lognews.co.id - Kecerdasan buatan (AI) kini dimanfaatkan dalam ranah rohani, digunakan sebagai teman curhat dan untuk mencari bimbingan spiritual oleh jutaan orang.
Aplikasi religi berbasis AI semakin populer, dengan Bible Chat telah diunduh lebih dari 30 juta kali, dan Hallow menduduki puncak Apple App Store. Pengguna merasa lebih nyaman bertanya kepada chatbot kapan saja tanpa mengganggu pemuka agama. Namun, para ahli menekankan bahwa AI bukanlah entitas spiritual, melainkan teknologi yang menghasilkan jawaban berdasarkan data. Banyak aplikasi ini menerapkan sistem berlangganan tahunan.
Kemudahan akses menjadi alasan popularitas aplikasi ini, meskipun banyak pengguna bertanya apakah mereka benar-benar berinteraksi dengan Tuhan. Respons alami dari chatbot sering kali membuat orang merasa percakapan itu nyata. Namun, masalah muncul dari sifat "yes-men" AI yang selalu setuju dengan pengguna, menghindari jawaban yang tidak nyaman, yang seharusnya ada dalam praktik ibadah tradisional.
Privasi data juga menjadi perhatian, karena pengguna membagikan informasi spiritual mereka dengan perusahaan. Beberapa orang menemukan dukungan lebih dari chatbot ketimbang di gereja, meskipun ada risiko membagikan isi hati kepada AI. Pengembang aplikasi berargumen bahwa produk mereka melengkapi, bukan menggantikan hubungan spiritual. Fenomena ini muncul bersamaan dengan tren penurunan jumlah orang yang meninggalkan gereja, meski mereka tetap mencari pengalaman spiritual, hanya dengan cara berbeda.


