Rumah Pisang, Ma’had Al-Zaytun, 5 November 2025, lognews.co.id - Sebanyak 34 petani Perkumpulan Petani Penyangga Ketahanan Pangan Indonesia (P3KPI) resmi menandatangani perjanjian kerja sama penggarapan lahan pertanian bersama Lembaga Kesejahteraan Masjid (LKM) Masjid Rahmatan Lil Alamin, Rabu (5/11). Total luas lahan yang dikelola dalam kerja sama tersebut mencapai 264 bau atau setara dengan 184 hektare, yang akan digarap untuk musim berendeng tahun 2025 - 2026.
Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) berlangsung di Rumah Pisang, Ma’had Al-Zaytun, dan disaksikan langsung oleh jajaran pengurus P3KPI serta perwakilan LKM, Abdul Halim. Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari program pemberdayaan petani binaan Al-Zaytun yang telah berjalan selama lebih dari satu dekade untuk memperkuat ketahanan pangan nasional.
15 Tahun Mengabdi, Demi Kesejahteraan Petani dan Lingkungan
Salah satu petani P3KPI, Eli, mengaku telah menjadi bagian dari organisasi ini selama 15 tahun. Ia menuturkan bahwa P3KPI telah banyak memberikan manfaat, terutama dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga dan menciptakan lingkungan yang produktif serta subur.
“Saya betah di P3KPI karena ada hasilnya. Selain buat keluarga, juga bisa mensejahterakan lingkungan,” ujarnya dengan penuh semangat.
Eli diketahui menggarap lahan di wilayah Cikedung Lor, yang menjadi salah satu sentra pertanian binaan Al-Zaytun.
Sementara itu, petani baru Taria, yang telah bergabung selama dua tahun, menuturkan alasannya mengikuti program ini.
“Alhamdulillah, pertama untuk kesejahteraan keluarga, dan kedua untuk pemberdayaan lingkungan sekitar. Saya juga mempekerjakan lima orang,” ungkapnya.
Taria saat ini mengelola lahan di sekitar Blok Sumber Mulya, wilayah pertanian yang juga termasuk area pengembangan Rumah Pisang.
Menurut Taria, selama dua tahun menjadi petani, ia merasakan banyak perubahan positif terutama dalam hal kedisiplinan waktu dan manajemen kerja, yang merupakan nilai utama yang diajarkan oleh Syaykh Al-Zaytun.
Hasil Panen dan Strategi Musim Tanam 2025
Dalam laporan yang disampaikan oleh Fais, pengurus P3KPI, tahun lalu Al-Zaytun berhasil menghasilkan 1.400 ton gabah pada musim berendeng. Tahun ini, target ditingkatkan dengan strategi baru yang menyesuaikan kondisi cuaca yang relatif stabil tanpa kemarau panjang.
“Tahun 2025 ini kita hampir tidak mengalami kemarau. Jadi petani bisa mengolah lahan lebih cepat dan menanam lebih awal. Harapannya, akhir November seluruh anggota sudah mulai menanam,” jelasnya.
Selain itu, P3KPI berkomitmen untuk menerapkan pertanian presisi, sesuai dengan arahan Syaykh Al-Zaytun.
“Pesan dari Syaykh jelas, seluruh anggota harus mengelola pertanian dengan baik dan mulai menerapkan sistem pertanian presisi,” tegas Fais.
Sistem Bagi Hasil dan Tambahan Adendum
Dalam perjanjian yang dibacakan di hadapan seluruh peserta, disebutkan bahwa kerja sama penggarapan lahan ini dilaksanakan dengan sistem bagi hasil (karon) antara pihak pertama (petani P3KPI) dan pihak kedua (LKM Masjid Rahmatan Lil Alamin).
LKM memberikan kemudahan berupa pinjaman modal kerja, pupuk, dan obat-obatan yang dikembalikan setelah panen. Seluruh hasil pertanian diserahkan ke lumbung logistik LKM, kemudian petani menerima bagiannya sesuai harga yang berlaku pada hari panen.
Menariknya, dalam MoU tahun ini ditambahkan adendum baru terkait Ongkos Panen. Tambahan pasal ini muncul sebagai tanggapan atas tantangan teknis dan biaya operasional di lapangan.
“Adendum ini mencakup biaya sewa mesin panen (komben) sebesar Rp2.500.000 per bau dan biaya angkut Rp500.000 per kilogram gabah kering panen. Setelah dikurangi biaya saprodi, hasil panen dibagi dua, masing-masing untuk LKM dan petani penggarap,” terang Fais saat membacakan isi perjanjian.
Selain itu, penyesuaian biaya juga dilakukan untuk beberapa tahapan kerja:
* Nyingkal dari Rp450.000 menjadi Rp600.000 per bau
* Leler dari Rp450.000 menjadi Rp600.000 per bau
* Tandur dari Rp750.000 menjadi Rp1.200.000 per bau
Penyesuaian ini diusulkan untuk menyesuaikan dengan harga pasar dan biaya operasional terkini.
Pengabdian sebagai Wujud Ibadah
Dalam sesi penutupan, Abdul Halim selaku perwakilan dari LKM menyampaikan pesan mendalam kepada seluruh petani P3KPI. Ia menekankan bahwa kegiatan pertanian yang dijalankan para petani bukan sekadar kerja ekonomi, tetapi juga pengabdian kepada Allah dan kontribusi nyata untuk bangsa.
“Apa yang kita kerjakan hari ini menopang pemakanan dan pendidikan anak-anak bangsa. Kita memberi makan ribuan mulut setiap hari. Jangan anggap kecil, ini sesuatu yang besar,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan bahwa seluruh proses ini merupakan bagian dari peradaban yang harus dijaga, di mana kerja keras, disiplin, dan keikhlasan menjadi nilai utama.
“Manusia semakin pintar biasanya peradabannya semakin tinggi. Maka yang kita lakukan hari ini adalah membangun peradaban yang berlandaskan kesejahteraan dan ibadah,” tambahnya.
Penandatanganan MoU: Simbol Komitmen dan Kebersamaan
Suasana haru dan khidmat terasa ketika satu per satu petani P3KPI menandatangani dokumen MoU sambil mengucap basmalah dan hamdalah. Setiap tanda tangan menjadi simbol kesepakatan untuk terus mengelola lahan dengan penuh tanggung jawab, ikhlas, dan tulus.
“Semoga hasil panennya berlimpah dan membawa keberkahan bagi kita semua,” doa salah satu anggota setelah menandatangani dokumen.
Kegiatan diakhiri dengan seruan bersama untuk memperkuat semangat pengabdian. P3KPI dan LKM Masjid Rahmatan Lil Alamin berkomitmen terus melanjutkan kerja sama ini untuk mewujudkan kemandirian pangan dan kesejahteraan masyarakat, dengan prinsip mendidik dan membangun semata-mata untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
(Sahil Untuk Indonesia)


