PEMILU
الجمعة، 20 أيلول/سبتمبر 2024

MEMILIH BUPATI MEMILIH PEMIMPIN, UJIAN MORALITAS PILKADA INDRAMAYU 2024

تعطيل النجومتعطيل النجومتعطيل النجومتعطيل النجومتعطيل النجوم
 

Oleh : H. Adlan Daie

Analis politik dan sosial keagamaan 

 

lognews.co.id - Memilih bupati adalah memilih pemimpin dan pemimpin dalam diksi "politis" H. Agus Salim, intelektual diplomat legendaris Indonesia disebut "Letjen is leden", pemimpin adalah "jalan menderita", jalan melayani.

Memilih bupati Indramayu 2024 adalah memilih pemimpin dan memimpin Indramayu bukan memimpin "benda mati" melainkan memimpin pikiran, hati ,"roso" dan mengelola nasib dan harapan hampir dua juta penduduknya.

Bupati bukan jabatan teknis birokratis dan penikmat layanan "protokoler" dengan "arogansi" berlimpah lalu "enteng" merasa tidak "berdosa" menghindar dari "keluh kesah" demonstrasi rakyat yang dipimpinnya.

Terlalu mahal ongkos pilkada Indramayu 2024 puluhan milyar dari pajak keringat rakyat mengais ngais rejeki dihantam panas terik matahari dan diguyur hujan hanya sekedar menghasilkan bupati perlente dan birokratis, miskin visi dan defisit narasi.

Terlalu besar energi rakyat terkuras oleh kebisingan proses pilkada Indramayu 2024 hanya untuk memilih bupati tanpa wibawa kepemimpinan politik kecuali "tebar keangkuhan", bernafsu merubah rubah warna fasilitas publik minus maslahat publik.

Bupati adalah "elected leader", yakni pemimpin yang dipilih secara politik. Karena itu bupati (seharusnya) adalah inspirator dan lokomotif penarik gerbong perubahan perilaku, "mindset" dan "trend setter", jalan penuntun masa depan yang mengayomi "keluh kesah" rakyat yang dipimpinnya. 

Bupati dalam konstruksi kepemimpinan politik seperti itulah yang akan sanggup menghadirkan masa depan Indramayu yang memuliakan harga diri dan martabat warganya, tangguh kesehatannya, kualitas pendidikannya, daya tumpu kemandirian ekonominya dan kesadaran hak hak sipilnya.

Bupati dalam kualifikasi kepemimpinan di atas tidak memadai hanya dengan berjualan dan mengais ngais "popularitas" dan "elektabilitas" di ruang publik dengan cara "narsis"

Dalam perspektif Kattelen A. Ellen, harus ada tiga variabel lain, yakni integritas, intelektualitas dan "power of influencer", (wibawa dan pengaruh) dalam memilih bupati sebagai "elected leader", pemimpin yang dipilih secara politik. 

Dalam khazanah islam disebut sifat "siddiq, amanah, tabligh dan fathonah", yakni jujur, akuntabel, komunikatif dan cerdas.

Inilah empat variabel dasar kepemimpinan, sebuah satu kesatuan tak terpisahkan satu sama lain yang harus tampak senyawa dan membatin dalam aksi yang "men drive" jiwa kepemimpinannya.

Di sinilah ujian, tantangan "moralitas" dan tanggung jawab politikn kaum intelektual kelas menengah dalam istilah Hary J Benda atau para "ulama" dalam diksi Imam Al Ghazali untuk "mendidik pemimpin mendidik rakyat" dalam peta jalan memilih kepemimpinan politik dalam kontestasi pilkada Indramayu 2024.

Kepemimpinan politik di Indramayu "hari esok" jika sama kualitasnya dengan "hari ini" adalah "rugi", terlebih jika "lebih buruk" kecuali hanya "beruntung" jika diarahkan dalam pilihan yang "lebih baik". Itulah pesan moral kenabian (Hadist). 

Wassalam.