lognews.co.id, Kesempatan sore yang sayang untuk dilewatkan, obrolan inspiratif Bersama Ilham Pratama, pelajar kelas XII Ma’had Al-Zaytun yang menjabat sebagai Menteri Penegak Disiplin, Ketertiban, dan Perlindungan Hak Asasi Manusia di OPMAS (Organisasi Pelajar Ma’had AL Zaytun) hadir sebagai narasumber dalam program “Obrolan Sore” di Prima FM 95.8 FM bersama penyiar Nimas, berbincang penuh akrab mengenai bagaimana Kementerian ini berperan memastikan aspek Hukum (Law) dan Perlindungan HAM (Hak asasi manusia) diwujudkan melalui pendekatan komunikatif
Ilham membagikan wawasan mendalam mengenai pengabdiannya dalam kehidupan berasrama, yang sejalan dengan visi Syaykh Al-Zaytun tentang Pendidikan Kontemporer untuk menjemput masa kejayaan Indonesia modern 2045 melalui novum gradum dengan kurikulum LSTEAMS (Law, Science, Technology, Engineering, Art, Mathematic, dan Spiritual).
Filosofi Disiplin, konsistensi dan kesuksesan
Bagi Ilham, disiplin adalah kunci sukses. Disiplin memastikan seseorang terus berkonsisten dalam menjalankan tugas atau melakukan sesuatu, yang pada akhirnya membawa pada kesuksesan yang dicita-citakan.
Ilham mendefinisikan disiplin sebagai upaya mengikuti peraturan yang ada. Sementara bagi para pendidik (Ustadz/Ustadzah), disiplin dimaknai dalam konteks pelaksanaan unsyitah yaumiyah (aktivitas keseharian) yang terjadwal ketat, dimulai dari jam 4 pagi (bangun) hingga 20.30 malam (tidur).
Perencanaan Harian: Untuk menjaga kedisiplinan pribadi, Ilham menekankan pentingnya membuat planning atau perencanaan harian yang terperinci. Ia menyebut disiplin sebagai sesuatu yang fleksibel, di mana pelajar harus menyesuaikan jadwal dengan kapasitas diri agar mau dan mampu berdisiplin.
Pengawasan Disiplin (Unsitoh Yaumiyah) oleh Tim Kementerian
Kementerian yang dipimpin Ilham (bersama tim) bertanggung jawab penuh mengontrol dan mengawal kedisiplinan pelajar dari pagi hingga malam.
Pengawasan Pagi (Keberangkatan Sekolah)
- Pelibatan Pelajar: Proses dimulai dengan Santri Pengurus Asrama (SPA) di setiap lantai (Al-Fajr, Al-Musnafa, An-Nur, Persahabatan, Al-Madani) yang bertugas membangunkan dan memastikan pelajar makan serta berangkat sekolah tepat waktu.
- Jalan Masna-Masna: Tim kementerian (Kemitam) bertugas menjaga ketertiban di jalan, memastikan pelajar berjalan berdua-dua (masna-masna) dan tetap rapi di jalurnya (seperti garis kuning), tanpa boleh ke tengah jalan.
- Pengontrolan Lokasi: Tim mengontrol apakah pelajar sudah berada di lokasi yang ditentukan pada jam tertentu, seperti memastikan pelajar Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah sudah berada di Masjid Rahmatan lil Alamin pukul 14.30.
Pengawasan Siang dan Sore
- Kepulangan dan Istirahat: Setelah pulang sekolah, tim mengawal pelajar ke rumah makan terlebih dahulu, lalu kembali ke asrama untuk tidur siang.
- Aktivitas Sore: Pengawasan dilanjutkan saat kegiatan olahraga, memastikan pelajar beraktivitas sesuai tempatnya (misalnya, tidak bermain di jalanan), yang dikoordinasikan melalui jadwal ketat.
Filosofi Seragam: Menciptakan Budaya Al-Zaytun
Penggunaan jas (ber jaz) saat mengikuti kegaiatan di acara hari besar, shalat berjamaah dan saat belajar di kelas,sebagai seragam membangun budaya Al-Zaytun yang rapi, tertib, dan memiliki disiplin tinggi.
