Saturday, 06 December 2025

Tanam Tebu Perdana Petani Muda Ma’had Al-Zaytun ingin Kembalikan Kejayaan Petani Tebu Indonesia

User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

lognews.co.id, Indonesia - Hari bersejarah pada 18 September menandai dimulainya penanaman tebu perdana oleh para pelajar ekstrakurikuler pertanian di Ma’had Al-Zaytun. Tanaman tebu yang digunakan merupakan varietas unggulan yang baru pertama kali ditanam di Al-Zaytun dan secara khusus oleh pelajar di sana. Jenis tebu ini belum banyak diedarkan ataupun dirilis secara luas, menjadikan momen ini sangat berarti sebagai langkah awal menghidupkan kembali semangat pertanian tebu di kalangan generasi muda.

Nasikin, warga Desa Loyang, Cikedung, Indramayu, Jawa Barat, adalah praktisi pertanian khususnya tebu. Dalam wawancara bersama wartawan senior Dynasti dari lognews.co.id, Nasikin mengaku baru kali ini melihat dan merasakan kepedulian pendidikan terhadap generasi pelanjut petani tebu seperti di Ma’had Al-Zaytun. 

Ia merasa bangga bukan sebagai pengajar, melainkan sebagai pendamping yang diarahkan oleh yang berhormat Syaykh Al-Zaytun, Prof. Dr. Syaykh Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang M.P., untuk mendampingi para pelajar ekstrakurikuler pertanian di Ma’had Al-Zaytun.

Menurut Nasikin, ini adalah program pendidikan pertama yang memberikan praktik langsung di lahan luas kepada pelajar kelas X, XI, dan XII. Tujuannya adalah membentuk petani tebu muda yang mampu mengangkat harkat dan martabat petani di Indonesia.

Dari lubuk hatinya, Nasikin berharap kegiatan tanam tebu perdana ini dapat melahirkan generasi penerus kejayaan petani tebu Indonesia. Ia menyampaikan bahwa kegiatan ini bisa menjadi pilot project kemajuan generasi petani tebu yang dimulai dari pelajar Ma’had Al-Zaytun. 

Oleh sebab itu, para pejabat di Indonesia, mulai dari bupati, gubernur, menteri pertanian, hingga Presiden, diharapkan dapat melihat langsung perjuangan para pelajar Ma’had Al-Zaytun dalam meraih ketahanan pangan dan mengurangi ketergantungan impor.

Nasikin menambahkan bahwa Kementerian Sosial juga perlu memperhatikan nasib petani tebu agar dapat memahami mengapa mereka tetap gigih bekerja keras walaupun menghadapi keterbatasan dan tantangan kemandirian.

Nasikin juga mengungkapkan bahwa petani tebu di Kediri sudah mengalami banyak kemajuan yang layak dijadikan contoh oleh pemerintah daerah lain. Ia berharap kerjasama pemerintah dapat mendorong pengembangan produksi panen tebu, terutama di Indramayu.

Saat pendampingan di lapangan, Nasikin berbagi ilmu di depan para pelajar yang mengamati praktik tanam tebu dengan sistem doble row. Para pelajar ekstrakurikuler pertanian Ma’had Al-Zaytun merasa terinspirasi untuk menjadi petani tebu muda yang sukses setelah mendapat penjelasan tentang suka duka, keunggulan, tantangan, dan keseruan dalam bertani tebu. 

Salah satu hal yang menarik perhatian mereka adalah penjelasan bahwa bila dirawat sungguh-sungguh, tebu bisa dipanen minimal 4 kali. Nasikin pun memberi semangat agar para pelajar tidak puas hanya dengan empat kali panen, tetapi berusaha untuk lebih.

Para pelajar juga aktif mengajukan pertanyaan seputar teknik memotong bakal bibit tebu, menanam dengan sistem doble row, pemupukan, perawatan, pengendalian hama, pemanenan, hingga estimasi pendapatan dan risiko berdasarkan skala per petak lahan yang disediakan Syaykh Al-Zaytun untuk para pelajar ekstrakurikuler pertanian kelas X, XI, dan XII.

Mengingat bakal tebu sulit didapat dan harganya tidak murah, Nasikin menegur pelajar agar berkonsentrasi saat memotong supaya tidak tergesa-gesa. Ia menekankan bahwa hati adalah alat utama petani dalam berkarya; apabila ada masalah, hal itu akan memengaruhi ketepatan memotong ruas tebu sepanjang sekitar 40 cm atau tiga ruas bakal mata tunas.

Tak ada satupun yang mengeluh atau meminta perlakuan khusus. Mereka semua gigih menghadapi tantangan menjalani keseharian petani, mulai dari terik matahari yang menyengat, lumpur persawahan yang kotor, hingga pegal badan saat mengangkut dan menaruh bibit bakal tebu ke lahan praktikum yang dinamakan Raden Paku.

peserta ekstrakurikuler

Keberanian dan semangat para pelajar Ma’had Al-Zaytun membuktikan bahwa anggapan negatif tentang anak zaman sekarang yang cenderung terpaku pada teknologi dan enggan turun ke lapangan, tidaklah benar. Sakura, salah satu pelajar kelas XII yang mengikuti kegiatan ini, menegaskan bahwa mereka justru antusias menerima tantangan di bidang pertanian demi ketahanan pangan Indonesia bahkan dunia. Dengan dorongan dan bimbingan para praktisi dan tokoh seperti Nasikin dan Syaykh Al-Zaytun, diharapkan generasi muda ini mampu melanjutkan kejayaan petani tebu di masa depan. (Amri-untuk Indonesia)