Saturday, 06 December 2025

Mengikat Masa Lalu, Merangkul Masa Depan:​ Pendidikan Kontemporer untuk Peradaban Berkelanjutan

User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Oleh Ali Aminulloh dan Moh. Iqbal Aulia

​lognews.co.id - Di Ruang Khas Masjid Rahmatan Lil Alamin, suasana Ahad siang, 21 September 2025, terasa berbeda. Seusai kuliah umum Pelatihan Pelaku Didik oleh Syaykh A.S. Panji Gumilang, S.Sos. M.P., para peserta — mulai dari eksponen YPI, koordinator wali santri, kepala sekolah, hingga tokoh masyarakat Gantar — tak beranjak. Alih-alih bubar, mereka justru tenggelam dalam diskusi mendalam.

​Syaykh Panji Gumilang menyimak dengan cermat setiap pandangan, pertanyaan, dan refleksi dari seluruh peserta. Menurut Syaykh, Ini adalah tradisi pendidikan kontemporer: sebuah proses internalisasi gagasan hingga meresap ke dalam relung pikiran dan hati. Tujuannya satu: menyamakan pandangan agar langkah seiring sejalan dalam menyongsong kemajuan melalui pendidikan. Di akhir diskusi, Syaykh Panji Gumilang memberikan ulasan pamungkas, sebuah gulungan pemikiran yang merangkum esensi pendidikan di era yang terus bergerak.

​Ritual Abadi Membangun Peradaban

​Pendidikan, menurut Syaykh Panji Gumilang, bukanlah sekadar transfer ilmu, melainkan sebuah ritual. Ritual di sini bukan terbatas pada shalat atau zakat, melainkan setiap pekerjaan yang dijalankan dengan niat tinggi dan tekad besar, tanpa henti. Pendidikan harus menjadi darah bhakti yang mengalir secara sistematis, mencapai perkembangan yang dikehendaki oleh zaman.

​Ini adalah perbandingan yang mendalam. Jika kita menengok pendidikan tradisional, perkembangannya bisa memakan waktu ribuan tahun. Ambil contoh, dari Nabi Ibrahim AS ke Sokrates—butuh ribuan tahun, namun benang merahnya tetap menyambung. Pendidikan adalah ritual pekerjaan manusia untuk menurunkan nilai-nilai kepada generasi berikutnya.

​Peradaban tidak bisa hanya mengikut (taqlid), tetapi harus mampu mengubah (taghyir). Proses ini, yang dulunya memakan waktu berabad-abad, kini harus berjalan sangat cepat.

​Transformatif dan Revolusioner: Kunci Peradaban Masa Kini

​Peradaban sekarang berubah begitu cepat. Satu klik saja sudah bisa menghubungkan kita ke mana pun. Jika pendidikan tidak bersikap transformatif, kita akan tertinggal. Peradaban kini bukan lagi sekadar seni dan sastra, tetapi peradaban perubahan.

​Itulah mengapa kita harus bersikap revolusioner. Revolusi adalah cara untuk mengejar laju perubahan peradaban yang begitu pesat. Kesiapan kita untuk menghadapi dinamika ini membutuhkan sebuah kerangka pikir, sebuah filsafat pendidikan kontemporer.

​Syaykh Panji Gumilang menjelaskan, "kontemporer" berasal dari bahasa Yunani: kon (mengikuti) dan temporia (waktu). Dalam Al-Qur'an, istilah waktu memiliki berbagai makna, seperti sa'ah, waqt, dan 'ashr. Ini menggarisbawahi bahwa pendidikan kontemporer adalah pendidikan yang mampu mengikuti, bahkan memimpin, setiap alur waktu.

​Keseimbangan Antara Tradisi dan Modernitas

​Di tengah hiruk-pikuk modernitas, pendidikan kontemporer tidak berarti meninggalkan tradisi. Sebaliknya, ia menciptakan keseimbangan. Seperti ungkapan "jangan mencuri timbangan," pendidikan harus seimbang antara apa yang lama dan apa yang baru.

​Pendidikan modern, yang dimulai sejak Revolusi Prancis dan Revolusi Industri, tidak meninggalkan tradisi. Lihatlah Ibnu Sina di zaman pertengahan, ia adalah seorang yang mutakamil (menyeluruh). Ia bukan hanya dokter, tetapi juga ahli fikih, hafiz Al-Qur'an, dan filsuf. Kedalaman keilmuan yang holistik ini adalah warisan yang harus dijaga.

​Maka, metode hafalan dalam pendidikan tradisional tetap sangat penting. Menghafal Al-Qur'an adalah bagian dari pendidikan profetik. Karena bagaimana mungkin kita bisa memahami jika tidak menghafal? Keseimbangan ini memastikan bahwa kita tidak hanya menjadi "gerbong" yang mengikuti lokomotif yang hebat, melainkan menjadi bagian dari perjalanan yang seiring sejalan. Kalau gerbongnya tidak selaras kecepatannya dengan lokomotif, maka perjalanan akan terhambat.

​Epilog: Waktu yang Kita Ciptakan

​Filsafat pendidikan kontemporer Syaykh Panji Gumilang adalah ajakan untuk merenung. Pendidikan adalah sebuah ritual abadi yang membentuk peradaban. Ini adalah panggilan untuk menjadi transformatif dan revolusioner, tanpa melupakan akar tradisi yang telah membentuk kita.

​Ia menutup diskusinya dengan pesan yang menyentuh: "Kalau kita mau, Allah pasti mau, jangan-jangan lebih cepat dari yang kita hayalkan." Gagasan ini bukan hanya tentang pendidikan, tetapi tentang keyakinan bahwa perubahan besar dimulai dari niat tulus dan kerja keras yang tiada henti, di setiap waktu yang kita ciptakan.