Oleh Ali Aminulloh
lognews.co.id, Kampus Al Zaytun, 26 November 2025 – Ketika aktivitas formal pembelajaran semester ganjil usai, kebanyakan institusi pendidikan memasuki jeda sunyi. Namun, di Ma'had Al Zaytun, liburan semesteran bagi para guru justru menjadi momentum "recharge" yang melibatkan lebih dari sekadar istirahat. Di tengah cuti semesteran yang dibagi dalam tiga gelombang, sekitar 125 guru di setiap gelombang memiliki misi ganda: menyiapkan materi ajar semester depan, menata asrama, dan yang paling menarik, menggerakkan agenda Go Green yang menjadi denyut nadi semesteran.
Tangan Guru, Tugas Lingkungan: Perburuan Sampah An-Organik
Kegiatan bersih-bersih lingkungan dari sampah an-organik, khususnya plastik, bukanlah sekadar pengisi waktu, melainkan agenda rutin yang terstruktur. Menurut Ketua Majelis Pengurus Asrama Pendidikan (MPAP), Ali Aminulloh, keterlibatan aktif setiap guru dalam gerakan ini adalah wajib.
Pemandangan para pendidik yang biasanya berinteraksi dengan papan tulis dan buku, kini terlihat mengenakan sarung tangan, menyisir setiap jengkal kampus. Mereka bergerak di area yang telah terbagi rata, didasarkan pada warna dan lokasi asrama tempat mereka bertugas, mulai dari sudut asrama, gedung pembelajaran, lapangan, hingga ke hutan-hutan kampus dan lokasi industri.
Pada Gelombang Kedua yang dilaksanakan bertepatan dengan Rabu, 26 November 2025, pembagian tugas dilakukan secara spesifik.
Guru-guru yang bernaung di Asrama Al Madani, yang diidentifikasi dengan warna Orange, bertugas membersihkan area keliling asrama tersebut, diperluas hingga ke Area MRLA dan Taman Puspa Kencana, termasuk halaman dalam MRLA. Sementara itu, kelompok Hijau, yang berasal dari Asrama Al-Fajr dan KOSMAZ, memfokuskan aksi mereka di area keliling Asrama Al Fajr dan meluas ke Area Palagan Agung.
Bergerak ke pusat kegiatan spiritual dan umum, kelompok Biru dari Asrama Al Musthafa membersihkan area keliling asrama mereka, dilanjutkan dengan menata sarana umum, Masjid Al Hayat, dan Al Ishlah. Kontras dengan itu, guru-guru Asrama Al Nur yang beridentitas warna Kuning, mengalihkan fokus mereka dari keliling asrama menuju area industri kampus, mencakup Pabrik Hammayim, Saiq, hingga Kebun utara Masyikhah.
Terakhir, kelompok Merah dari Asrama Persahabatan bertugas merangkai kebersihan mulai dari keliling asrama, hingga menyentuh kawasan publik seperti Kalimatun Sawa, Al Akbar, dan Rumah Makan Pelajar. Selain kelompok asrama, para petugas Gedung Pembelajaran, Sekretariat, dan Kuljar turut melaksanakan kegiatan cinta lingkungan di lokasi instansi mereka masing-masing.
Setiap sesi Go Green membuahkan hasil yang mencengangkan. Kerja kolektif ini rata-rata berhasil mengumpulkan 30 hingga 40 karung plastik. Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan bukti nyata perhatian para penghuni Ma'had terhadap kesehatan ekologis lingkungan mereka.

Peringatan Hari Guru dan "Trilogi Kesadaran"
Momen Go Green gelombang kedua menjadi lebih istimewa karena diselenggarakan sekaligus memperingati Hari Guru. Ini adalah kesempatan bagi para pendidik untuk merenungi kembali esensi profesi mereka.
Dalam satu sesi briefing pagi, Ketua MPAP, Ali Aminulloh, menegaskan bahwa seorang guru harus memiliki Trilogi Kesadaran:
Pertama adalah Kesadaran Filosofis, yakni menyadari eksistensi dirinya sebagai guru atau pendidik. Hal ini meliputi pemahaman mendalam tentang Apa itu pendidik, Mengapa kita mendidik, Bagaimana caranya mendidik, dan untuk apa kita mendidik.
Kedua adalah Kesadaran Ekologis, yang berarti guru memiliki perhatian terhadap lingkungan tempat ia tinggal dan mengabdi, baik lingkungan kamar, asrama, sekolah, lapangan, dan tempat aktivitas lainnya. Kesadaran ini diimplementasikan secara konkret dengan membersihkan lingkungan dari sampah an-organik, sehingga lingkungan menjadi sehat.
Terakhir adalah Kesadaran Sosial, yaitu kesadaran akan peran guru dalam konteks sosial yang lebih luas, memberikan dampak positif bagi komunitas.
Pelaksanaan Go Green ini pun diwarnai dengan keceriaan dan semangat kompetisi yang sehat. Masing-masing kelompok bersorak gembira, beradu cepat dan banyak dalam mengumpulkan sampah berdasarkan lokasi yang telah ditentukan. Semangat "Bekerja Mengabdi Gembira" menjadi spirit utama yang menggerakkan setiap langkah kaki di bawah terik matahari. Pemenangnya adalah kelompok yang berhasil mengumpulkan sampah terbanyak, mengubah aktivitas bersih-bersih menjadi sebuah perayaan pengabdian.

Epilog: Ruang Kelas Terluas Adalah Semesta
Para guru Al Zaytun telah menunjukkan bahwa mendidik bukan hanya tentang transfer ilmu di dalam empat dinding kelas, tetapi juga tentang pengajaran nilai secara langsung di lapangan kehidupan. Mereka bukan hanya membentuk kesadaran berpikir siswa, tetapi juga mewujudkan kesadaran ekologis melalui teladan aksi.
Saat karung-karung plastik berisi sampah an-organik terangkut, yang tersisa bukanlah rasa lelah, melainkan kepuasan. Kepuasan menjadi bagian dari solusi, bukan masalah. Kepuasan menegakkan prinsip bahwa lingkungan yang sehat adalah prasyarat bagi pembelajaran yang bermakna. Bagi guru-guru ini, Go Green adalah cara mereka merayakan Hari Guru, bukan dengan perjamuan formal, tetapi dengan membersihkan ruang kelas terbesar mereka: lingkungan Ma'had itu sendiri.
Mereka mengajarkan bahwa seorang pendidik yang sejati harus mampu melihat nilai dan eksistensi di setiap sudut kehidupan, mulai dari sampah plastik terkecil, hingga filosofi terbesar tentang peran diri.


