lognews.co.id, Jakarta - Banyaknya laporan pasien dengan kelebihan berat badan dalam beberapa minggu terakhir telah menimbulkan pertanyaan seberapa banyak kasus obesitas sebenarnya di Indonesia. Menurut data Riskesdas 2018, prevalensi obesitas memang mengalami peningkatan signifikan dalam kurun waktu 10 tahun dibandingkan dengan data tahun 2007.
Pada tahun 2018, prevalensi kasus obesitas secara nasional mencapai 21,8 persen, mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan angka 10,5 persen pada tahun 2007. Terdapat beberapa provinsi yang melaporkan tingkat prevalensi obesitas tertinggi.
Prevalensi kasus obesitas secara nasional pada tahun 2018 mencapai 21,8 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan angka 10,5 persen pada tahun 2007. Terdapat beberapa provinsi yang melaporkan tingkat prevalensi kasus obesitas tertinggi.
Provinsi Sulawesi Utara menduduki peringkat pertama dengan tingkat prevalensi obesitas mencapai 30,2 persen, disusul oleh DKI Jakarta dengan angka 29,8 persen. Selanjutnya, Kalimantan Timur, Papua Barat, dan Kepulauan Riau juga melaporkan tingkat prevalensi obesitas di atas 26 persen.
Di sisi lain, Nusa Tenggara Timur melaporkan tingkat prevalensi obesitas paling rendah, yaitu sebesar 10,3 persen. Hal ini diungkapkan oleh Dr dr EM Yunir, SpPD, KEMD, Pengurus Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) & Dokter Spesialis Penyakit Dalam Sub Endokrin dalam sebuah konferensi pers pada Senin, 10 Juli 2023.
Tingginya kasus obesitas ini disebabkan oleh asupan kalori dan gula yang berlebihan dalam tubuh, yang tidak sesuai dengan kebutuhan sehari-hari. Obesitas memiliki dampak negatif pada gangguan metabolisme tubuh. Gangguan metabolisme ini dapat menyebabkan munculnya komplikasi penyakit lain, termasuk penyakit jantung, stroke, dan bahkan kanker.
Dr. Yunir juga membagikan cara praktis untuk menghitung kebutuhan energi per kilogram berat badan berdasarkan tingkat aktivitas. Berikut adalah rinciannya:
Jika dalam kondisi gemuk dengan aktivitas:
• Ringan: 20-25 kalori
• Sedang: 30 kalori
• Berat: 35 kalori
Jika dalam kondisi normal dengan aktivitas:
• Ringan: 30 kalori
• Sedang: 35 kalori
• Berat: 40 kalori
Jika dalam kondisi kurus dengan aktivitas:
• Ringan: 35 kalori
• Sedang: 40 kalori
• Berat: 40-50 kalori
Dr. Yunir juga memberikan contoh makanan yang tinggi kalori yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Beberapa jajanan yang disebutkan di antaranya sering viral karena diminati banyak orang, dan terdapat juga makanan yang masih sering dikonsumsi dalam jumlah berlebihan oleh sebagian orang. Beberapa contoh makanan tersebut beserta jumlah kalorinya adalah sebagai berikut:
• Burger Restoran Cepat Saji: 540 kalori
• Mie Instan goreng (1 porsi): 420 kalori
• Mie Instan goreng dengan telur: 496 kalori
• Mie Instan goreng dengan telur dan nasi: 700 kalori
• Es kepal: 1103 kalori
• Tempe goreng: 140 kalori
Maraknya kasus obesitas di Indonesia menjadi peringatan bagi masyarakat untuk lebih memperhatikan pola makan dan gaya hidup sehat. Edukasi mengenai pentingnya asupan makanan yang seimbang dan aktifitas fisik secara teratur sangatlah penting untuk mencegah obesitas dan penyakit terkaitnya. (rifAI)


