الثلاثاء، 16 كانون1/ديسمبر 2025

Inovasi Unggas Menuju Indonesia Modern 2045: Pangan Fungsional, IOT, dan Penguatan SDM

تقييم المستخدم: 5 / 5

تفعيل النجومتفعيل النجومتفعيل النجومتفعيل النجومتفعيل النجوم
 

Oleh: Ali Aminulloh

lognews.co.id - Pada pelatihan pelaku didik ke-28, Ahad, 14 Desember 2025, Prof. Dr. Ir. Iman Rahayu Hidayati Soesanto, M.S., seorang pendidik, peneliti, dan pengabdi masyarakat dari IPB University, memaparkan visinya mengenai peran strategis sektor peternakan, khususnya inovasi unggas, dalam mewujudkan "Indonesia Modern pada Usia 100 Tahun Kemerdekaan". Dalam paparannya, Prof. Iman Rahayu menyoroti tiga pilar utama: peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pangan protein hewani, inovasi teknologi pangan fungsional, dan penerapan Internet of Things (IOT) dalam peternakan.

Mengoptimalkan Kualitas SDM melalui Pangan Fungsional

Indonesia, yang pada tahun 2025 diprediksi memiliki sekitar 281,6 juta jiwa, dengan 69,51% di antaranya berada pada usia produktif (15–64 tahun), memerlukan peningkatan kualitas SDM secara berkelanjutan. Peningkatan kualitas ini sangat bergantung pada asupan gizi seimbang, menggantikan ikon "4 Sehat 5 Sempurna" yang dinilai belum tentu menjamin kesehatan.
Salah satu komponen utama gizi adalah protein hewani, yang didapat dari produk ternak seperti susu, daging, dan telur. Unggas (ayam, itik, puyuh) menjadi sumber protein hewani yang terjangkau dan mudah dicerna, menyediakan protein lengkap, vitamin, dan mineral penting.

Telur Omega-3: Pangan Fungsional Berbasis Inovasi

Prof. Iman Rahayu menyoroti inovasi besarnya di bidang telur, yakni Telur Omega-3 IPB, yang digagas sejak tahun 1995 dan telah dipatenkan. Telur ini dikategorikan sebagai pangan fungsional, yaitu pangan yang tidak hanya memberi gizi dasar tetapi juga komponen bioaktif yang memberikan manfaat kesehatan tambahan.
Telur Omega-3 dihasilkan melalui formulasi pakan khusus yang mengandung limbah ikan dan protein nabati, menghasilkan produk dengan kandungan Docosahexaenoic Acid (DHA) dan Eicosapentaenoic Acid (EPA) yang lebih tinggi, kolesterol lebih rendah, serta bermanfaat bagi perkembangan otak dan kesehatan jantung.

"Telur ini dihasilkan melalui formulasi pakan khusus berbahan limbah ikan sehingga lebih sehat, rendah kolesterol dan bermanfaat untuk perkembangan otak serta kesehatan jantung."

Inovasi ini telah dikomersialisasikan dan diklaim aman dikonsumsi oleh semua kalangan, mulai dari ibu hamil hingga lansia. Uniknya, Prof. Iman Rahayu mendesain iklan produknya dengan menampilkan gambar keluarga dari berbagai usia, menunjukkan bahwa produk tersebut tidak tersegmentasi.

Inovasi Daging Unggas dengan Buah Merah Papua

Selain telur, inovasi juga dilakukan pada daging unggas untuk menghasilkan produk premium yang Aman, Sehat, Utuh, dan Halal (ASUH). Salah satu terobosan adalah penggunaan ampas ekstrak minyak Pandanus Conoideus (Buah Merah Papua) dalam pakan unggas.
Ampas Buah Merah ini berfungsi untuk menghambat pertumbuhan sel kanker, mengurangi peradangan, menurunkan kolesterol jahat, serta melawan virus dan bakteri pada unggas. Penelitian ini menghasilkan dua paten, yang menunjukkan kemampuan ampas buah merah dalam meningkatkan kualitas nutrisi produk dan profil kesehatan ayam.

