PEMILU
الجمعة، 20 أيلول/سبتمبر 2024

Al Zaytun Mengubah Desa Mekarjaya Menjadi Desa Kebanggaan Warganya

تقييم المستخدم: 5 / 5

تفعيل النجومتفعيل النجومتفعيل النجومتفعيل النجومتفعيل النجوم
 

lognews.co.id, Indramayu - Sebuah keinginan untuk membalikan nasib desa yang dianggap negatif menjadi "kesohor" (tersohor) membuat seorang yang bernama Asmin bersama 10 kawan lainnya didesa itu bersama dengan Kuwu (setingkat kepala desa) mau turut membantu berdirinya sebuah pesantren terbesar se-Asia Tenggara.

Kedatangan tim lognews dikediaman pelaku sejarah awal mula mendirikan Pondok Pesantren Al Zaytun, Asmin di Indramayu pada Senin (25/3/2024).

Bermula saat Asmin berada di desanya, bertemu secara tiba tiba, seseorang di perempatan Desa Gantar, dengan panggilan Panji Gumilang, berperawakan tinggi besar yang kemudian dinamainya dengan Pak Gede.

Datang bersama rombongan, Asmin mengungkapkan sejarah dalam menandatangani pertanahan dan berdiskusi dengan warga dilaksanakan di dua rumah bersama sepuh didesa tersebut.

"bersama Panji Gumilang, Tsabit, Imam Suprianto, dan Imam Prawoto berkumpul dengan kuwu, dirumah Wakil (RW) Pak Rochman di jalan Janggot dan dirumah Daman, jadi kadang kadang seharian hayuk wee ngobrol" kata Asmin menceritakan.

Niat ingin mencari lahan dan membangun Yayasan yang diucapkan "Pak Gede" lantas membuat Asmin dengan kawannya membantu mengumpulkan tanah yang ia bilang dengan tanah milik, kepada para warga di desa tersebut.

Proses perjalanan Syaykh Panji Gumilang menemukan lokasi untuk pembangunan pendidikan dapat terwujud sejak kedatangannya di tahun 1994 di Mekar Jaya, kemudian membeli lahan tahun 1995 seluas 60 Ha, dengan pecahan uang baru, pecahan paling besar saat itu 20 ribu rupiah memakai karung dan mulai dibangun ditahun 1996.

Sebagai warga asli kelahiran Indramayu, Asmin merelakan dirinya membantu dengan alasan untuk mengubah desanya agar menjadi tersohor, ternyata Asmin juga sangat dekat dengan sosok Panji Gumilang, yang turut pula membantu pembangunan gedung pendidikan, hingga memimpin dan mengarahkan warganya menjadi bagian dari petani di persawahan Al Zaytun. Wawancara dengan wartawan senior Handy Tion selengkapnya ditulis sebagai berikut:

HT (Handy Tion) : “saya Handy Nasution, lognewsTV, log is File sedang berkunjung ke pak Asmin, Assalamualikum, sehat, sempat podcast dengan teh Sofi, anaknya Syaykh Panji Gumilang terus sempat cerita-cerita, akhirnya saya jadi tahu bagaimana perjalanan Syaykh Panji Gumilang menemukan lahan luas di Mekar jaya, enggak mungkin kan bisa ujug-ujug, dari tim dari Syaykh Panji Gumilang mendapatkan tanah gitu apalagi luas banget dan Syaykh Panji Gumilang kan bukan orang sini gitu, itu pasti kan ada perantara dan ternyata, salah satunya adalah Pak Asmin”

Asmin : “ceritanya disebut ujug-ujug bisa, memang ujug-ujug”

HT : “ujug - ujug itu bahasa saya kan orang Batak tapi Betawi, Betawi tapi Sunda terus bisa sebutin ujug-ujug, oh gitu bener ya ?”

Asmin : “bisa, sebab gampang sekali, artinya masyarakat ya memang niat, bahasanya diwakafkan, dibayar wakaf buat yayasan, masyarakat kan senang, ayo dibere ke semuanya tanah seluas itu, gitu ya memang disebut ujug-ujug bisa”

HT :  “Alhamdulillah berarti bahasa saya enggak salah ya ujug-ujug itu tahun '94 ?”

Asmin : 94 datang 95 belanja tanah, ketemu dengan kawan-kawan di Desa, terus setiap seminggu sekali Syaykh datang untuk mempersiapan data-data tanah yang mau dijual”

HT : “ itu langsung langsung Syekh turun?”

Asmin :”ya turun langsung turun beliau, dulu mah belum Syaykh, dulu manggilnya Pak gede, orang sini the manggilnya Pak Gede, pan Panji Gumilang gede, ya saya mah sebebutnya Pak Gede be, ya biasanya Panji tapi ke sininya Pak Gede”

HT ; “kalau boleh masih ingat dulu dialognya kayak gimana sih gitu ? kalau boleh waktu datang kesini atau Pak Asmin bingung ini siapa gitu kok kok langsung datang, pernah gak sih ditanyain ke Pak gede atau Saykh, Pak Kenapa milih sini pernah gak ditanyain gitu?”

