Saturday, 06 December 2025

Menggapai Asa di Usia Senja: Kisah-Kisah Inspiratif dari PKBM Al Zaytun

User Rating: 2 / 5

Star ActiveStar ActiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive
 

oleh Ali Aminulloh

lognews.co.id, Indonesia - PKBM Al Zaytun adalah jantung dari semangat pendidikan yang tak mengenal batas usia. Di sinilah, para warga belajar yang kebanyakan sudah berusia lanjut membuktikan bahwa semangat adalah kunci untuk terus tumbuh dan berkembang. Ali Aminulloh, Kepala PKBM Al Zaytun, menyaksikan sendiri kobaran semangat mereka yang "menyala-nyala, tidak kalah dengan anak muda." Inilah yang menjadi sumber energi bagi para tutor untuk terus mengajar.

​Pelajaran Hidup dari Seorang Ibu Hebat

Kisah ini dituturkan Giarto, S.Pd. selaku tutor PKBM Al-Zaytun yang juga alumni PKBM. Ia menuturkan bahwa ​di tengah kesibukan mengurus rumah tangga, Istikomah, anak didiknya, berani mengambil keputusan besar: kembali bersekolah di PKBM Al Zaytun. Namun, tekadnya diuji oleh tantangan yang menyentuh hati—ia harus membawa serta putranya yang masih balita, Mirza. Kekhawatiran dan keraguan menyelimuti. Mampukah ia fokus belajar sambil mengasuh?

Giarto sebagai tutor, menyaksikan perjuangan itu. Awalnya, Mirza lebih sering bermain dengan ponsel. Tapi, kami mencari cara lain. Ia menyarankan Istikomah untuk memberikan Mirza buku dan pensil. Perlahan, keajaiban terjadi. Mirza mulai asyik menggambar.

​Namun, Istikomah tahu ia butuh solusi yang lebih permanen. Ia harus menemukan cara agar bisa fokus sepenuhnya. Setelah mencari ke sana kemari, akhirnya ia menemukan jalan keluar: menitipkan Mirza kepada ayahnya yang bekerja di Al Islah, dengan bantuan Joko Sairan, pembina PKBM. Dukungan tulus ini membuat Istikomah bisa belajar dengan tenang. Cerita perjuangan ini berakhir bahagia. Ia tidak hanya lulus dengan gemilang, tetapi juga langsung melanjutkan kuliah di IAI.

pkbm alzaytun pengajaran

​Ketika "Pusing" Berubah Menjadi "Penasaran"

Lain tutor lain ceritanya. Munajat, SPd seorangbtutur matematika yang juga alumni PKBM Al Zaytun punya cerita yang tidak kalah menginspirasi. Di kelas matematika, ia sering mendapati ekspresi para warga belajar yang tegang. Saat ia bertanya apa yang mereka pikirkan tentang matematika, hampir serentak mereka menjawab, "Pusing!". Senyumnya mengembang. Ia tahu ada yang salah dengan cara mereka memandang pelajaran ini.

​Munajat mencoba mendekati mereka dengan cara yang berbeda. Ia tidak langsung membahas rumus rumit, tetapi mencontohkan bagaimana matematika ada dalam kehidupan sehari-hari, seperti saat memasak. Tak disangka, pendekatan ini berhasil. Wajah-wajah yang tadinya tegang kini berubah penasaran. Warga Belajarpun pun mulai belajar tentang statistik. Suasana kelas menjadi hidup. Mereka bertanya, berdiskusi, dan tertawa.

​Ketika waktu belajar berakhir, mereka justru memohon, "Yaah, masih penasaran Ustadz!" Bahkan ada yang mengusulkan untuk menambah waktu pelajaran. Mendengar itu, hati Munajat terharu. Mereka yang dulunya takut matematika kini justru ingin belajar lebih banyak lagi. Ini adalah bukti bahwa semangat belajar sejati bisa muncul jika disajikan dengan cara yang tepat.

​Epilog: Cahaya Tak Pernah Padam

​Kisah-kisah ini adalah cerminan dari semangat yang tak lekang oleh usia. Di setiap perjuangan Bu Istikomah dan antusiasme para warga belajar di kelas matematika, terpancar sebuah pesan yang kuat: bahwa pendidikan bukanlah sekadar proses formal, melainkan perjalanan emosional yang membentuk karakter dan membuka pintu-pintu impian. Mereka mengajarkan kita bahwa tak ada kata terlambat untuk belajar dan bermimpi. Selama ada keinginan, ada jalan. Dan di PKBM Al Zaytun, jalan itu selalu terbuka, dipenuhi tawa, haru, dan semangat yang tak pernah padam.