PEMILU
Friday, 20 September 2024

KISAH NYATA – Arti Kesetiaan dan Cinta Sejati dari Sang Miliarder, Merawat Sendiri Istri Selama 25 Tahun

User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

LogNews201.com – ”Anak-anakku… Jika perkawinan dan hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah lagi. Tetapi ketahuilah, dengan adanya ibu kalian di sampingku, itu sudah lebih dari cukup. Dia telah melahirkan kalian” …

Eko Pratomo Suyatno, siapa yang tidak kenal lelaki bersahaja ini ?

Seorang miliader, Pemimpin dari sebuah perusahaan investasi reksadana besar di Indonesia dan salah seorang tokoh di balik kemajuan industri reksadana . Namanya sering muncul di koran, televisi, di buku – buku investasi dan keuangan.   

Di kesuksesannya sekarang ini sudah dapat di pastikan sosok Eko Pratomo Suyatno mempunyai kesibukan yang luar biasa dengan segudang jadwal yang padat. Dan dalam hal ini kita tidak akan membahasnya. Yang akan kita bahas adalah mengenai keseharia beliau yang sangat luar biasa.

Usia yang tak lagi muda bahkan boleh di bilang senja, Pak Eko masih sangat bersemangat untuk merawat istrinya yang sudah 25 sakit. Meraka sudah menikah selama puluhan tahun dan di karunia 4 orang anak.

Sakit yang diderita istri berawal dari melahirkan anak ke empat mereka. Tiba tiba kakinya lumpuh dan tidak dapat digerakkan. Dan itu terjadi selama dua tahun, sampai pada akhirnya seluruh tubunya menjadi lemah, bahkan terasa sampai tidak bertulang, lidahnya pun tidak bisa digerakkan lagi menginjak tahun ketiga.

Aktifitas rutin di pagi hari sebelum Pak Eko berangkat bekerja adalah memandikan,membersihkan kotaran, menyuapi, mengangkat istrinya ke tempat tidur kedepan TV, agar sang istri tidak merasa kesepian, hanya tersenyum hal yang dapat dilakukan oleh sang istri manakala sang istri tak mampu berbicara lagi.

Beruntung kantor Pak Eko tidak terlalu jauh dari rumah, sehingga di siang harinya beliau dapat pulang untuk menyuapi sang istri untuk makan siang. Sore harinya setelah memandikan, menggantikan pakaian sang istri, Pak Eko selalu menyempatkan diri untuk menemani istrinya menonton TV , bercerita apa yang dialaminya seharian, terkadang diselingi dengan menggoda istrinya sebelum berangkat tidur adalah rutinitas yang dilakukan selama 25 tahun , walaupun sang istri hanya mampu mendengar, menanggapi melalui tatapan matanya namun hal itu sudah cukup membuat hati Pak Eko sangat senang.

Waktu berlalu membuat anak-anak Pak Eko dewasa, menikah,tinggal bersama keluarganya dan tersisa hanya si bungsu yang masih kuliah. Sejak saat itu Pak Eko memutuskan dirinyalah yang merawat istri agar semua anak anaknya dapat berhasil.

Saat menjenguk ibunya dengan kalimat yang cukup hati-hati dan berlinang air mata anak pertamanya menyampaikan maksud dan keinginan mereka yang ingin sekali merawat ibunya, karena mereka merasa sejak kecil bapaknyalah yang selama ini merawat ibunya dan tak sedikit keluhanpun yang keluar dari bibir bapaknya, bahkan Pak Eko tak mengijinkan mereka menjaga ibunya. Bahkan mereka sudah memintanya sampai empat kali dan berjanji untuk menjaga ibunya secara bergantian.

Dengan sangat bijak Pak Eko menjawab permintaan anak- anak mereka, “Jika perkawinan dan hidup di dunia ini hanya nafsu, mungkin Bapak akan menikah lagi, tapi dengan adanya ibu kalian sudah cukup dan dialah yang melahirkan kalian, karena kalian yang selalu kurindukan untuk hadir di dunia ini dengan penuh cinta dan itu tidak dapat dihargai dengan apapun. Dan tentu kondisi yang seperti ini tentu tidak diinginkan oleh ibu mu . Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin ini bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya seperti sekarang? Kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yang masih sakit.”

Jawaban yang kurang lebih sama maknanya juga disampaikan sama oleh Pak Eko saat diundang di acara TV. “Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinan tetapi tidak mau memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian, semua itu adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, yang sewaktu sehat dia dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya, bukan dengan mata. Dia memberi saya empat anak yang lucu-lucu.

Sekarang saat dia sakit karena berkorban untuk cinta kami bersama, itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintai dia apa adanya. Jika dia sehat pun, saya belum tentu mau mencari penggantinya, apalagi dia sakit. Setiap malam saya bersujud dan menangis. Saya hanya dapat bercerita kepada Allah di atas saja. Saya yakin hanya kepada Allah saya percaya untuk menyimpan dan mendengar rahasia saya. Cinta saya kepada istri saya, sepenuhnya saya serahkan kepada Allah.” Semoga dapat menginspirasi . (iws)