- Ciri Khas: Jaz, dengan kode warna seragam dibedakan berdasarkan tingkatan: MI menggunakan warna cerah (colorful), MTS semi-gelap, dan MA gelap. Seragam pun terbagi dari seragam putih-hitam, seragam angkatan (Rabu-Kamis), dan seragam Pramuka (Sabtu).
Perlindungan HAM dan Strategi Pendekatan Komunikatif
Kementerian ini berfungsi sebagai Menteri Hukum (Law) dalam kerangka kurikulum LSTEAMS. Ilham mengakui pernah menhadapi beberapa santri, khususnya anak kecil yang tidak disiplin (misalnya lupa memakai songkok atau berdasi). Namun, kementerian menggunakan pendekatan komunikatif dan persuasif alih-alih menghukum. Seperti mengatasi adik-adik kelas MI yang belum mengerti kedisiplinan, Ilham menggunakan pendekatan karakteristik:
- Memanfaatkan Minat: Jika anak tertarik pada bola, Ilham akan menggunakan trik meraih hati agar mau menerima masukan, yaitu seperti dialog persuasive. "Saya jago main bola, kamu bisa tanya-tanya ke Kakak." Ujar Ilham mempraktikkan
- Menyisipkan Disiplin: Setelah menarik minat dan membangun koneksi, kedisiplinan diselipkan dalam obrolan tentang minat tersebut, atau meminta waktu disaat acara Bersama di asrama untuk kemudian memberikan pemahaman didepan banyak pelajar mengenai kedisiplinan.
Mendorong Prestasi Melalui Reward
Pelajar membutuhkan model ditengah mereka agar manfaat dan pengaruhnya bisa dipahami dengan cara merasakan pengaruh positif dari karakter positif yang hidup dan nyata, oleh karenanya Kementerian memberikan penghargaan (reward) melalui event "Presensi Pelajar Ma’had Al-Zaytun" yang melibatkan seluruh santri (sekitar 3.000 lebih) dari MI hingga MA. Ada empat indikator penilaian:
- Good Looking Student
- Good Attitude Student
- Smart Student
- Smiling Face Student
Penilaian dilakukan dengan berkolaborasi bersama MPK (Majelis Permusyawaratan Kelas/Angkatan), yang paling dekat dengan pelajar. Tiga kandidat terbaik per indikator dipilih dari setiap Angkatan menjadi salah satu ajang bergengsi yang meriah dan sangat bermanfaat untuk pengingat pentingnya pengembangan karakter pelajar karena pelajar mampu melihat cerminan karakter yang baik ditengah mereka sehingga mampu ditiru oleh semua pelajar.
Filosofi "Menteri"
Penamaan "Menteri" membuatnya memahami tantangan menjadi tokoh yang mampu memberikan kontribusi positif, dengan membiasakan diri dengan istilah politik dan kepemimpinan tinggi, membuatnya termotivasi kelak setelah dewasa dan memahami politik, mereka punya pengalaman mentalitas untuk menjadi Menteri sungguhan.
Dampak Lingkungan: Budaya Negatif dan Budaya Positif
Saat pertama kali masuk Ma'had Al-Zaytun di kelas VII, Ia mengaku terkejut dengan penerapan kedisiplinan yang serba tertata. Dari pengalaman itu, ia menyadari bahwa perbedaan antara lingkungan positif dan negatif sangat memengaruhi kebiasaan, tindakan, dan perilaku seseorang.
Ia berpandangan bahwa kedisiplinan dan budaya malu di Jepang tercipta karena pembiasaan yang dilaksanakan sejak dini. Hal ini berbeda dengan Indonesia, yang menurutnya masih sering terjadi pelanggaran hukum, kedisiplinan, hingga tawuran, karena lingkungan dan kebanyakan individu belum terbiasa dengan hal-hal positif. Ia menekankan bahwa semuanya berpulang pada masing-masing personal, bila seseorang mampu membiasakan kebaikan, lingkungannya pasti akan terpengaruh.
Mempertahankan Budaya Al-Zaytun “Agen Perubahan”
Sebagai seseorang yang bertugas mendisiplinkan pelajar dengan bantuan rekan-rekannya, ia berpesan agar pelajar Al-Zaytun tidak melepaskan budaya positif yang sudah diperjuangkan, bahkan setelah lulus.