Asmin : “Dulunya kan di Subang  93 belinya di Subang lamun sudah mati juru tulisnya “Karpan namanya” baru dapat kurang lebih 20 Ha, kan nyerah mandeg, jadi ke sini yang mantap ujung-ujung. Disini siap, terus enggak susah, gimana sih Pak Panji ya duitnya enggak susah, kitanya yang tanahnya masyarakat enggak susah, jodoh, ketemu, jadi ya itu sampai hampir semuanya”

HT : “kan Syaykh itu orang luar ya kan, bukan orang sini baru ketemu apa yang bikin Pak Asmin tertarik dan sekaligus langsung percaya?”

Asmin : “ya pan kesini gagah-gagah (perawakannya) ?”

HT : “iya pertama kali ketahu berapa orang ingat enggak?”

Asmin : “ya empat, Panji, Tsabit, Imam supiranto, Imam Prawoto “

HT : “Oh di mana ketemunya begitu ngobrol-ngobrol ?”

Asmin : “iya kan di perapatan terus di sini di rumah kita”

HT : “ saksi sejarah berarti ya, di perapatan sini apa cihoe, tadi kayaknya di di map itu namanya

cihoe ?”

Asmin : “disebutnya perapatan Gantar ya kan kumpulnya tadinya mah disana di wakil, lamun sekarang mah di RW, cuman RW termasuk sepuh lah disini dan sudah meninggal, (dan) rumahnya Pak Rohman di janggot, jalan dari perapatan ke sana kumpul di rumahnya Bapak Rohman jadi ke (kantor) desa mah sewaktu-waktu kalau ada kepentingan ke kuwu, jadi kalau ada yang harus di teken, diteken, tapi kumpulnya di rumah Rohman dan di Rumah Daman sini kinak, jadi kumpulmah di dua titik di Rumah Daman kinak, di rumah wakil Rohman, Jadi kadang-kadang seharian ayo weh”

HT :” Pak Asmin tadi kan Bapak sempat menyebut tuh ada empat orang, Syaykh, terus Pak Imam prawoto, Pak Imam Suprianto yang hadir saat awal-awal nyari tanah ya, terus tadi juga saat kita ngobrol banyak, menyebut bahwa Pak Asmin sedang menjadi saksi di persidangan Imam Suprianto ya itu setahu saya di Sumedang, itu benar Ya ? Seputar apa yang Pak Asmin sampaikan ke pengadilan ?”

Asmin ; “itu ya cuma seputar masalah pembelian tanah, di sana di Sumedang menurut Imam Suprianto kan katanya duit dia, ya sepaham saya, dan saya yang ngambil duitnya ya duit Yayasan, semuanya duit Yayasan”

HT : “Clear ?”

Asmin : “ya clear, boro-boro beli tanah Imam, makan ge makai duit Yayasan, mobil the bensin, nota, makan, nota, “tukur” ke Yayasan boro-boro beli tanah”

HT : “oh oh kemarin ditanyain itu sama pengadilan ?”

Asmin : “ jadi kita mah ngomong apa adanya Ya emang duit yayasan, memang itu yang yang yang terjadi duit Yayasan Bukan duit Pak Imam Suprianto”

Asmin : “ Artinya kita yang ngambil, ngusulkan Terus duit keluar heh ya Imam tiba tiba ngawal, gayanya pak Imam rungkal, beli tanah yang punya tanah kan kasih, kasih”

HT : “Pak Asmin yang ngurus juga ?”

Asmin : “ya Iya saya yang nyerahin duitnya juga, menyerahkan duit kan dengan kuwu ungkal, Kuwu Adit,  saat itu Imam kan bikin kuitansi, terus yang nerima duit ya tanda tangan, terus saya nyaksian, m(enyaksikan) saksi kesatu Adi swanjaya kepala desa, terus saya di kwitansi itu, terus kemarin ditanya ini tanda tangan Pak Asmin bukan? Iya, masih ada bertahun-tahun enggak hilang tanda tangan itu kan terjadi belanja tanah di 2007 ayeuna 2024 berarti 17 tahun tapi tanda tangan saya masih ada, ditunjukin dikasih lihat Iya Iya ini tanda tangan saya, Ya memang saya.”

HT : “Oh jadi memang itu duit Yayasan Bukan duit Imam duit Yayasan?”

Asmin : “lah enggak ada.”

HT :  “Bapak yang ambil ya, yang nyetor juga ya?”

Asmin : “Ya artinya saya kan ngusulkan ni tanah yang harus dibayar sekian puluh hektar, ngajuin terus duitnya kan dari yayasan tuh, saya gembol kan terus imam terus adalah keamanan, udah. tapi kemarin mah kata Pak Rido, kemarin mah lagi sidang pertama duit dia, ngomong teh, ah ada lu mah gak mau

ngomong, tahu Imam, ini ada Jurig di sini, yang paham.”

