Saturday, 06 December 2025

Menimba Ilmu dari Ibu Kota: Tutor PKBM Al-Zaytun dan KOSMAZ Meracik Masa Depan Seni Berpayung Hukum

User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Oleh: Hartono dan Ali Aminulloh

lognews.co.id, Indonesia - Di tengah denyut artistik Ma'had Al-Zaytun yang tak pernah berhenti berdetak, sebuah visi besar terus dirawat: melahirkan generasi yang tidak hanya berakhlak mulia dan berwawasan luas, tetapi juga memiliki kepekaan seni yang mumpuni. Visi ini bukan sekadar angan-angan. Ia diwujudkan melalui komitmen nyata untuk terus menempa para pendidiknya, sang arsitek talenta-talenta muda.

Sebagai bukti komitmen tersebut, enam pegiat kesenian Al-Zaytun baru saja kembali dari sebuah misi penting di jantung ibu kota. Mereka adalah Syifa (Vokal), Sakat Maha (Gitar), Amirul Fajar (Arranger), Hartono (Karawitan), Dipa Dinul Haq (Biola), dan Fadilah (Angklung). Selama dua hari, pada 17-18 September 2025, mereka menjejakkan kaki di Gedung Perpustakaan Nasional Jakarta, menyerap ilmu dalam "Pelatihan Berbasis Kompetensi: Peningkatan Kapasitas Anggota LMK PAPPRI". Sebuah perjalanan untuk memastikan setiap nada dan karya yang lahir di Al-Zaytun kelak mendapatkan apresiasi dan perlindungan yang layak.

Lognews perpusnas

Menimba Pengetahuan di Jantung Kreativitas Nasional
Suasana di hari pertama pelatihan terasa begitu hidup. Sebanyak 72 peserta dari berbagai latar belakang menyatu dalam semangat yang sama. Sambutan dari Perhimpunan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu, dan Penata Musik Rekaman Indonesia (PAPPRI) membuka cakrawala baru, menekankan betapa pentingnya sinergi antara dunia pendidikan dan industri seni. Para narasumber ahli mengupas tuntas seluk-beluk regulasi hak cipta, sebuah "benteng" pelindung bagi para kreator.

Bagi para pendidik Al-Zaytun, ini bukan sekadar teori. Mereka diajak masuk ke dalam simulasi berbasis kompetensi yang relevan dengan denyut nadi kreativitas di lingkungan mereka. Diskusi interaktif dan pertanyaan yang mengalir deras menjadi bukti antusiasme mereka untuk memahami bagaimana cara mengidentifikasi, mengarahkan, sekaligus melindungi setiap karya seni yang dihasilkan oleh para pelajar. Mereka tidak hanya belajar tentang seni, tetapi juga tentang cara menghargai dan membentenginya secara hukum. Hari kedua menjadi puncak dari perjalanan ilmu ini, di mana mereka diuji oleh tim asesor, mempresentasikan rencana-rencana kreatif yang siap mereka terapkan sekembalinya ke Al-Zaytun.

Dari Pelatihan ke Pemberdayaan: Visi Baru untuk Seni Al-Zaytun
Kepulangan tim pendidik ini ke Al-Zaytun membawa lebih dari sekadar sertifikat. Mereka membawa pulang pemahaman mendalam tentang hak cipta, keterampilan baru dalam mengelola pembelajaran seni yang kreatif, dan jaringan kolaborasi yang lebih luas dengan para praktisi seni nasional. Pelatihan ini menjadi bahan bakar baru untuk menyalakan api kreativitas yang lebih besar di lingkungan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dan Komite Olahraga dan Seni Ma’had Al-Zaytun (Kosmaz).

Hartono, S.Pd., salah seorang tutor PKBM yang turut serta, dengan wajah berbinar berbagi kesannya. "Kegiatan ini benar-benar membuka mata kami," ujarnya. "Kami jadi tahu bagaimana menghubungkan dunia pendidikan nonformal yang kami geluti dengan industri seni yang sesungguhnya. Ini sejalan dengan misi kami di PKBM, yaitu tidak hanya mengajar akademik, tetapi juga menggali dan mengembangkan setiap bakat terpendam dari warga belajar." Wawasan baru ini diyakini akan menjadi fondasi kuat untuk menjadikan PKBM sebagai kawah candradimuka yang melahirkan insan-insan kreatif, produktif, dan berdaya saing, yang karyanya tak hanya indah didengar namun juga kuat terlindungi.

Epilog: Melodi yang Tak Akan Pernah Padam
Ilmu yang dibawa pulang dari Jakarta oleh keenam pendidik itu bukanlah sekadar kumpulan materi, melainkan benih. Benih kesadaran bahwa setiap karya seni, entah itu sebuah aransemen musik yang rumit, alunan biola yang menyayat hati, atau denting karawitan yang syahdu, memiliki ruh dan hak yang harus dijaga. Mereka tidak hanya kembali sebagai pengajar, tetapi sebagai penjaga gerbang kreativitas.

Lognews ikang fauzi

Kini, setiap not balok yang mereka ajarkan, setiap petikan gitar yang mereka pandu, akan selalu diiringi dengan bisikan tentang pentingnya menghargai sebuah karya. Mereka sedang membangun sebuah ekosistem di mana para santri tidak hanya terinspirasi untuk berkarya, tetapi juga termotivasi untuk melindungi apa yang telah mereka ciptakan dengan jerih payah. Ini adalah investasi jangka panjang untuk sebuah warisan. Kelak, saat lulusan Al-Zaytun melahirkan mahakarya mereka di panggung dunia, mereka akan melakukannya dengan kepala tegak, membawa bekal pengetahuan bahwa seni mereka berharga dan tak ternilai. Inilah melodi sejati dari pendidikan: sebuah harmoni abadi antara kreativitas, pengetahuan, dan penghargaan yang tak akan pernah padam oleh waktu.