lognews.co.id, Indramayu. Ada dua (2) issue yang sedang diolah oleh para politikus pragmatis di Indramayu demi tercapainya elektoral 2024, yakni Pemekaran Indramayu Barat dan Al Zaytun.
Kekhawatiran para calon pejabat yang mengincar kekuasaan sepertinya tercium oleh Ketua Forum Muda Nahdatul Ulama (FM NU) Indramayu, Yahya Ansori.
Terkait asumsi dan fakta yang dimainkan dipermukaan publik dan media media mainstream, dinilai oleh Yahya sudah terpola dan biasa dimainkan untuk mendapatkan kantung suara, pengaruh masyarakat, dengan biaya murah.
"mereka adalah pemain lama karena dari data yang dimiliki, mereka selalu tampil dan berperan menunggangi isu isu politik lima tahunan, bisa di cek diberita yang ada" ujar Yahya.
Dalam wawancara exlusif dengan wartawan senior lognews.co.id, Yahya mengatakan bisa membuktikan pernyataannya.
"Saya punya data" tegas Yahya.
Ada atau banyak Politisi yang memanfaatkan menjadikan isu nasional agar mudah melibatkan pasukannya, tambah Yahya.
"Sebenernya sih untuk politik elektoral menurut saya, sampai hari ini yang ikut demo mereka terafiliasi dengan politik tertentu" ujar yahya.
Yahya yang asli warga Indramayu Barat, Gabus Wetan, dengan jarak 15 Km dari rumahnya dengan Al zaytun mengungkapkan tidak tertarik dengan adanya firalnya Al Zaytun.
"teman teman NU, PWNU tidak tertarik soal soal itu. Sebaiknya partai politik membangun kader yang efektif bukan menjual isu isu agama pada ranah politik praktis itu memecah belah umat" tegasnya.
"Saya orang sini, paham betul kondisi itu dan masyarakat tidak begitu concern" tambahnya meyakinkan.
Ditanyai soal siapa saja pihak yang cawe cawe dalam aksi menentang Al Zaytun menurut Yahya, penggeraknya adalah dari oknum PDIP kemudian juga Ketua MUI Kabupaten Indramayu yang juga fungsionaris Wakil Ketua Partai Golkar Indramayu.
"Saya paham betul orang orangnya karena itu teman teman saya, tujuannya Untuk mobilisasi massa" jelas Yahya.
Menurut Yahya, yang sangat memperhatikan . Uang nasabah kader BPKR karya remaja, soal BWI , sedang ditutupi oleh bupati indramayu untuk ditutup oleh isu lain.
Sekolah banyak yang ambruk cendrung tidak diperhatikana karena sedikitnya anggaran.
"soal soal begini menurut saya terkait soal elektoral partai politik" ungkap yahya.
Dengan terus berulangnya keviralan Al Zaytun dievent pemilu, mengundang keprihatinan Yahya karena isunya menjadi gorengan mereka mereka yang mencoba membuat baris baris kantong suara dengan biaya murah.
"Politikus yang Jualan agama, menurut saya tidak menarik" tegasnya.
Mengikuti perjalanan awal berdirinya pembangunan Al. Zaytun, dikatakan Yahya merupakan inisiasi pemerintah orde baru, yang dibangun mantan Presiden Soeharto dan diresmikan Habibi.
"Intinya, itukan sebuah lokalisasi di ranah radikalisme, hampir persis sama seperti halnya lokalisasi yang ada disamping Al Zaytun itu, lokasisasi gunanya untuk hal hal terkait agar tidak merembet kemana mana seperti prostitusi" jelas Yahya.
Selanjutnya mengenai persoalan furuhiyah seperti, sholat, ibadah yang berbeda dan lain sebagainya ditanggapi biasa oleh Yahya.
"kan biasa, orang NU dan Muhamadiyah juga kan berbeda" katanya.
Berkaca pada situasi saat ini, Yahya mengingatkan kejamnya politik yang dibungkus agama mengakibatkan perpecahan bahkan pertikaian antar anak bangsa, seperti kisah rubiyanabi yang dibunuh karena persoalan politik, seperti nuriah nabi.
"modusnya sama mereka yang dianggap beda itu kemudian disesatkan dengan gagasan agamis, sama seperti politik sekeliling kita dalam persoalan Al Zaytun" pungkas Yahya. (Amr-untuk Indonesia)