HT : “iya karena bapak yang paham, jadi pasti Imam Suprianto langsung diam ya kan kemarin karena enggak ada bapa ya?’

Asmin : “enggak ngomong-ngomong duit ini kan lagi sidang pertama mah, kata Pak Rido teh ngakunya duit Dia, wuh darimana sih Imam nanti ngomong Imam pan saya di situ mah, tigaan di sini Imam, sini Jaksa, sana pengadilan, enggak ngomong, enggak ngomong-ngomong duit saya.”

HT : “terus kenapa ketika diminta untuk menjadi saksi Bapak hadir, kenapa ?”

Asmin : “ya kenapa ya kita yang paham, ya artinya saya yang jadi lelakonnya, beli tanah disitu kan gara-gara saya yang ngajukan, ngajukan ya pasti saya kan ya kudu tanggung jawab.”

HT : “Oke Karena rasa tanggung jawab ya Bapak juga sebagai lalakonnya gitu, ya terus yang tahu yang sebenarnya seperti apa makanya Bapak berkenan untuk menjadi saksi”

Asmin : “ dua kali jadi saksi terus”

HT :  “oke clear berarti ya memang apa yang terjadi sebenarnya itu adalah tidak benar karena saya yang yang menjadi eh lalakonnya gitunya ?”

Asmin : “yang lalakon kan saya 76 hektar”

HT : “dan itu kemarin benar 76 hektar yang dijual”

Asmin : “berapa sih dijual berapa ya kurang lebih 2 hektar apa berapa iya ya 2 hektar yang dijual Oke tapi ya duitnya kemana ? Imam ge, geus kurus kayak anu tuh teger nyaho teger ? teger peranti mancing lauk the, geus melengkung, asana mah moda,  kan itu gagah banget imam tadinya, wah lagi di sininya paling jagoannya Imam Suprianto, karyawan ditincak terus yang platra pletre”

HT :”memang begitu gayanya berarti ya?”

Asmin :”sekarang mah waduh sudah gak ada kasihan kasihan, tapi ah itu mah dosanya, apa artina ya manusia mah kumaha amal perbuatan, akibat dari perbuatan manehna dihukum kayak gitu lamun lurus mah, moal mereun nyak ? kayak gitu ya itu mah karena ulahnya sendiri lah, lamun cara orang Sunda mah kumaha amal perbuatan, amal perbuatan mungkin teu beres, amalnya kurang bagus gak jujur juga ya jadi ka neraka jadi teu menang surga, menang na neraka mengkerut Aduh”

HT : “apa kata-kata dari Panjing Gumilang, yang bikin Pak Asmin dan teman-teman Wah ini benar nih”

Asmin : “Pan beli tanah buat Yayasan itu doang”

HT : “ itu doang ah kali Gitu Ee e pak Panji Gumilang menceritakan nih akan saya gini gini

gini kali gitu”

Asmin “cerita mah banyak, artinya kan ini akan dibikin apa namanya ya pesantren terbesar eh lain Pesantren Yayasan Ya kita mah ya atog wae, jadi semangat terus mencari buat Yayasan Ini kan buat

bikin surga”

HT :  asik loh, apa ngobrol dengan Pak Asmin ini narasumber saya yang paling asik saya juga santai gitu kan dan ini habis hujan loh ini habis hujan, kalau saya sih ngasanya agak agak sejuk ya, agak dingin gitu terus minum cai herang, terus Pak Asmin tuh enak banget oke kan udah ketemu nah ada kendala enggak waktu itu ketika Pak Gede, bahasanya ya ini ngomongin zaman dulu ya Pak Gede itu ingin beli tanah terus kumaha cara nyarioskeun ke wargi sekitar? Iya itu saha nu jadi jubir Pak Asmin atau saha ?

Asmin :” yaitu, teman-teman wakil Rohman CS wakil RW, kan warga ini tanah buat Yayasan nanti dikita ada Yayasan paling hebatlah, ternyata kan benar, jadi omongan Panji Gumilang enggak salah enggak salah nanti dibuktikan ya dibuktikan. Pesantren paling hebat ada di Kampung Mekar Jaya di pedesaan, kalau orang-orang kan umur pesantren yang sudah ratusan tahun masih (begitu) tapi di kita kan ini biar ada di kampung hebat.”

HT : “tengah hutan ?”

Asmin : “ tengah hutan, lain di hutan salah ngomong, lain hutan naon iyeu tanah milik, cuman begitu Al Zaytun berdiri, tanah kosong ditanem, dibikin hutan seolah-olah hutan.”

HT : “ oh gitu”

Asmin : “(“kayu jati nanti akan hilang Asmin”) ternyata kan benar hutan (Jati) habis,

sini kita punya, jadi sebelum habis sudah persiapan memang rada canggih”

HT : “rada canggih apa canggih ?”

