Monday, 08 December 2025

MBG menuai Pro Kontra: Al-Zaytun 26 Tahun Buktikan Standar Asupan Pemakanan Fungsional dalam Pendidikan Berasrama

User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

lognews.co.id – Mahad Al-Zaytun dikenal sebagai lembaga pendidikan berasrama yang tidak hanya fokus pada aspek akademik, tetapi juga menghadirkan pola pendidikan komprehensif dengan basis kemandirian, kesehatan, dan pembentukan karakter. Konsep ini sejalan dengan visi Novum Gradum dalam menghadirkan model LSTEAM (Law, Science, Technology, Engineering, Arts, And Mathematics.) yang menjadi ciri khas pendidikan kontemporer di era modern.

Pendidikan Berasrama sebagai Model Pembentukan Karakter
Di Mahad Al-Zaytun, pendidikan berasrama dipahami bukan sekadar tempat tinggal bagi pelajar, melainkan sebuah sistem pembentukan karakter secara menyeluruh. Hidup bersama dalam lingkungan asrama mendorong lahirnya sikap disiplin, mandiri, serta kepedulian sosial yang menjadi fondasi penting dalam kehidupan bermasyarakat.

“Pendidikan itu bukan hanya transfer ilmu, tetapi juga pembiasaan hidup sehat, disiplin, dan kerja sama. Itu sebabnya di Al-Zaytun, setiap detail kehidupan pelajar diarahkan untuk menjadi pembelajaran,” ungkap salah satu pengelola.

Asupan Pemakanan Fungsional: “You Are What You Eat”
Bukan hanya sekedar makanan bergizi, salah satu hal unik yang diterapkan Al-Zaytun adalah penerapan sistem pemakanan fungsional. Prinsipnya sederhana: apa yang dikonsumsi akan menentukan kualitas fisik, mental, hingga spiritual seorang pelajar.

“You are what you eat, begitulah cara kami memandang makanan. Apa yang dimakan akan menentukan bagaimana pola pikir, semangat belajar, hingga daya juang para pelajar,” jelas pengelola dapur pendidikan berasrama Al-Zaytun.

Dalam praktiknya, sistem pangan di Al-Zaytun dikelola secara mandiri. Mereka menanam sayuran sendiri, memproduksi tempe, tahu, dan gula, mengelola perikanan patin hingga tuna, serta mengoperasikan peternakan ayam modern lengkap dengan rumah potong yang higienis. Tak hanya itu, Mahad ini juga memiliki silo berkapasitas 1.000 tonase dan pabrikasi beras atau rice milling modern untuk menjaga ketersediaan beras.

Kemandirian Pangan dengan Sistem Terpadu
Kemandirian pangan bukan sekadar simbol, melainkan kebutuhan nyata. Dengan ribuan pelajar yang tinggal di asrama, Al-Zaytun membangun sistem pangan terpadu dari hulu ke hilir.

“Setiap hari lebih dari 8.000 porsi makanan disiapkan untuk pelajar dan civitas. Jadwal makan teratur pagi, siang, sore, ditambah snack di sela belajar,” terang salah satu staf dapur.

Lognews 18

Menu pun disesuaikan dengan kebutuhan usia, mulai dari tingkat MI, MTs, hingga MA. Ada perlakuan khusus bagi pelajar dengan alergi tertentu, serta tambahan nutrisi untuk pelajar atlet dan pasukan paskibra.

Teknologi dan Modernisasi Dapur Besar
Untuk mendukung sistem besar ini, Al-Zaytun menggunakan teknologi modern. Mulai dari mesin pencuci beras, steam cooker berkapasitas besar, perajang tempe otomatis, hingga cold storage agar makanan tetap terjaga kualitasnya.

Lognews 21

Bahkan, pengelolaan peralatan makan dilakukan dengan tenaga khusus yang memastikan kebersihan dan higienitas setiap hari. Hal ini membuktikan bahwa pendidikan berasrama di Al-Zaytun tidak lepas dari inovasi teknologi yang sesuai dengan semangat LSTEAM.

Kebersamaan, Kedisiplinan, dan Pembelajaran Nyata
Lebih dari sekadar soal gizi, pola makan di Al-Zaytun juga dimaknai sebagai sarana membangun kebersamaan dan disiplin. Guru turut membagikan snack kepada pelajar sebagai bentuk teladan, sementara antar pelajar saling mengingatkan untuk menjaga keteraturan waktu makan.

“Makanan yang baik tidak hanya menjaga kesehatan, tetapi juga menumbuhkan disiplin, kepedulian, dan rasa kebersamaan,” tegas pengelola.

Penutup: Novum Gradum Al-Zaytun
Dengan sistem pendidikan berasrama yang menekankan kemandirian pangan, disiplin, hingga penguasaan teknologi, Al-Zaytun menghadirkan wajah pendidikan kontemporer yang berbeda. Konsep ini sejalan dengan Novum Gradum yang mengintegrasikan nilai spiritual, teknologi, hingga praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Al-Zaytun membuktikan bahwa pendidikan bukan sekadar teori, melainkan pengalaman hidup yang membentuk pelajar menjadi pribadi yang sehat, cerdas, disiplin, dan peduli pada sesama. (Sahil untuk Indonesia)