PEMILU
Monday, 11 November 2024

KENAPA H. DEDI WAHIDI HARUS MAJU DALAM PILKADA INDRAMAYU 2024?

Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive
 

Catatan politik H. Adlan Daie (analis politik).

lognews.co.id, Dr. Masduki Duriyat, Akademisi sekaligus "semi" pengamat politik menulis "Berdosa rasanya kalau "Dewa" membiarkan ratapan ibu pertiwi itu terus berkelanjutan", (baca tulisannya  "bumi Wiralodra menunggu "Dewa" (pro inbar, 5/6/2024). 
 
Dr. Masduki menulis lebih lanjut dalam paragraf berikutnya "sangat beralasan kalau Indramayu menunggu "dewa"  karena sederet pengalaman yang akan menjadi garansi pada kepemimpinannya", tulisnya dalam tulisan tersebut di atas.
 
Harapan "sentimentil" Dr. Masduki di atas adalah harapan "politik" sejumlah ketua partai, kepala desa, para kiai, ketua ormas, koleganya sesama anggota DPR RI dan lain lain yang datang "bertubi tubi' meminta H Dedi Wahidi maju dalam kontestasi pilkada Indramayu 2024.
 
"Raisen d etre", mengutip Jame Smill, yakni alasan yang mendasari kenapa H. Dedi Wahidi "harus" maju dalam kontestasi pilkada Indramayu 2024, penulis mengkonstruksi dalam dua perspektif : 
 
Pertama, Indramayu dengan keragaman dimensi sosial dua juta lebih penduduknya tidak memadai dipimpin pemimpin "recehan", tidak berpengalaman politik dan tidak memiliki "wibawa" politik dalam "mendirive" tata kelola pemerintahan dan layanan publik.
 
Terlalu mahal ongkos pilkada yang dibiayai dari pajak rakyat hanya menghasilkan pemimpin "miskin" visi dan merusak tata peradaban birokrasi sebagai layanan publik menjadi "pesuruh" politik. 
 
H. Dedi Wahidi sebagaimana ditulis Dr. Masduki di atas memiliki "sederet pengalaman yang akan menjadi garansi pada kepemimpinannya" alias tidak perlu "disulap" dengan sertifikat penghargaan "buatan" untuk berhasil memimpin Indramayu. 
 
Kedua, terkait peluang menang H. Dedi Wahidi "tIdak memadai" dibaca dalam peta survey "hari ini", Survey "hari ini"  hanya "preferensi" bersifat "pothoshot", sesaat, potensial berubah "jungkir balik" dalam dinamika proses elektoral menuju hari "H" pencoblosan, lima bulan ke depan.
 
Dengan kata lain hasil survey lembaga survey apapun "hari ini" ibarat "waktu' barulah fajar menyingsing sementara pilkada baru akan dilaksanakan di waktu "magrib", lima bulan ke depan, November 2024. Antara waktu "fajar" ke waktu "magrib" bisa jadi langit akan mendung, bahkan terjadi angin politik "puting beliung".
 
Secara empiris hal itu terjadi di pilkada DKI Jakarta 2017 dan bahkan pilkada Indramayu 2020 di mana "calon" begitu kuat di peta survey lima bulan sebelum hari "pencoblosan" terbalik "kalah" di akhir final pilkada. 

H. Dedi Wahidi memahami dinamika elektoral itu. Kemapanan jaringan politik ideologis yang dimiliknya dengan wibawa politik.kuat, piawai mengkonstruksi koalisi dan pilihan  "wakil" yang "komplementer", saling menguatkan menjadi "garansi" H. Dedi Wahidi "memenangkan" pilkada 2024, menjungkir balikkan peta survey "hari ini". 

 

Pertanyaan klasiknya apakah H. Dedi Wahidi" akan maju atau - sekali lagi - apa yang dikatakan Dr. Masduki di atas  membiarkannya "berdosa rasanya kalau "dewa" membiarkan ratapan Indramayu terus berkelanjutan?" Semoga "habis gelap, terbitlah terang". 

 

Wassalam.