Asmin “ya Canggih Jadi sebelum “ kayu jati nanti akan habis Kita nanam terus, jadi nanem termasuk anak buah (Panji Gumilang) itu nanam juga, eret eret kayu jati semua, kayu apa saja, jati , mahoni semuanya “

HT : “percaya enggak saat itu masa sih orang nanam di tanahnya aja termasuk tanah kering, percaya enggak?”

Asmin : “Enggak, langsung bilang Ah yang bener gitu, udah Nanti”

HT: “Pak Gede yang Pak Asmin rasain seperti apa ketika ngomong tok tok tok tok Gitu”

Asmin :” ya biasa gimana sih sebab apa? dulu lagi cari tanah belum ada Aqua”

HT : “mantap Aqua masuk sponsor belum ada Aqua, kumaha belum ada minuman Oh belum ada minum minuman kayak sekarang ?”

Asmin : “ jadi bawanya kan jeligen, setiap hari kita cari tanah ke hutan minumnya pakai air jeligan, ya Panji pakai air itu”

HT : “Jadi tapi sehat ya ?”

Asmin : “ sehat Jadi ya gimana sih kayak gini lah semua, jadi makannya brek, barengan”

HT : “Oh gitu makan minum segala macam Iya artinya walaupun saat itu Pak gede atau pak Panji sebagai apa, orang yang mau beli tanah tidak berasa bedain Gitu enggak ya?”

Asmin : ”enggak, makannya bareng makannya apa aja ge sama sama enggak ada beda”

HT : ”Wah di situ mungkin Pak Asmin dan teman-temannya merasa dekat ya, langsung merasa dekat kok ini orang beda banget gitu ya padahal bukan orang dieu (sini) kitunya ?”

Asmin : ” cuman bedanya kan Pak gede mah makan ikan teh tiga, lima kita ma satu dia lima habis hebat loh”

HT : ” Jadi terus Pak Asmin teh hanya ngurus atau ngebantu tanah wae apa ikutan ngebangun sekalian?“

Asmin : ”  ya kita kan ada di desa kita, seolah-olah kan ya dianggaplah punya kita, desa kita, ya dibantu apanya semuanya tentang, Asmin ini keamanan Iya keamanan, timbang kita bee dengan Kuwu, padahal kan alat-alat besi apa ya alhamdulillah, aman enggak ada yang, artinya amanlah”

HT : ” caranya gimana sampai sampai masyarakat mau menerima itu, paku bumi ya pasti gandeng (bersik)”

Asmin : “ya Tapi ya biasa rakyat pake gilingan batu,  pan ge urang lagi ngebangun, jadi bangunan kan

Pasti ada batu, kan santer malam dag dug dag dug, waduh”

HT :” terus tapi saat itu pak gede nyampein enggak nama pesantrennya apa gitu ? sempat engak ?”

Asmin :  “enggak, Yayasan, aya Al Zaytun mah tahun 1999, nama Yayasan Pesantren Al Zaytun Min,

Jadi ini ngambilnya dari naon sih wattini wal zaytun, lamun diambil surat At Tin ngambilnya dari situ”

HT : ” oke oke terus respon tadi kan setelah apa, nyariin tanah kan yang udah-udah nih, kalau udah ngebantu nyari tanah tuh biasanya udah ditinggalin, Pak Asmin enteu ?”

Asmin : ” Enteu “

HT : ” sampai ikut ngebangunin ditawarin atau Pak Asmin ngajuin diri ke ?”

Asmin : ” enggak lah, ditawarin enggak artinya kan tadi, ada bangunan di sini dianggaplah punya saya ya Artinya kita kan di desa kita di sini ya dianggap punya saya”

HT : ” Mantap”

Asmin : ” juga adanya di desa kita, terus ya apapun resikona,  ayu weh terus jalan tidak boleh berhenti.”

HT : ” Oh terus maju terus Hm pernah berhenti gak ? ada kendala gak ?”

Asmin : ” enggak, enggak ada kendala enggak”

HT : ” waktu itu mudah gitu ya ?”

Asmin : ” mudah waktu itumah krisis duit, susah duit, krisis moneter apa Naon itu waktu itu krismon krismon, enggak ada, Pak Gede enggak ada krismon jadi duit teh ku Tuhan teh dilancarkan kayak air yang ngalir”

HT: ” oke terus berarti proses dapat tanah itu awal-awal dapat berapa hektar ? “

Asmin : ” awalnya 60 tahun 1995 ada ya mandeglah terus 96 belanja lagi terus tu sampai ke mana mana”

HT : ”Oh sempat mandeg tapi enggak sempat enggak sempat putus hubungan kan ?”

Asmin :” engak, mandeg ya lebih kurang setahun lah, ya Ada ya paling setengah tahun”

HT : “setengah tahun Terus lanjut lagi ?”

