Sunday, 07 December 2025

Pendidikan Kontemporer: Pendidikan Ruang Dialog dan Seni Untuk Pembentukan Karakter

Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive
 

lognews.co.id – Pendidikan berasrama bukan hanya tempat belajar teori dan disiplin, tetapi juga ruang untuk menumbuhkan karakter, etika, dan keindahan dalam hidup. Pandangan ini disampaikan maestro seni asal Surabaya, Om Yon, dalam program Al-Zaytun Files yang ditayangkan di LognewsTV.

Ruang Dialog dalam Pendidikan

Om Yon, yang kini berusia 80 tahun, dikenal sebagai seniman sekaligus pendidik yang menjunjung nilai kebebasan berpikir. Ia menilai bahwa sistem pendidikan sering kali kehilangan hal paling mendasar, yaitu dialog antara pendidik dan peserta didik.

“Berilah kebebasan, tapi bukan berarti dibiarkan. Pendidikan itu banyak dialog dengan peserta didik. Dialog itu yang sering hilang,” ujar Om Yon dalam perbincangannya bersama LognewsTV.

Baginya, pendidikan berasrama yang baik harus mampu menumbuhkan rasa ingin tahu dan mengasah logika anak, bukan hanya menjejalkan hafalan.

Seni dan Etika, Dua Hal yang Tak Terpisahkan

Dalam pandangan Om Yon, seni dan pendidikan seharusnya berjalan beriringan. Keduanya saling menghidupkan, saling membentuk manusia menjadi pribadi yang utuh.

“Seni itu kehidupan, politik juga kehidupan. Kenapa harus dipisahkan? Mari disatukan dan diangkat bersama,” katanya penuh semangat.

Ia menambahkan, seni yang hidup dalam sistem pendidikan bukan hanya soal tari, musik, atau rupa, tetapi cara pandang terhadap harmoni dan keindahan dalam kehidupan sehari-hari.

Kampus Al-Zaytun dan Filosofi Humanis

Salah satu contoh pendidikan berasrama yang dinilai Om Yon berhasil menerapkan prinsip keseimbangan itu adalah Kampus Al-Zaytun. Ia menyebut, pendekatan pendidikan yang diterapkan Syaykh Panji Gumilang telah memadukan nilai moral, ilmu pengetahuan, dan kebebasan berekspresi secara proporsional.

“Saya melihat langsung bagaimana seni tari di Al-Zaytun itu dikelola dengan baik, penuh dinamika, dan tetap menjunjung nilai-nilai etika. Ini bentuk pendidikan yang humanis,” tuturnya.

Menurut Om Yon, cara Al-Zaytun mendidik pelajarnya melalui praktik langsung dan lingkungan yang beradab menjadi model penting bagi pendidikan nasional.

Mendidik Sesuai Zaman

Seniman sepuh itu juga menegaskan pentingnya menyesuaikan metode pengajaran dengan perkembangan zaman. Ia sejalan dengan gagasan Syaykh Panji Gumilang bahwa pendidikan harus mengikuti perubahan cara berpikir generasi muda.

“Itu benar. Anak-anak jangan hanya disuruh hafal dan menulis. Ajak dialog, ajak berpikir. Kalau anak TK disuruh hafal Chairil Anwar, itu salah besar. Biarkan mereka berekspresi,” ucapnya.

Menurutnya, pendidikan yang memerdekakan adalah pendidikan yang memberi ruang bagi imajinasi dan rasa.

Seni, Cermin dari Pendidikan yang Hidup

Om Yon memandang pendidikan berasrama sebagai tempat paling ideal untuk membangun karakter kolektif. Di dalamnya, pelajar belajar hidup bersama, berbagi, dan memahami makna empati melalui kegiatan seni dan sosial.

“Seni itu menyatukan, bukan memisahkan. Kalau pendidikan bisa menghadirkan seni di dalamnya, maka karakter anak bangsa akan tumbuh lebih utuh,” katanya menutup perbincangan.

Dengan sentuhan seni, disiplin, dan kebebasan berpikir, pendidikan berasrama seperti di Kampus Al-Zaytun menghadirkan wajah baru pendidikan yang bukan hanya mencetak cendekiawan, tetapi juga manusia yang berperasaan dan berbudaya. (Sahil untuk Indonesia)