lognews.co.id Batang - Suasana di Lapas Batang menciptakan momen luar biasa di tengah keterbatasan. Meskipun terikat jeruji besi dan ruang gerak yang terbatas, semangat untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum begitu kuat di kalangan narapidana. Di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 902, Ariyani, seorang narapidana perempuan, terlihat tak dapat menyembunyikan kebahagiaannya setelah memberikan suaranya. "Saya senang banget ya, sebagai narapidana merasa posisi paling rendah, tapi kita masih dikasih untuk mengaspirasikan pikiran buat Indonesia ke depannya, dengan memberikan hak suara," ungkapnya.
Bagi Ariyani, usia 47 tahun, mencoblos bukan sekadar rutinitas, melainkan bentuk nyata bahwa meski terkekang, hak untuk berpartisipasi dalam proses demokrasi tetap dijunjung tinggi. Meskipun hanya diberi satu surat suara Capres-Cawapres karena berKTP Lampung, Ariyani tetap penuh semangat. Sebelum memasukkan suaranya, ia menghabiskan waktu untuk membaca visi-misi pasangan calon yang terpampang di papan pengumuman TPS. "Saya hanya mendapatkan satu suara saja. Capres dan Cawapres, tadi sempat baca-baca dulu visi-misi paslon sebagai gambaran mana yang layak saya pilih," terangnya.
Jumiatun, warga binaan lainnya, juga merasakan momen istimewa dalam pemilihan umum di Lapas Batang. "Rasanya istimewa sekali bisa memilih di Lapas. Saya fikir tidak bisa memilih, ternyata masih bisa memilih di sini," ujarnya. Meski kurang memahami seluk-beluk politik, Jumiatun mendapatkan 4 surat suara, termasuk untuk Capres-Cawapres, DPR RI, DPRD Provinsi, dan DPD. Ia memilih sesuai dengan hati nuraninya, menciptakan pengalaman berharga dalam proses demokrasi di tengah keterbatasan. (AS Saeful Husna untuk Batang Indonesia)