Asmi :” lanjut lagi yang enggak tahu Itu bulannya berapa kan 96 mah maju lagi duit banyak  karungan duit dibawa itu ya mabok lah, duitnya paling gede waktu itu mah Rp. 20.000, anu sekarang paling gede Rp.100.000, anu (beli) 500 an wuh, 10 juta (bentuk karung)”

HT : ”terus setelah dapat tanah 60 hektar itu pembangunan dimulai tahun '96 terus semuanya dibangun ingat enggak dulu Awal bangun itu di di apa namanya dibagian yang mana daerah yang mana?”

Asmin : ”ya bangunan pertama apa tuh Abu Bakar, masang bangunan (tiang) pakai WF banyak orang gak ada alat naik supaya, waduh pake tambang sana sini ada orang 50 (untuk ) tiang satu supaya kuat. Asli itu mah Abu bakar mah dapat dari tenaga manusia, cuman ke sini mah banyak alat tiang sekarang mah tinggal gini enak, dulu mah Pakai tambang pakai kayu.

HT : ” setelah berapa tahun Pak Asmin bisa bisa merasakan atau bisa tahu bahwa ini Pak Gede orangnya canggih banget sih setelah Berapa lama tahu bahwa woh ini orang bener nih gitu

Asmin : ” Iya selamanya wee”

HT : ” punya kesan itu awalnya tuh sejak pembuktian apa gitu maksudnya?”

Asmin : ” yah bukti, pan bukti ge ngomong”

HT : ”  jadi apa yang diomong itu terbukti?”

Asmin : ” Iya menurut saya ya bukti, semua terbukti, nanti Pesantren murid ini ribuan Min, nanti mobil di sini ratusan Min, [Tertawa] di kampung ya bener ratusan mobil bis datang oh ke Al Zaytun, coba apa itu enggak ada yang salah nanti mobil banyak mobil banyak, lihatin santri datang ya bener mobilnya ratusan berapa tuh pertama 600 apa 700 tu mobil bis, ya benar omongan Syaykh enggak ada yang salah menurut saya mah, hampir ya kalau 100% mah bukan manusia, berarti ya ya enggak ada yang salah lah banyak yang benar.”

HT : ” enggak ada yang salah, pertama Pak Asmin kan orang sini asli ya terus datang saat itu ya Pak Gede perubahan apa sih yang Pak Asmin rasain dan masyarakat sekitar Mahad Al Zaytun rasain, perubahan apa nih”

Asmin : ”  banyak perubahannya”

HT : ” Naon wae ?”

Asmin : ” ya satu masalah tanah yang tadinya murah jadi mahal, terus yang tadinya sepi belum ada Zaytun mah jalan dari sanca ke sini emang teu sakie (sambil menunjuk bawah lutut) “

HT : ”dari sanca ke sini mungkin bisa sehari kali ya Jalannya?”

Asmin :” ya sekarang alhamdulillah jalan dari mana dari mana sudahah dibagusin sama pemerintah Oke

dengan lahirnya alzaitun menurut saya”

HT : ” oke terus masalah ekonomi”

Asmin :”Heeh Ya ramai sekarang Alfa sampai Tiga, teu aya Alzaytun moal aya alfa, aya ge kuburan”

HT : ” berarti perubahannya banyak ya banyak ekonomi Iya terus keamanan

perubahan modern segala macam Iya pendidikan Oke pendidikan Oke dan saat

ini sampai eh sampai sekarang masyarakat sangat menerima itu

Asmin : ” menerima lamun masyarakatnya nu menerima, ya namanya masyarakat ada

wae nu tambilung.”

HT : ” itu berarti perubahannya cepat ya ?”

Asmin :” perubahan ya cepat lah, ya sekarang kan jadi sohor Katakanlah lamun Indonesia pan Zaytun kemarin ramai banget he di HP The, berarti si Asmin ikut rame jadi diramein. [Tertawa]”

HT : ”  makanya saya datang kemari”

Asmin : ” gitu sampai siapa kegeden kegeden pada di HP, seperti Pak Moeldoko, Pak Hendro priono, Waduh semua ngomongken Al Zaytun orang-orang gede, ya kan berarti hebat kalau menurut saya, enggak tahu orang lain mah, kalau menurut saya hebat.”

HT :” oke oke nah saat yang ramai-ramai itu masyarakat sini ?”

Asmin : “ya diam, masyarakat sini enggak tahu, kemana ya

biasa aja yang ke sawah-sawah yang dagang-dagang “

HT :” enggak  ada terus tadi kan kita sempat ngobrol tuh sebelum kita syuting Pak Asmin dan teman-teman Sempat berpikir gitu ini kapan ya Desa kita nih bisa maju bisa kayak desa-desa lain gitu kan yang akhirnya hadirlah Pak gede gitu”

Asmin : “Ya hadir alhamdulah dulu ini desa he kita nih, sebelum ada Mahad, ini desa IDT, ayeuna mah gede sohor saIndonesia ti Mekar Jaya Al Zaytun.”

HT : ”sempat jadi Indekt Daerah Tertinggal (IDT), Kenapa karena enggak ada apa apa pertanian segala macam ?”

