Saturday, 06 December 2025

Membuka Gerbang Ilmu dan Impian: Kisah-Kisah Inspiratif dari PKBM Al Zaytun

User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Oleh Sri Wahyuni dan Ali Aminulloh

Merajut Mimpi dalam Bait-Bait Bahasa

​Bagi banyak orang, pembelajaran bisa jadi terasa kaku dan monoton. Namun, di kelas Bahasa Indonesia yang dibimbing oleh Ibu Sri Wahyuni, suasana berubah menjadi penuh keceriaan. Dengan piawai, ia menulis syair lagu di papan tulis dan mengajak para siswa atau yang biasa dipanggil warga belajar untuk bernyanyi bersama. Antusiasme mereka begitu luar biasa, meminta lagu diulang berkali-kali. Salah seorang warga belajar, Ibu Turasih, terkesima dan bertanya, "Ustadzah, kok pintar buat puisi, cerpen, dan syair lagu?".  

​Ibu Sri menjawab dengan rendah hati bahwa kemampuannya berasal dari hobi sejak remaja. Jawaban ini memantik refleksi pada Ibu Turasih, yang lantas bertanya tentang bakatnya sendiri. Ia merasa bakatnya adalah berjualan. Alih-alih meremehkan, Ibu Sri justru mengapresiasi dan memotivasi Ibu Turasih untuk terus mengembangkan bakatnya tersebut. Pertanyaan sederhana ini membuka pintu kesadaran bahwa bakat setiap orang itu unik dan berharga, dan bahwa pendidikan bukan hanya soal menguasai materi, tetapi juga menggali potensi diri.   

​Jejak Pengajar yang Tak Terlupakan

​Terkadang, dampak seorang guru jauh melampaui ruang kelas. Hal ini dialami oleh Ibu Sri saat berada di sebuah hajatan. Tiba-tiba, sekelompok ibu-ibu tertawa riuh sambil menunjuk ke arahnya. Salah satu dari mereka, Ibu Juwanah, menjelaskan bahwa mereka sedang membicarakan sekolah, dan ia menyebutkan bahwa Ibu Sri adalah tutor favoritnya. Ibu Sunarti, yang menimpali, kaget saat menyadari bahwa orang yang mereka bicarakan ternyata ada di sana. Insiden ini menunjukkan betapa besar pengaruh seorang pengajar hingga menjadi topik perbincangan di luar kegiatan belajar mengajar.  

​Pengalaman tak kalah berkesan juga datang dari Ibu Yayah, seorang alumni PKBM. Setiap kali Ibu Sri masuk ke kelas, ia sering berseru, "Asyeeek... sekarang waktunya senang-senang... ice breaking dulu!". Awalnya, Ibu Sri sempat bertanya-tanya, apakah kehadirannya hanya diharapkan karena sesi ice breaking-nya saja. Namun, rasa penasarannya terjawab saat ia bertanya kepada Imas Mastini, seorang teman dekat Ibu Yayah. Imas menjelaskan bahwa tutor lain biasanya hanya berfokus mengejar target modul, sedangkan Ibu Sri selalu menyelipkan pesan moral dan cerita hikmah. Sesi ice breaking yang menyenangkan pun menjadi hal yang dikenang oleh para siswa, seperti kenangan akan permainan "baso" yang membuat kelas riuh dengan tawa.  

​Semangat dan Pengorbanan untuk Pendidikan

​Pendidikan bisa menjadi jembatan untuk meraih mimpi, bahkan saat dihadapkan pada tantangan besar. Hal ini dialami oleh Ibu Syarifah, seorang warga belajar dari Subang yang harus menempuh jarak jauh ke Gantar. Sebagai ibu rumah tangga yang super sibuk, ia memproduksi aneka camilan setiap hari untuk dititipkan ke pedagang di pabrik. Meski kerap kelelahan dan mengantuk di kelas, semangatnya tak pernah padam. Ia rela menahan kantuk dan tetap antusias mengikuti pembelajaran.  

​Sikap positif Ibu Syarifah tercermin dari jawabannya saat ditanya apakah ia merasa lelah sekolah pada hari Sabtu, satu-satunya hari liburnya. Dengan senyum, ia menjawab, "Sekolah kan senang-senang, jadi tidak capek". Pengorbanannya bahkan berbuah manis. Semangatnya yang luar biasa membuatnya kini bisa berangkat sekolah menggunakan mobil.  

​Kisah lain datang dari Ibu Sriyatun, seorang warga belajar yang hanya menempuh pendidikan satu semester di PKBM. Ketika Ibu Sri Wahyuni menginformasikan bahwa ia akan lulus, raut wajah Sriyatun justru menunjukkan kesedihan. "Saya belum mau lulus dulu usth, sedang menikmati sekolah," ujarnya. Ia bahkan mengungkapkan impiannya untuk menjadi seorang tutor. Berkat motivasi Ibu Sri, ia akhirnya melanjutkan kuliah. Kini, impiannya telah terwujud. Ia menjadi guru di RA Al Khairiyah, sebuah bukti nyata bahwa pendidikan bisa membuka pintu bagi impian yang paling tulus.  

suasana pkbm

​Mengubah Tantangan Menjadi Peluang

​Di balik setiap kesulitan, selalu ada celah untuk menemukan solusi. Ibu Istikomah, misalnya, sempat bingung ketika ingin bersekolah di PKBM karena harus membawa anaknya yang masih balita. Awalnya, ia terpaksa memberi anaknya ponsel agar tenang di kelas, namun Ibu Sri membantunya menemukan solusi lain. Setelah berdiskusi, mereka sepakat untuk mencoba mengajak sang anak ke tempat kerja ayahnya. Langkah ini berhasil. Dengan anak yang kini terurus, Ibu Istikomah semakin bersemangat belajar dan bahkan melanjutkan kuliah di IAI setelah lulus.  

​Kisah ini serupa dengan perjalanan Ibu Surati dari kelas C1, yang awalnya terkenal keras kepala dan menolak untuk bersekolah. Ia bahkan pernah berujar di sebuah forum bahwa ia tidak akan mau bersekolah. Namun, berkat pendekatan yang lembut dan ajakan yang tulus dari Ibu Sri, hatinya luluh. Setiap kali bertemu, Ibu Sri akan menyapanya dengan kalimat, "Kapan ketemu di PKBM ya?". Kalimat sederhana itu akhirnya membuahkan hasil. Ibu Surati akhirnya mendaftar di PKBM, dan kini ia menjadi salah satu warga belajar yang paling bahagia.  

pkbm mahad

​Epilog : Berani Bermimpi, Menemukan Potensi, Membangun Harapan

​Pendidikan adalah tentang menumbuhkan mimpi dan semangat. Kisah-kisah ini menunjukkan bahwa di balik setiap tantangan, ada kekuatan luar biasa yang menggerakkan para individu untuk terus belajar, berani bermimpi, dan meraihnya. Setiap warga belajar di PKBM bukan hanya datang untuk mendapatkan ijazah, tetapi juga untuk menemukan potensi diri, merajut pertemanan, dan membuktikan bahwa usia bukanlah halangan untuk belajar. Semangat mereka adalah cerminan sejati dari sebuah perjuangan yang tak kenal lelah, dan di dalam setiap senyum mereka, terpancar cahaya harapan yang menginspirasi.