1938, 7 tahun sebelum Indonesia Merdeka. Dalam keadaan sakit itu WR Supratman menuliskan sesuatu, isi catatan itu sebagai berikut :
Nasibkoe soedah begini,
Inilah jang disoekai pemerintah Hindia Belanda
Biarkan saja meninggal, saja ichlas
Saja toch soedah beramal
Berdjeang dengan dengan tjaraku, dengan Biolaku
Saja yakin, Indonesia pasti merdeka.
(Sumber : Dokumen pribadi Suyono, juru bicara dari keluarga WR Supratman ).
Rumah kelahiran WR Supratman di Purworejo tidak hanya menjadi tempat bersejarah, tetapi juga sebagai pengingat akan pentingnya perjuangan dan semangat cinta tanah air. Semoga warisan ini terus dijaga dan dilestarikan untuk generasi mendatang. Purworejo, (19/2/2024.
(Wulan untuk Indonesia)