Asmin : ” Iyalah maklum kan tadi diceritakan sawah tadah hujan terus alat belum canggih kayak sekarang, kalau sekarang kan ada kali air pakai sedot pakai mesin, Kalau dulu kan belum sampai ke sana masyarakat, artinya otaknya tuh nyawah ya Nunggu hujan we, Hujan enggak ada ya gagal sudah.”

HT : ”apa sih dulu tahun 90-an yang yang ditunggu oleh masyarakat apa yang ditunggu pernah enggak kepikiran, kayak tadi Pak Asmin ceritain bahwa nih tanah tadah hujan ya, kan Terus e apalagi enggak subur segala macam jadi sifatnya itu nunggu ya saat itu ya berarti ya di masyarakat sekitar sini namun setelah ada Mahad Al Zaytun jadi berubah semua termasuk jalan jalan jadi bagus”

Asmin :” mungkin pemerintah rada dipikirkan Desa ada pesantren terbesar sedunia adanya kan di kita, Indramayu yang tadinya katanya orang orang, Handi Nasution mungkin apal Indramayu naon ? rajanya awewe aya Pesantren hilang kan omongan-omongan itu, ada jaitun kan bisa diredam, negara beling jadi negara emas, tadinya Indramayu kan beling negara beling paham? Beling pecahan, pecahan kaca bahaya diinjek, tapi sekarang jadi negara emas,  perak lah minimal tapi emas ini bisa jadi emas, dulu tanah yang dijual murah sekarang sudah pada mahal.”

HT :” oh jadi pertanian sekarang berubah ya ekonomi, terus rata-rata di sini warganya bekerja  pertanian dengan alzaitun ada?”

Asmin :” ya banyak “

HT :” Bapak juga dari tahun 2013 jadi ketua PPPKPI “

Asmin :” Iya 2012, 2013 nya kan saya nyalon kalah”

HT :” ketua PPPKPI diminta sama Syaykh ? berapa petani ?”

Asmin :” Iya, hampir 200-an lebih”

HT :” berapa hektar waktu?”

Asmin :” ya dulu mah 10 bahu satu orang kalau enggak 10 bahu mingir,  garap 10 bahu, kurang 10 bahu minggir jangan ikut saya, harus 10 kata saya kan 10, 20 pokoknya paling sedikit dikasihnya 10 sama saya tuh”

HT : ”gimana sistem kerjanya ?”

Asmin : ” ya bagi hasil”

HT : ” bagi hasil, modal segala macam itu dari Al Zaytun ?”

Asmin : ” kita mah bawa tenaga, Iya bawa tenaga doang, segala apa-apa ya dari situ, tinggal tanda tangan hutang Berapa biaya, Ya tapi kan hasil dimusyawarahkan, misalkan ngetraktor sekian, tandur sekian, semua sampai kepada pupuk sekian kintal perbahunya yaudah jumlah”

HT : ”berarti artinya kan alzaitun itu sangat membawa, cara-cara yang beda ya? pertanian yang mungkin tadinya dikelola dengan tadah hujan dan biasa biasa aja”

Asmin :” sekarang ada mesin, semua Jalan,  Kali ya misal ada kali tampak libas kan airnya bisa angkat sama mesin”

HT : ” kalau soal apa eh kebaikan Al Zaytun yang diterima oleh masyarakat sini kayak atau setiap tahun ada enggak?”

Asmin : ” disinih, Iya setiap tahun kasih ya Kalau bulan puasa kayak sekarang paling beras lebaran beras”

HT :”  iya oke tah Kalau bulan haji kurban daging?”

Asmin : ” daging kurban kan semua, Waduh jadi timbang Tani mah makan daging setahun paling tiga kali, adaduh jadi kan kalau Haji mah dikasih daging, dikasih beras wuh jadi berasnya dikasih, dagingnya dikasih, sehari itu mah surga weh, sehari itu mah bau sama daging tiap rumah dibakar terus jadi asapnya kan bau daging sehari itu pokoknya pesta, bukan hanya daging doang”

HT : ” Tapi tahu ya masyarakat bahwa ini dari Syaykh gitu ?”

Asmin : ” ya tahu, tiap tahun ya kan di data”

HT : ” sudah hapal, mustahiknya siapa aja terus ingat enggak sampai berapa total ?”

Asmin : ” penerima ribuan di kita ge hampir 3.000”

HT : ”ingat enggak dari tahun berapa?”

Asmin : ” itu ya di antara 2013 lah atau 13 ke bawah”

HT : ” Oh berarti udah ngertilah ya kalau udah hafl, nih kayak sekarang bentar lagi mau lebaran itu udah pasti turun zakat ya?”

