lognews.co.id – ternyata deterjen yang biasa digunakan berdampak buruk pada lingkungan. Ini adalah masalah dalam pemcemaran air di Indonesia, dari data pencemaran air pada tahun 2015-2020 di Indonesia sudah mulai berkurang.
Pada kesimpulan presentase pencemaran berat pada sungai menurun dari 79.5% menjadi 50% dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (KLHK). pencemaran limbah deterjen dapat mengakibatkan Eutrofikasi.
Yaitu unsur hara yang dapat menyuburkan gulma dalam air seperti eceng gondok. Eceng gondok yang berlebihan dapat mengurangi kadar, oksigen dalam air dan dapat merusak ekosistem.
Limbah deterjen juga berbahaya bagi kesehatan manusia. Karena bisa mengakibatkan iritasi pada mata, kulit, paru-paru, alergi, hingga mengakibatkan kanker.
Karena Deterjen mengandung bahan kimia seperti Diethanolamine, Alkil benzene sulfonat, Alkil fenoksi sangat berbahaya yang dapat merusak kualitas air hingga menyebabkan kematian biota air.
Selain itu senyawa tersebut sangat sulit teruarai secara organik oleh mikroorganisme yang ada didalam air. Tidak hanya dari mencuci dirumah saja, bisnis laundry juga membuat limbah deterjen semakin banyak.
Cara mengurangi limbah diterjen adalah mengurangi penggunaan deterjen. Bisa juga menggunakan deterjen ramah lingkungan.
Deterjen ramah lingkungan dapat terurai secara alami karena bebas dari kandungan fosfat, busa sedikit dan tidak memakai pewangi dengan bahan sintetis. (Anisasol)
