PEMILU
الجمعة، 31 كانون2/يناير 2025

LUCKY MUNDUR DIDUGA MENERIMA 2,5 M, SKANDAL MORALITAS PEMIMPIN ?

تقييم المستخدم: 5 / 5

تفعيل النجومتفعيل النجومتفعيل النجومتفعيل النجومتفعيل النجوم
 

Oleh : H. Adlan Daie 

Analis politik dan sosial keagamaan 

lognews.co.id - Jika benar Lucky Hakim menerima 2,5 M dari sebuah "deal" politik saat ia mundur dari jabatan wakil Bupati Indramayu tahun 2023 sebagaimana viral di media "online" dan sejumlah "podcast", sungguh ironi betapa rusak moralitas kepemimpinan politik di Indramayu. 

Inilah yang disebut Profesor Syafie Ma'arif sebagai fenomena "kerusakan moral yang sempurna". Ia menulisnya begitu tajam tentang kerusakan moral pemimpin di harian "kompas" (Edisi 11/10/2024) dengan judul tulisan "Mentereng Di Luar, Remuk Di Dalam"

Ini bukan problem "personal", tidak boleh hanya dibaca dalam konteks persaingan politik elektoral melainkan menyangkut moralitas seorang pejabat publik kenapa begitu mudah mandat suara rakyat yang dititipkan lalu "dilelang" dan "dijual" di pasar "gelap" politik.  

Jika informasi di atas "hoax" dan fitnah maka penting bagi Lucky Hakim mengklarifikasi bahkan melaporkan ke pihak "berwajib" siapa pun yang mengungkapkan isu tersebut demi menjaga "dignity" dan harga diri dari pencemaran nama baiknya di ruang publik.

Akan tetapi sebaliknya jika hal ini benar adalah "fakta" atau "didiamkan" begitu saja, tidak diklarifikasi jelas membentuk kebenaran persepsi publik bahwa Lucky Hakim benar benar terlibat dalam "skandal" menjual mandat suara rakyat . 

Point' yang hendak ditegaskan dalam tulisan singkat ini, sekali lagi, bukan persoalan "personal" Lucky Hakim tapi bagi siapapun calon pemimpin bahwa "skandal" di atas adalah perilaku "merusak" seorang pemimpin, tak dapat dimaafkan. 

Di sinilah pentingnya posisi sosial para ulama, pemimpin informal, kaum intelektual dan gerakan masyarakat sipil untuk membimbing umat dan rakyat bagaimana memilih pemimpin.

Pasalnya pemimpin adalah teladan, menjadi inspirator dan lokomotif penarik gerbong perubahan perilaku, mindset dan akhlak publik. 

Pemimpin Indramayu kelak akan menjadi "trend setter", jalan penuntun bagi masa depan hampir dua juta jiwa rakyat yang dipimpinnya.

Itulah sebabnya panduan agama dalam memilih pemimpin tidak cukup hanya soal popularitas dan elektabilitas tetapi mengutip kitab "Siroh Annubuwah" Ibnu Hisyam, harus memiliki integritas, tidak miskin intelektualitas dan "power of influencer", (wibawa dan pengaruh).

Pilkada Indramayu 2024 adalah "ujian" apakah pemilihan yang bersifat "kontestasi" seperti disampaikan Mendagri Tito Karnavian hanya melahirkan pemimpin "dibawah" standart, bahkan sekedar melahirkan bandit bandit politik seperti "dugaan" skandal di atas atau mampu mencerahkan nalar publik ke jalan yang benar dalam memilih pemimpin berintegritas di mana skema cara berfikir, berucap, bertindak dan "kelakuannya" menjadi teladan publik ?

Mari kita tunggu. Wassalam.