Asmin : ”pasti turun, masih kan dia mah enggak 3 leter, ari santri dikita mah satu orang diberena, yang miskin 3 leter, disana mah 5 kilo jadi ya rejeh lah, jadi enggak diliter, di kilo 5 kilo, plastik bagus-bagus’

HT : ” Wah bangga banget ya Bapak ya bangga banget artinya Bapak saat saat itu termasuk orang yang juga ikut membangun “

Asmn : ” kalau saya pribadi bangga, bangga sekali dengan adanya Al Zaytun,  bangga di desa saya yang tadinya dianggaplah tadi diceritakan daerah IDT, sekarang sudah hebat, nganti kesohor ke mana-mana Mekar Jaya “

HT : ” kepedulian pemerintah itu setelah adanya alzaitun kuat enggak sih kepedulian pemerintah ?”

Asmin : ”ya pemerintah biasa We, ah Al Zatun sendiri weh, mandiri apa-apa, desa jalan buat anu ge gak bisa jadi mah, jalan ke Cibanoang sendiri, Windu Kencana, dia sendiri, Apa sih duit banyak kendaraan ada ya tidak susah lah, enggak ada yang susah. tinggal ge kitanya mau bener apa mau enggak gitu?”

kalau mau benar-benar mah ya dikasih, saya tapi yang minta, dah karna mungkin kebener rada bener meureun dikasih terus sama Syaykh, jalan sini, jalan ini, jangan ke kampung, ke Windu Kencana, sawah, sawah luruskan, bikin jadi enggak lewat kampung, enak kalau untuk pembangunan enggak susah , Panji Gumilang enggak susah”

HT : ” Apa yang Bapak rasain dari alzaitun dalam membangun Desa Mekar Jaya, sesuatu yang besar tuh apa sih yang pernah bapak ingat, gitu ya tadi yang ingat mah jadi pembangunan yang tadinya jalan-jalan pada rusak sekarang mah udah bagus, pendidikannya naik yang tadinya sekolah timbang paling SD SMP sekarang mah kan penginnya S1 di Desa, kalau SMA paling ge ke pabrik payune, jadi S1 tuh karena ada Ma’had Al Zaytun, jadi rakyat the kebawa bawa, orang bodoh mah ya gimana sih orang bodo ya bodo weh, jadi harus pintar, sekolah harus tinggi, tuh lihat Al Zaytun orangnya tinggi-tinggi sekolahnya, ya enggak susah jadi masyarakatnya ikut, sekolah Teh paling rendah ya SMA, tapi kan pabrik”

HT : ” Iya berarti dengan adanya hadirnya Pak Gede saat itu atau sekarang Syaykh Panji Gumilang atau Al Zaytun sangat melihat manfaatnya sangat melihat perubahan ke arah positifnya dan cita-cita atau mimpi dari warga Mekar Jaya itu benar-benar sudah terwujud ya ?”

Asmin :”terwujud sangat sangat beda sekali”

HT :”sekarang tapi ya namanya masyarakat tadi bilang ya diam aja udah gitu ya Cuma merasakan ee manfaat dari alzaitun itu sendiri, terus kalau boleh tahu apa yang dikangenin oleh oleh Bapak dari Pak Gede yang dikangen”

Asmin : ” Kangen ah kangen ya banyak”

HT : ”naon tuh ah kan biasanya banyaknya omongan-omongannya apa tuh kira-kira masih nyampai keingat sampai sekarang tuh apa?”

Asmin: ” banyak yaitu tadi kebun jati, terus masalah pertanian, terus masalah pendidikan kan kita enggak percaya, timbang tibang daerah kita, kayak Yayasan Pesantren paling besar kan saya ragu-ragu waktu, ah , lihatin Min, gitu ya enggak lah ceuk orang arek bangun timana? itu hebat dimana? aduh dulu mah susah banget bangun, alat, pasir, sudah Jalan Cuma segini enggak bisa masuk ke situ, kan Susah masuknya, wah bangun segitu gedenya, tapi dasar Iya semuanya jadi”

HT : ” Pak Asmin pernah nanya enggak sama syaykh,  duitnya dari mana sih ? gitu pernah nanya engak ?”

Asmin :” dari kita, pernah nanya tapi nanya ini duit dari mana sih ? Arab apa nama Pesantren apa dari Irak lagi rame-rame Irak, kan orang-orang pada ngomong duit ti Irak apa timana Pokoknya Arab lah “ Aaah min masa nanya  kayak begitu, heh ya duit kita Min, dari kita, semua kita”

HT :” gayanya udah kayak Gaya syek banget keren banget sih”

Asmin : ”itu kan bukan dari siapa siapa tapi dari kita, dari kita dari masyarakat Indonesia Oh enggak ke mana-mana Min gitu dari duit dari kita, kirain dari sana negara Arab ata negara Irak tapi dari kita”

HT :” Saya penasaran deh pas ini kayaknya dekat banget dengan Syaykh, bisa gak niruin gayanya Syaykh yang yang gampang ditiruin, coba bisa enggak niruin gayanya Syaykh ngomong atau apa gitu ?”

