Saturday, 06 December 2025

Filsafat Sebagai Jalan Mencapai Kebenaran Fondamental

User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Disarikan dari Dzikir Jumat Syaykh Al Zaytun oleh Ali Aminulloh

lognews.co.id, Indonesia - Bagi civitas Al-Zaytun, Shalat Jumat merupakan momen yang ditunggu, saat mana Syaykh AS Panji Gumilang menyampaikan pesan pesan penting kepada Jamaah Masjid Rahmatan lil Alamin.

Pada Jumat, 19 September 2025, Syaykh menyampaikan beberapa pesan mendalam. Syaykh memulai dengan berbagi kabar pribadinya: hasil pemeriksaan kesehatan menunjukkan beliau dalam kondisi baik, hanya perlu mengurangi berat badan. Untuk mencapai tujuan itu, beliau memutuskan untuk kembali menerapkan intermittent fasting dan mengganti nasi dengan waluh para.

Selanjutnya Syaykh berkisah bahwa pagi itu, Beliau mendapatkan sebuah buku yang memicu perenungan filosofis yang mendalam. Buku tersebut membahas diskusi filsafat Muslim pada abad ke-5 dan ke-6 Hijriah. Judul buku itu mengingatkan Syaykh pada karya legendaris, "Tahāfut al-Falāsifah" (Kerancuan Para Filsuf), yang ditulis oleh Al-Ghazali (w. 505 H).

​Karya Al-Ghazali ini merupakan kritik tajam terhadap para filsuf di zamannya dan filsuf kuno seperti pemikiran Plato, Aristoteles, dan Socrates. Al-Ghazali mengkritik mereka karena dianggap terlalu mendewakan akal dan pikiran sebagai satu-satunya jalan untuk menemukan kebenaran dan kebaikan.

​Beberapa puluh tahun setelah Al-Ghazali wafat, muncul tokoh filsuf lain, Ibnu Rusyd. Ia adalah sosok yang sezaman dengan Musa bin Maimun, seorang tokoh Yahudi yang tinggal di Andalusia. Ibnu Rusyd dikenal sebagai seorang ahli fikih, kedokteran, dan filsafat. Ia membaca buku Al-Ghazali dan merasa perlu memberikan sanggahan.

​Maka, Ibnu Rusyd menulis karya balasan berjudul "Tahāfut al-Tahāfut" (Kerancuan dari Kerancuan). Meskipun tidak secara langsung menyebut Al-Ghazali, buku ini dianggap sebagai bantahan terhadap kritik-kritik yang dilontarkan Al-Ghazali. Karya Ibnu Rusyd ini kemudian menjadi landasan penting bagi kebangkitan Renaisans di dunia Barat, di mana para pemikir mulai menempatkan kembali filsafat sebagai alat untuk mencari kebenaran yang fundamental.

​Makna Filosofi dalam Pendidikan

​Dari perenungan ini, Syaykh mengajak jamaah untuk memahami esensi filsafat. Filsafat bukanlah sesuatu yang rumit; ia hanyalah tentang mengajukan pertanyaan mendasar: apa, bagaimana, dan untuk apa. Kerangka berpikir seperti ini dapat diterapkan dalam sistem pendidikan, terutama di Indonesia.

​Syaykh memberikan contoh perbandingan antara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Politeknik dengan sekolah dan perguruan tinggi umum. SMK dan Politeknik tidak hanya sekedar mengajarkan ilmu tapi bagaimana mempraktekkannya.

Jika kurikulum dirancang dengan pondasi filsafat yang kuat, di mana para siswa didorong untuk bertanya dan merumuskan pertanyaan secara terstruktur, maka pendidikan di Indonesia akan jauh lebih maju. Mereka tidak hanya akan tahu "bagaimana" cara melakukan sesuatu, tetapi juga memahami "untuk apa" hal tersebut dilakukan.

​Dengan pola pikir ini, para ilmuwan akan mampu membangun teori-teori baru yang kokoh. Jika pendidikan di Indonesia, khususnya di tingkat SMK dan Politeknik, dapat mengadopsi pendekatan ini, Syaykh meyakini bahwa pendidikan Indonesia akan menjadi sangat hebat.