Saturday, 06 December 2025

Al-Zaytun: “Bukan Ditiru, Tapi Jadi Contoh!” Bagi Dunia Pendidikan Indonesia

User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

lognews.co.id – Ada pengalaman menarik yang terekam dalam video di kanal YouTube LognewsTV. Mahad Al-Zaytun kembali menerima kunjungan tokoh pendidikan nasional. Kali ini, Prof. Dr. K.H. Imam Suprayogo, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Malang periode 1997 - 2013, hadir bersama rombongan. Kedatangan beliau disambut hangat oleh Ustadz Abdul Halim di Wisma Al Islah sebelum bertemu langsung dengan Syaykh Panji Gumilang.

Selain Prof. Imam, hadir pula Ibu Ida Suharja, pemilik Museum Omah Jadul Blitar, Jawa Timur, yang berkunjung bersamaan. Setelah jamuan hangat, rombongan diajak berkeliling meninjau berbagai fasilitas di Kampus Mahad Al-Zaytun.

Kesan Pertama yang Menguatkan Imajinasi
Prof. Imam mengaku kunjungan kali ini berbeda dari sekadar mendengar atau membaca tentang Al-Zaytun. Menurutnya, apa yang sebelumnya hanya imajinasi kini terbukti lebih nyata dan bahkan melampaui ekspektasi.

“Saya menyukai perubahan-perubahan yang membawa bangsa ini lebih baik. Apa yang saya lakukan ternyata sejalan dengan yang dilakukan Syaykh Panji Gumilang, sama-sama pembaharu yang berisiko, tetapi tetap gembira menjalani perjuangan,” ungkap Prof. Imam.

Lognews 9

Ia menilai, seorang pendidik sejati harus tetap menampilkan wajah optimis, bahkan ketika menghadapi risiko besar. Menurutnya, itu bagian dari teladan agar masyarakat belajar bagaimana bersikap dalam perjuangan pendidikan.

Al-Zaytun sebagai Model Pendidikan Terintegrasi
Setelah berkeliling, Prof. Imam menyebut Al-Zaytun sebagai lembaga pendidikan yang luar biasa. Bagi beliau, kampus ini bukan hanya tempat belajar agama atau ilmu pengetahuan, tetapi juga ruang hidup yang mengajarkan keterampilan sosial, ekonomi, dan nilai kemasyarakatan.

“Al-Zaytun sudah 25 tahun. Ke depan pengembangannya harus lebih cepat lagi. Jangan meniru orang lain, tapi biarlah Al-Zaytun yang ditiru. Walaupun saya tahu itu tidak mudah,” tegasnya.

Lognews 8

Saking terkesannya, Prof. Imam bahkan menyampaikan rencananya mendaftarkan cucunya untuk belajar di Al-Zaytun. Baginya, sistem pendidikan dari PAUD hingga perguruan tinggi yang terintegrasi, ditambah interaksi sosial para pelajar, merupakan pengalaman belajar yang luar biasa.

Testimoni Tokoh Lain
Selain Prof. Imam, Muhammad Radio dari Malang juga memberikan kesan mendalam. Ia mengaku awalnya mengenal Al-Zaytun hanya dari pemberitaan dan cerita di masa dinas TNI. Namun setelah hadir langsung, kesan yang didapat sangat berbeda.

“Masyaallah, luar biasa. Saya sangat terharu. Jiwa Pancasila dan merah putih Syaykh Panji Gumilang tidak saya ragukan lagi. Saya bangga, tempat ini sangat terintegrasi, dari PAUD hingga perguruan tinggi. Belum ada duanya,” ujarnya.

Muhammad Radio bahkan menyinggung simbol songkok yang ia terima sebagai cindera mata. Menurutnya, songkok bukan hanya atribut, tetapi simbol kesiapan menjadi pemimpin, sebagaimana teladan para pendiri bangsa.

Teladan yang Layak Untuk dilakukan
Kunjungan ini semakin menegaskan posisi Mahad Al-Zaytun sebagai kampus dengan model pendidikan terintegrasi, modern, dan berorientasi pada pembentukan karakter. Bagi Prof. Imam Suprayogo, Al-Zaytun bukan sekadar lembaga pendidikan, tetapi contoh konkret bagaimana pembaruan di dunia pendidikan dapat diwujudkan dengan kesungguhan.

“Al-Zaytun tidak perlu meniru siapapun, justru biarlah lembaga pendidikan lain yang meniru Al-Zaytun,” tutup Prof. Imam dengan penuh keyakinan. (Sahil untuk Indonesia)