Asmin :” ah Ya gimana sih, ngomongnya si”

HT :” bisa gak, kan Kayaknya dekat banget nih saya perhatiin berapa tahun kan berteman gitu Heeh sejarah, tadi kayak Selain makan ikan berapa tiga ya ?”

Asmin :” ikan mas segede gini [menunjukkan lengannya] waduh, tapi sekarang mah gak mereun”

HT :” enggak ya, terus sekarang kan Syaykh lagi apa ya Lagi di dihukum, di apa bukan dihukum itu  bahasanya apa, pidana, menurut Pak Asmin orang yang cukup dekat itu kumaha ?”

Asmi :”Ya Kumaha lah orang kayak gitu mah dianggap kecil lah, eweuh masalah, kecil Bang urusan kayak gitu, Panjing Gumilang Teh paling hebat menurut saya, wawanennya paling begini [menunjukan jempol] suan sa-Indonesia paling aya Jelema 10 ayanya eweuh, yang kayak Panji Gumilang wewanennya, beraninya tuh, jadi yah, dia mah itukan tadi (“Min, orang harus berani Min, harus berani, harus pintar, harus jujur, baru Min”) ya Iya bener,  sekarang Pak Nasution lamun tidak berani, enggak mungkin jadi eta bangunan, sebab apa ? ngurus izin-izin ada duitnya ge susah, Kapan mau ngadegnya (berdiri) nungguin izin, pan ayo terus, kita kan pongsornya yang di desa, supaya Desa saya hebat, udahlah timbang tanah-tanah kita, duit-duitit kita, bangun-bangunan kita, enggak minta enggak apa maju terus, maju terus, bikin lapangan yang gede, lapangan main bola ada enam, ada tujuh jadi ini kan murid banyak enggak tanggung-tanggung ya kalau bikin sesuatu, ya murid banyak santri lah oke main bola, kalau lapangannya satu terus berebut main, bikin yang banyak ada enam ya, kalau enggak salah tujuh lapangan bola, cuman satu yang masih dulunya kita ngusulkan, tapi Syaykh masih pertimbangan kayaknya”

HT : ” Apa tuh maksudnya ?”

Asmin : ” ini bikin balong, maksudnya yang kolam renang”

HT : ” oh kolam renang, di dalam sana ?”

Asmin : ” hampir jadi tuh ada 2 hektar pakai kolam renang maksudnya supaya jadi juara, cuman kayaknya mungkin masih dipertimbangkan”

HT : ” sudah ditanyain lagi belum?”

Asmin : ”  ya belum, ceritannya di sini tuh kan hari itu pakainya begini tukan dia kudu ada srodoknya (kerudung) kan gitu jadi pertimbangkan, gimana Syaykh ? nanti Min, lagi rame aurat, apa itu namanya, kita enggak paham”

HT : ” Pak Asmin tiga kata untuk Syekh Panji dan Al Zaytun menurut Pak Asmin tiga kata yang pantas

apa aja tiga kata menurut Pak Asmin Syekh tuh siapa Al Zaytun tuh gimana segala macam tiga kata itu

cukup”

Asmin :”ya syekhnya zaitun, zaitun Syekh, ya terus bolak-balik”

HT :” Syaykh maksudnya konsisten ya ? oke terus anu katilu ?”

Asmin :”itu kan yang memajukan jelema, umat”

HT:” memajukan umat atau jelema, Oke terakhir Pak ? eh itu kamera, Punten sampaikan Syekh tuh Kumaha, terus apa yang mau disampaiin untuk Syekh?”

Asmin :” yah, udah aja “

HT :” pokoknya Syaykh  itu oke gitu nya ?”

Asmin :” geus pokona mah kudu sehat, teu menang elehan, supaya berani

terus Syaykh, Jujur terus, aman nanti juga”

HT :” oke lognews lovers ( logers) itu kan pakai bahasa Sunda ya yang saya pahami Syekh itu harus sehat kedua Syekh itu harus berani terus berani dan jujur, oke ya jadi jelas logers ya kenapa sih gitu, log is files log news TV itu menyambangi Pak Asmin saya sendiri tadinya penasaran pengin tahu siapa sih sebenarnya behind the scene itu ternyata behind the scen salah satunya Pak Asmin dari 10 orang ternyata Alhamdulillah eh atas keberanian keikhlasan dan keyakinan kepercayaan Pak Asmin terhadap Syekh Panji Gumilang yang saat itu dipanggilnya Pak Gede yang ingin membangun yayasan besar didukung dan didorong oleh Pak Asmin jadi clear bahwa Syekh panj Gumilang dan Al Zaytun itu adalah punya visi dan misi yang sangat mulia untuk Indonesia Raya dan dikatakan ketika ditanya dari mana dananya Pak gede? ya duit kita bukan dari negara lain artinya ada kemandirian di situ dan yang paling utama bahwa di Al Zaytun, Desa Mekar Jaya membawa manfaat dan perubahan yang sangat positif. (Amr-untuk Indonesia)