lognews.co.id - Suara kritis kembali datang dari kalangan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terkait polemik hukum yang menjerat pimpinan Pondok Pesantren Al Zaytun, Panji Gumilang. Dalam sebuah diskusi terbuka, mahasiswa yang akrab disapa Gus Udin menegaskan bahwa persoalan ini tidak boleh hanya berhenti pada dukungan, melainkan harus naik menjadi pembelaan.
“Justru kita jangan sekadar dukung Bang Panji, tapi bela. Kalau seorang tokoh Islam dengan pesantren besar saja bisa dijerat, apalagi masyarakat umum yang tidak punya massa. Ini soal keadilan, bukan sekadar figur,” ujar Gus Udin.
Tantang Pemerintah Usut Semua Pesantren dan Yayasan
Menurutnya, pemerintah harus berlaku adil jika ingin menegakkan aturan. “Kalau berani jangan hanya Al Zaytun, semua pondok pesantren, yayasan, bahkan lembaga agama lain harus diaudit dan ditelusuri. Jangan sampai hukum digunakan hanya untuk kepentingan politik,” tegasnya.
Ia menilai, agama tidak seharusnya dijadikan pintu untuk menjerat seseorang. “Kalau agama dipakai sebagai alat politik, maka serendah itu nilainya. Agama seharusnya jadi pemersatu, bukan sekat di antara kita,” tambahnya.
Suara Mahasiswa dari Kampus Pemikiran
Gus Udin yang baru saja diwisuda dari Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta mengaku sudah lama aktif berdiskusi soal polemik Al Zaytun. Ia juga pernah menulis opini hukum terkait kasus ini di media daring.
“Di kampus ini kami terbiasa membahas pemikiran, membandingkan mazhab, dan mengkaji hukum. Saya diarahkan oleh dosen almarhum Abah Fahmi Ahmadi untuk melihat perbedaan antara konstruksi hukum dan produk hukum. Jangan mudah menyalahkan orang hanya karena perbedaan tafsir,” ungkapnya.
Rencana Buka Lembaga Bantuan Hukum
Selain aktif menyuarakan isu di jalanan, Gus Udin juga menyiapkan langkah konkret di masyarakat. Ia bercita-cita mendirikan kantor hukum sekaligus lembaga bantuan hukum untuk membantu masyarakat kecil.
“Bagi yang mampu, mereka bisa bayar jasa hukum, lalu hasilnya digunakan untuk membantu rakyat yang tidak mampu. Karena hukum ini mahal, seringkali rakyat kecil yang jadi korban,” jelasnya.
Kritik terhadap Penegakan Hukum
Gus Udin menyebut penegakan hukum di Indonesia masih kerap dipengaruhi desakan massa. “Hukum itu produk politik. Gerakan massa sering digunakan untuk menekan, padahal seharusnya intelektualitas yang berbicara, bukan sekadar jumlah orang di jalan,” katanya.
Ia juga menilai kriminalisasi terhadap Panji Gumilang sarat muatan politik. “Kalau memang ada dugaan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU), silakan proses semua pesantren dan yayasan. Tapi cabut dulu tuduhan penodaan agama, karena menjadikan agama sebagai alat hukum sangat berbahaya,” tandasnya.
Pesan untuk Pemuda
Di akhir pernyataannya, Gus Udin menekankan pentingnya peran mahasiswa sebagai agen perubahan. Ia mengutip pesan Bung Karno tentang pemuda yang harus memikirkan rakyat dan bangsanya, bukan hanya sibuk dengan urusan pribadi.
“Kalau pemuda hanya ikut arus tanpa tahu fakta, itu miris. Kita harus jadi insan akademis, pengabdi, sekaligus pencipta yang bermanfaat bagi masyarakat,” ucapnya.
Diskusi yang digelar di kampus UIN Jakarta itu diwarnai suasana santai, namun penuh gagasan. Gus Udin pun menutup dengan mengutip Buya Hamka: “Jangan jadi orang Islam hanya karena turunan, tapi carilah Islam itu dengan kesadaran.” (Sahil untuk Indonesia)


