السبت، 06 كانون1/ديسمبر 2025

PG GMM Mengalami Kerusakan Mesin, Petani Tebu di Blora Protes

تعطيل النجومتعطيل النجومتعطيل النجومتعطيل النجومتعطيل النجوم
 

 lognews.co.id, Blora – Puluhan petani tebu di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, melancarkan protes keras atas keputusan sepihak Pabrik Gula (PG) Gendhis Multi Manis (GMM) yang menutup proses penggilingan tebu lebih awal dari jadwal. Penutupan mendadak yang diumumkan berlaku mulai 24 September 2025 ini didasarkan pada kerusakan serius pada mesin boiler pabrik gula.

Ketua Asosiasi Petani Tebu Republik Indonesia (APTRI) Blora, Sunoto, menyatakan kebijakan penutupan dini tersebut sangat merugikan petani. Banyak petani yang masih memiliki tebu yang belum selesai dipanen akibat cuaca dan waktu panen yang belum tuntas. Penutupan penggilingan pada 25 September 2025 menyebabkan tebu yang sudah dipanen terancam mubazir dan para petani mengalami kerugian besar karena biaya operasional tanam dan panen tidak bisa kembali.

Manajemen PG GMM menyebut bahwa kedua unit boiler mengalami kerusakan parah yang tidak dapat diperbaiki dalam waktu singkat, setelah analisa teknis intensif pada 23-24 September 2025. Perbaikan darurat sudah dilakukan, tetapi penurunan kapasitas dan kebocoran pipa membuat operasional pabrik tidak memungkinkan untuk dilanjutkan tanpa risiko yang lebih besar.

Hingga sebelum penutupan, PG GMM baru mampu menggiling 218.771,12 ton tebu, atau 54,6% dari target awal 400.000 ton untuk musim giling 2025. Dengan jumlah tersebut, dihasilkan Gula Kristal Putih (GKP) sebanyak 11.608,05 ton, padahal musim giling yang direncanakan berlangsung 150 hari ini hanya berjalan selama 112 hari.

Dalam audiensi dengan manajemen PT GMM pada Jumat (26/9), puluhan petani menuntut solusi atas nasib tebu yang masih menumpuk di lahan. Mereka meminta pabrik tetap membeli sisa tebu petani walaupun penggilingan resmi sudah ditutup. Manajemen berjanji akan memfasilitasi pengiriman sisa tebu skala besar ke pabrik gula terdekat melalui fasilitas crane dan jembatan timbang yang telah disiapkan.

Sunoto menegaskan, keputusan penutupan penggilingan seharusnya melalui musyawarah dengan petani, bukan sepihak, agar kerugian petani dapat diminimalkan. Kondisi ini membuat petani khawatir hasil panen tidak optimal dan keuntungan usaha pertanian tebu tidak tercapai.

Manajemen PT GMM menyatakan akan melakukan komunikasi lanjutan dengan petani, stakeholder daerah, Forkopimda, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Blora. Laporan resmi kerusakan boiler juga akan disampaikan kepada Dewan Komisaris yang mewakili pemegang saham PT GMM, yakni Perum BULOG dan PT Mandiri Pangan Sejahtera.

Para petani berharap perbaikan menyeluruh pada mesin pabrik, termasuk penggantian boiler vital, sehingga musim giling tahun 2026 dapat berjalan lancar tanpa kejadian serupa yang merugikan petani. (Amri-untuk Indonesia)