PEMILU
Friday, 27 September 2024

PELUANG GANJAR DAN FAKTOR PEMILIH NU

Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive
 

Oleh..: H. Adlan Daie

Pemerhati politik dan sosial.keagamaan.
 
 
Peluang Ganjar dalam memenangkan kontestasi pilpres 2024 tidak cukup hanya disandarkan pada kekuatan basis pemilih PDIP dan rumpun pemilih nasionalis lainnya tanpa "subsidi elektoral" dari rumpun "pemilih NU".
 
Pengertian "pemilih NU" dalam demografi pemilih di Indonesia disebut Cliford Gezt pemilih "santri", yakni santri dalam definisi Dr. Zamakhsyari dalam bukunya "Tradisi Pesantren" adalah jaringan sosial berbasis kultural pesantren NU.
 
Gestur politik Ganjar memang mewakili rumpun pemilih nasionalis. Dulu rumpun pemilih ini dalam istilah Clifford Gezt di atas secara antropologi politik disebut pemilih "abangan" , varian pemilih terbesar kurang lebih 65% dari total demografi pemilih di Indonesia.
 
Tapi dalam konteks kontestasi pilpres 2024 jelas Ganjar bersaing berebut ketat dengan Prabowo dalam varian pemilih "nasionalis" ini terlebih jika PSI dengan ketua umum baru Kaesang Pangarep putera Presiden Jokowi bergabung dalam koalisi besar Prabowo.
 
Kemungkinan berlabuhnya PSI di bawah kepemimpinan Kaesang dalam koalisi Prabowo tidak dapat dipandang sebelah mata. Faktor Kaesang sebagai anak Jokowi potensial menggeser pemilih nasionalis dari varian relawan Jokowi berpindah ke Prabowo. Itulah tantangan elektoral Ganjar.
 
Karena itu dalam konstruksi bacaan elektoral di atas peluang Ganjar sangat ditentukan kemampuannya mengkonsolidasi varian varian pemilih "santri" dalam pengertian Dr. Zamakhsyari Dhafir di atas.
 
Dalam konteks itu maka oeluang Ganjar selain harus menguatkan basis pemilih "nasionalis", yakni basis terkuat tumpuan kekuatan elektoral Ganjar - juga mau tidak mau harus bekerja keras melakukan langkah langkah politik sebagai berikut :
 
Pertama, mempertimbangkan cawapres pasangannya dari tokoh NU sebagai unsur komplementer untuk melengkapi sosok Ganjar yang mewakili representasi pemilih nasionalis. 
 
Hal itu penting dalam konteks keseimbangan proporsi basis oemilih "nasionalis" dan pemilih "santri" sebagaimana dulu dilakukan Ganjar dalam kontestasi pilgub Jawa Tengah dengan memilih Gus Taj Yasin calon wakil Gubernur dari basis "santri".
 
Kedua, menguatkan jaringan relawan berbasis pondok pesanten. Ini tentu tidak mudah karena PKB dari koalisi "perubahan" - suka tidak suka - memiliki kekuatan inti dalam jaringan sosial pesantren NU tapi mau tidak mau harus dilakukan secara kompetitif dan massif.
 
Tawaran program program yang connected dengan kebutuhan kekinian pesantren penrtng "di speak up" dalam narasi narasi tajam dan konsolidatif ke jantung jantung jaringan sosial pesantren secara terukur.
 
Inilah tantangan rute jalan pemenangan Ganjar dalam kontestasi pilpres 2024, sebuah tantangan tidak memadai lagi sekedar memainkan issu issu radikalisme dan tudingan "khilafah" ke kontestan pasangan lain.
 
 
Selamat berjuang