Revolusi Kandang: Penerapan IOT dalam Peternakan Unggas

Sebagai seorang pendidik yang berprinsip "kejarlah ilmu sejak dari buaian sampai ke liang lahat," Prof. Iman Rahayu turut menyoroti pentingnya adopsi teknologi mutakhir seperti IOT (Internet of Things) dalam peternakan modern.
IOT dalam peternakan unggas memanfaatkan sensor dan perangkat terhubung untuk memantau dan mengelola kandang secara otomatis, termasuk suhu, kelembaban, dan kualitas udara. Penerapan ini meningkatkan kesejahteraan ayam dan efisiensi operasional.
Beberapa hasil penelitian IOT yang dipaparkan antara lain:


1. Sistem kontrol suhu dan kelembaban kandang unggas pedaging menggunakan fuzzy logic dan microcontroller ESP32.
2. Sistem kontrol gas amonia.
3. Sistem pemberian pakan otomatis untuk efisiensi jumlah dan waktu, yang dapat menurunkan FCR (rasio konversi pakan) dan meningkatkan bobot badan.
4. Sistem deteksi dini infeksi Korisa pada ayam petelur berbasis IOT, yang menangkap gejala ngorok (suara aneh) melalui sensor suara.
Meskipun IOT menawarkan efisiensi, Prof. Iman Rahayu juga mengakui tantangan yang ada, seperti perlunya keterampilan peternak dalam mengoperasikan IOT, ketersediaan sarana internet yang kuat, dan investasi awal yang besar.

Legasi Kompetensi: Mendirikan LSP untuk SDM Peternakan

Pilar ketiga adalah penguatan SDM melalui sertifikasi. Menuju "Indonesia Emas," pengakuan kompetensi yang meliputi skill, knowledge, dan attitude sangat dibutuhkan. Prof. Iman Rahayu mengusulkan agar lembaga pendidikan seperti Az-Zaitun mendirikan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) di bawah naungan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).

WhatsApp Image 2025 12 14 at 20.03.24
Sertifikasi kompetensi memberikan legasi bagi ahli di bidangnya. Bagi pendidik, sertifikasi dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kesejahteraan. Sementara bagi siswa/alumni, sertifikasi berfungsi sebagai Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI) yang krusial untuk bersaing di dunia kerja.
"LSP berperan dalam penguatan sumber daya manusia melalui sertifikasi profesi yang membawa Indonesia siap menghadapi tantangan dan bertransformasi menuju sektor yang modern, produktif, dan berdaya saing global."

WhatsApp Image 2025 12 14 at 20.03.25

Mengupas Tantangan Praktis Peternakan

Sesi tanya jawab menghadirkan tantangan praktis dari pengurus peternakan ayam Al-Zaitun, Bapak Syadid, yang mengelola 282.000 ekor ayam close house.
1. Evaluasi Kinerja Ternak: Bapak Syadid melaporkan FCR (rasio konversi pakan) 1,58 dan IP (Index Performance) 310,1, dengan rata-rata umur panen 38,3 hari. Prof. Iman Rahayu menilai FCR 1,58 sudah "cukup," namun umur panen 38,3 hari dianggap terlalu lama, karena maksimal seharusnya 30–35 hari. Idealnya, untuk close house, IP harus mencapai 400.
2. Wabah Penyakit: Menjawab pertanyaan tentang wabah penyakit, Prof. Iman Rahayu menekankan pentingnya biosekuriti dan vaksinasi untuk mencegah serangan virus bandel seperti Avian Influenza (AI) dan Newcastle Disease (ND). Prinsip preventif lebih baik dari kuratif menjadi kunci utama.
3. Substitusi Pakan: Menanggapi potensi pakan alternatif seperti Azolla microphylla dan Lemna (mata lele) untuk menekan biaya produksi, Prof. Iman Rahayu menyarankan agar fokus pada tujuan inovasi (daging atau telur) dan mengkaji lebih dalam zat aktif di dalamnya. Inovasi Buah Merah dan Omega-3 adalah penambahan untuk nilai tambah, bukan substitusi pakan komposisi besar, karena keamanan zat aktif untuk konsumsi manusia perlu dipertimbangkan secara serius.
4. Pengolahan Telur Omega-3: Menutup diskusi, Prof. Iman Rahayu menjelaskan bahwa pengolahan dapat mengubah status gizi Omega-3 karena merupakan turunan lemak yang rentan teroksidasi oleh panas. Ia menyarankan konsumsi setengah matang karena dianggap paling baik untuk mempertahankan kandungan Omega-3, dan jika diolah, usahakan kuning telur tidak pecah atau tidak dimasak sampai kering/gosong.

WhatsApp Image 2025 12 14 at 20.03.25 1

Secara keseluruhan, pemikiran Prof. Iman Rahayu menegaskan bahwa transformasi pertanian modern menuju Indonesia Emas 2045 membutuhkan perpaduan inovasi teknologi, pangan fungsional bernilai tambah, dan penguatan sumber daya manusia yang terlegasi.