Cara mempertahankan budaya itu sederhana, yaitu dengan mengajak orang lain yang belum mengerti, seperti tidak merokok. Ia meyakini bahwa memberi contoh tidak merokok akan memberikan kejelasan kepada teman sebaya di rumah untuk hidup lebih sehat. Ia mencontohkan dirinya sendiri sebagai bukti nyata paru-paru sehat dan pergaulan yang baik. Al-Zaytun mengajarkan bahwa merokok adalah "jembatan emas menuju narkoba." Ia menegaskan bahwa pelajar Al-Zaytun, baik yang masih menempuh studi maupun yang sudah lulus, memiliki potensi untuk menjadi Agen Perubahan (Agent of Change).
Prinsip Tunjuk Ajar: Memberi Contoh Sebelum Berbicara
Salah satu tunjuk ajar dari Syaykh dan kebudayaan Al-Zaytun adalah tidak mendahulukan ucapan atau perintah, melainkan mendahulukan memberikan contoh (Uswatun Hasanah). Prinsip ini didasari oleh peringatan agar tidak mengatakan apa yang tidak diperbuat.
Prinsip ini dijadikannya pedoman saat bertugas sebagai Menteri di organisasi pelajar, yaitu dengan selalu memberi contoh. Ia memulai dengan memberikan senyum dan salam, bahkan pertama kali memberi salam Merdeka kepada siswa Madrasah Ibtidaiyah. Tujuannya adalah agar pelajar lain menyadari untuk selalu mendahulukan salam tanpa menunggu diberi salam terlebih dahulu.
Prinsip Uswatun Hasanah: Teladan Lebih Kuat daripada Perintah
Salah satu prinsip utama yang ditanamkan di Al-Zaytun adalah konsep uswatun hasanah, yaitu mendahulukan teladan dibandingkan sekadar perintah. Ilham menerapkan prinsip ini melalui kebiasaan memberi salam Merdeka terlebih dahulu kepada siapa saja, termasuk siswa Madrasah Ibtidaiyah, tanpa memandang strata. Sikap sederhana namun konsisten ini menanamkan kesadaran akan pentingnya membangun hubungan sosial yang harmonis dan penuh rasa hormat.
Perlindungan HAM dan Lingkungan Bebas Bullying
Sebagai penjaga hak asasi manusia (HAM) di lingkungan pendidikan, Ilham sangat memperhatikan interaksi antar pelajar agar selalu menjunjung nilai kemanusiaan untuk mencegah bullying dan konflik sosial, Ilham menerapkan pendekatan mediasi melalui musyawarah dan dialog terbuka. Contohnya adalah mengajak pelajar yang berselisih berdiskusi secara damai, mempertanyakan pendapat mereka demi solusi bersama.
Tiga Pilar Lingkungan Pendidikan Tanpa “Bullying”
Ilham menggarisbawahi tiga indikator kunci terciptanya lingkungan pendidikan yang bebas bullying dan inklusif:
- Penghapusan Senior-Junior
Tidak adanya pembagian antara junior dan senior memudahkan interaksi antar pelajar dari berbagai jenjang pendidikan, menciptakan suasana yang akrab dan santai tanpa rasa canggung. - Budaya Saling Sapa
Semua pelajar dari madrasah ibtidaiyah hingga madrasah aliyah dibiasakan saling menyapa, membangun kehangatan sosial dan rasa kebersamaan.
- Kesetaraan dalam Berpendapat
Setiap pelajar diberikan ruang yang sama untuk menyampaikan pendapat dan merasa dihargai, menciptakan iklim belajar yang nyaman dan aman untuk berekspresi.
Melalui pengalaman dan gagasannya, Ilham menunjukkan bahwa perubahan budaya yang bermakna dapat lahir dari kesadaran lingkungan positif, teladan sehari-hari, dan penguatan nilai kemanusiaan. Upaya ini menjadi pondasi penting dalam membentuk generasi pelajar yang tidak hanya cerdas akademik tetapi juga berkarakter kuat sebagai agen perubahan di masyarakat.


