السبت، 06 كانون1/ديسمبر 2025

Ketahanan Pangan Indonesia, Prof Amsal: Syaykh Panji Gumilang Sudah Siapkan Peta Jalan Bagi Generasi Pelanjut

تقييم المستخدم: 5 / 5

تفعيل النجومتفعيل النجومتفعيل النجومتفعيل النجومتفعيل النجوم
 

lognews.co.id - momentum refleksi atas gagasan besar yang selama ini diperjuangkan sang pemimpin pesantren. Salah satu yang menyoroti hal tersebut adalah Prof Dr Amsal Bakhtiar, akademisi asal Sumatera Barat sekaligus dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam wawancara dengan LognewsTV, Prof Amsal menilai Syaykh Panji Gumilang sebagai sosok visioner dengan kalkulasi matang dalam membangun ketahanan pangan nasional.

Menghitung Ketahanan Pangan untuk 275 Juta Mulut

Menurut Prof Amsal, ketahanan pangan Indonesia tidak bisa hanya diselesaikan dengan program makan siang gratis semata. Ia menilai Panji Gumilang memiliki pandangan lebih luas, yakni bagaimana memberi makan 275 juta rakyat Indonesia secara berkelanjutan.

“Kalkulasinya jelas. Kalau impor beras, negara harus mengeluarkan triliunan rupiah. Tapi kalau dana itu diberikan kepada petani yang produktif, mereka mampu memberi makan seluruh rakyat. Itu yang jarang dipikirkan orang, tapi sudah dipikirkan oleh Pak Panji,” ungkapnya.

Eksperimen Bibit dari Beras Impor

Salah satu terobosan Panji Gumilang yang diapresiasi adalah keberhasilannya menjadikan beras sebagai bibit, padahal secara umum yang bisa ditanam adalah padi.

“Pernah beliau coba dapat bibit dari Jepang, tapi tidak berhasil karena Jepang tidak mau menjual. Akhirnya beliau membeli beras dari Singapura. Banyak yang meragukan, tapi ternyata bisa tumbuh. Dari beras bisa jadi padi. Itu inovasi luar biasa,” kata Prof Amsal.

Ia menambahkan, jika eksperimen ini diperluas, dalam 10 tahun ke depan petani bisa mendapat bibit unggul yang membuat Indonesia tidak lagi tergantung impor.

Dari Skeptis Jadi Bukti

Prof Amsal mengaku awalnya sempat ragu dengan visi Syaykh Panji Gumilang. Ia mencontohkan penanaman jati di Al-Zaytun pada 1998 yang ia kira tidak akan berhasil.

“Waktu itu jati masih kecil, saya pesimis akan tumbuh. Tapi 25 tahun kemudian, hasilnya luar biasa lebat. Itu bukti dari visi besar yang tidak semua orang mampu melihat jauh ke depan,” ucapnya.

Seruan Bersinergi dengan Pemerintah

Prof Amsal juga menyinggung pentingnya pemerintahan mendatang, khususnya Presiden terpilih Prabowo Subianto, untuk bersinergi dengan gagasan Syaykh Panji Gumilang.

“Program makan siang gratis itu baik, tapi jangan sampai bahan pangan seperti susu, daging, atau beras malah diimpor. Kalau begitu, yang sejahtera hanya importir, bukan petani. Karena itu pemerintah perlu bekerja sama dengan Syaykh Panji Gumilang yang sudah terbukti punya ide-ide cerdas,” tegasnya.

Dampak Ganda: Gizi Anak dan Sejahtera Petani

Lebih jauh, ia menekankan bahwa konsep ketahanan pangan Syaykh Panji Gumilang memiliki dampak ganda.

“Pertama, anak-anak sekolah bisa terpenuhi gizinya, sehingga tumbuh cerdas. Kedua, petani dalam negeri semakin sejahtera. Jadi bukan hanya soal makan gratis, tetapi juga pembangunan ekonomi dari bawah,” jelasnya.

Penutup
Prof Amsal menegaskan, di balik usia 78 tahun, Syaykh Panji Gumilang tetap konsisten dengan visinya yang jauh ke depan.

“Beliau tidak hanya bicara, tapi sudah membuktikan lewat karya nyata. Dari bibit padi, dari jati, sampai tata kelola Al-Zaytun. Itu semua cermin dari sosok visioner yang layak diperhitungkan,” pungkasnya. (Sahil untuk Indonesia)